Banyak yang menyangsikan kebenaran pandemi Covid-19. Meski virus yang menyebar dari Wuhan, Tiongkok, itu sudah memunculkan korban jutaan jiwa di seluruh dunia, eksistensi sejenis korona ini masih juga dicap rekayasa.
Aslinar yaitu seorang dokter yang disiplin menerapkan protokol kesehatan bagi pribadi dan keluarga selaku upaya pencegahan Covid-19. Namun, ibu dari Hirzi Abid Alfathiri (15 thn) dan Safa Banat Jamilah (9 thn) ternyata tetap menjadi salah seorang yang terpapar virus berbahaya ini.
Pada 3 Agustus 2020 ia mendapat kabar bahwa seorang temannya terkonfirmasi positif Covid-19. Sementara, sehari sebelumnya ia sempat kontak erat dengan temannya tersebut. “Walau kontak erat selama kurang lebih 15 menit, kami tetap mempertahankan jarak lebih dari satu meter dan menggunakan masker,” kata Aslinar.
Keesokan harinya ia pribadi ke Ruang Pinere RSUDZA untuk melaksanakan investigasi swab yang sampelnya dikirim ke Laboratorium Infeksi Fakultas Kedokteran (FK) Unsyiah. Tanggal 5 Agustus 2020 ia mendapat kabar bahwa hasil swab-nya terkonfirmasi positif.
Aslinar tidak menduga jika ia terserang korona. Bukankah ia senantiasa bermasker, tekun basuh tangan dan melakukan protokol kesehatan lainnya? “Dan saya tidak merasa ada unek-unek dan tanda-tanda apapun selama beberapa hari itu,” ucapnya.
Aslinar merasa sungguh duka begitu mengenali hasil uji laboratrium sebab membayangkan komplikasi yang kemungkinan terjadi akhir virus tersebut. Ia juga kuatir kalau-kalau virus itu bakal menular ke orang-orang terdekatnya.
“Saya menangis hingga satu jam lamanya sebelum sanggup memberi tahu suami ihwal hasil tersebut,” tambah mahasiswa S3 di FK Unsyiah ini.
Suaminya, M. Yamin, SE. M.Si, terkejut di saat mengenali sang istri positif Covid-19. Tapi, beliau pribadi menampilkan semangat terhadap isteri tersayang mudah-mudahan tidak cemas dan sanggup melawan virus tersebut bersama-sama.
Selanjutnya, tenaga medis berstatus ASN pada RSUD Aceh Besar dan staf pengajar di FK Universitas Abulyatama ini menjalani isolasi berdikari di rumah selama 20 hari. “Saya meminum semua obat yang dikirim oleh Dinas Kesehatan. Ditambah aneka macam pelengkap masakan dan minuman yang dikirim oleh para teman dekat dan juga keluarga besar,” sebut wanita kelahiran Bireuen berusia 43 tahun ini.
Awalnya isolasi cuma di kamar, sementara belum dewasa dan anggota keluarga yang lain tetap di rumah. Namun di saat suami terkonfirmasi positif korona juga, belum dewasa dan anggota keluarga yang ada di rumah diungsikan ke tempat tinggal saudara. Tinggal ia dan suaminya yang tetap melaksanakan isolasi berdikari di rumah. Ia bersyukur belum dewasa dan keluarga yang lain negatif virus ini. Kini, putri dari pasangan Alm. HM. Yacob Ali dan Hj. Fatimah Ali Basyah ini sudah melalui masa-masa sulit. Ia dan suami sudah sembuh dari Covid-19.
Banyak pesan yang tersirat yang didapat alumni S2 Biomedik dan Spesialis Anak FK Universitas Andalas Padang ini. Selama masa isolasi, ia tetap produktif menulis beberapa postingan dan menyebarkan pengalaman terhadap penduduk luas lewat media sosial. Tulisannya diangkut di Harian Serambi Indonesia dan harian terbitan Medan. Saat isolasi, Aslinar juga tetap aktif berkegiatan mengisi aneka macam webinar kesehatan dan mengisi pelatihan. “Hal tersebut menjadi immune booster buat saya,” saya Aslinar.
Masa isolasi juga menjadi masa instropeksi dan memperbanyak ibadah serta mendekatkan diri terhadap Sang Khaliq. Sebelumnya, ia mengaku cukup sibuk dengan pekerjaan dan cuma menyisakan sedikit waktu untuk akrab dengan Rabb-Nya. “Masa isolasi ini yaitu peluang besar untuk mengadu dan berkeluh kesah kepada-Nya. Dan mungkin ini yaitu waktunya istirahat dari aneka macam acara fisik di mana badan juga mesti mendapat haknya,” sambungnya.
Bila seorang dr. Aslinar, Sp.A, M. Biomed yang mengetahui dan melaksanakan protokol Covid-19 tetap terkonfirmasi positif, kemudian bagaimana dengan kita yang masih mengabaikan protokol kesehatan? “Kalau kita tidak sanggup menolong menyembuhkan, setidaknya jangan menghasilkan keadaan menjadi lebih buruk,” demikian pesan Aslinar. NA RIYA ISON.
Keesokan harinya ia pribadi ke Ruang Pinere RSUDZA untuk melaksanakan investigasi swab yang sampelnya dikirim ke Laboratorium Infeksi Fakultas Kedokteran (FK) Unsyiah. Tanggal 5 Agustus 2020 ia mendapat kabar bahwa hasil swab-nya terkonfirmasi positif.
Aslinar tidak menduga jika ia terserang korona. Bukankah ia senantiasa bermasker, tekun basuh tangan dan melakukan protokol kesehatan lainnya? “Dan saya tidak merasa ada unek-unek dan tanda-tanda apapun selama beberapa hari itu,” ucapnya.
Aslinar merasa sungguh duka begitu mengenali hasil uji laboratrium sebab membayangkan komplikasi yang kemungkinan terjadi akhir virus tersebut. Ia juga kuatir kalau-kalau virus itu bakal menular ke orang-orang terdekatnya.
“Saya menangis hingga satu jam lamanya sebelum sanggup memberi tahu suami ihwal hasil tersebut,” tambah mahasiswa S3 di FK Unsyiah ini.
Suaminya, M. Yamin, SE. M.Si, terkejut di saat mengenali sang istri positif Covid-19. Tapi, beliau pribadi menampilkan semangat terhadap isteri tersayang mudah-mudahan tidak cemas dan sanggup melawan virus tersebut bersama-sama.
Selanjutnya, tenaga medis berstatus ASN pada RSUD Aceh Besar dan staf pengajar di FK Universitas Abulyatama ini menjalani isolasi berdikari di rumah selama 20 hari. “Saya meminum semua obat yang dikirim oleh Dinas Kesehatan. Ditambah aneka macam pelengkap masakan dan minuman yang dikirim oleh para teman dekat dan juga keluarga besar,” sebut wanita kelahiran Bireuen berusia 43 tahun ini.
Awalnya isolasi cuma di kamar, sementara belum dewasa dan anggota keluarga yang lain tetap di rumah. Namun di saat suami terkonfirmasi positif korona juga, belum dewasa dan anggota keluarga yang ada di rumah diungsikan ke tempat tinggal saudara. Tinggal ia dan suaminya yang tetap melaksanakan isolasi berdikari di rumah. Ia bersyukur belum dewasa dan keluarga yang lain negatif virus ini. Kini, putri dari pasangan Alm. HM. Yacob Ali dan Hj. Fatimah Ali Basyah ini sudah melalui masa-masa sulit. Ia dan suami sudah sembuh dari Covid-19.
Banyak pesan yang tersirat yang didapat alumni S2 Biomedik dan Spesialis Anak FK Universitas Andalas Padang ini. Selama masa isolasi, ia tetap produktif menulis beberapa postingan dan menyebarkan pengalaman terhadap penduduk luas lewat media sosial. Tulisannya diangkut di Harian Serambi Indonesia dan harian terbitan Medan. Saat isolasi, Aslinar juga tetap aktif berkegiatan mengisi aneka macam webinar kesehatan dan mengisi pelatihan. “Hal tersebut menjadi immune booster buat saya,” saya Aslinar.
Masa isolasi juga menjadi masa instropeksi dan memperbanyak ibadah serta mendekatkan diri terhadap Sang Khaliq. Sebelumnya, ia mengaku cukup sibuk dengan pekerjaan dan cuma menyisakan sedikit waktu untuk akrab dengan Rabb-Nya. “Masa isolasi ini yaitu peluang besar untuk mengadu dan berkeluh kesah kepada-Nya. Dan mungkin ini yaitu waktunya istirahat dari aneka macam acara fisik di mana badan juga mesti mendapat haknya,” sambungnya.
Bila seorang dr. Aslinar, Sp.A, M. Biomed yang mengetahui dan melaksanakan protokol Covid-19 tetap terkonfirmasi positif, kemudian bagaimana dengan kita yang masih mengabaikan protokol kesehatan? “Kalau kita tidak sanggup menolong menyembuhkan, setidaknya jangan menghasilkan keadaan menjadi lebih buruk,” demikian pesan Aslinar. NA RIYA ISON.
Penulis: dr. Aslinar Yafa Sp.A, M. Biomed
0 Komentar untuk "Tenaga Medis Pun Terpapar Covid-19"