Berkatalah Sesuai Tempatnya

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam mudah-mudahan tercurah terhadap junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga sobat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.


"Liqulli maqaam maqaal walikulli maqaal maqaam" Artinya, "Tiap perkataan itu ada wilayah terbaik dan setiap wilayah memiliki perkataan (yang terucap) yang terbaik pula."

Tidak setiap kata sesuai di setiap tempat, sebaliknya tidak setiap wilayah sesuai dengan perkataan yang dibutuhkan. Hati-hati sebelum kita bicara, mesti kita ukur siapa yang diajak bicara. Berbicara dengan anak kecil pasti akan jauh beda dengan di saat mengatakan dengan orang tua. Berbicara dengan cukup umur pasti akan jauh beda dengan di saat mengatakan dengan guru kita. Orang yang tidak cekatan untuk membaca situasi, walau niatnya benar, alhasil bisa jadi kurang benar.

Lihatlah misalnya, di saat kita berbincang dengan ponakan yang masih kecil, betapa kita akan berupaya menyesuaikan diri dengan dunianya, gerakan tangan kita, raut wajah kita. Hal ini alasannya beliau tidak akan mengerti kalau kita menggunakan gaya bahasa orang tua. Tapi sulit dipercayai kita memperlakukan guru kita dengan cara yang serupa seumpama kala kita mengatakan terhadap keponakan kita.

Oleh alasannya itu, niat untuk berdakwah dengan mengenali dalil-dalil Quran, mengerti dan mengenali banyak hadist, belumlah cukup. Sebab kalau kita mengatakan tanpa cara yang tepat, misalnya dengan mengobral dalil, mengatakan banyaknya hafalan saja, tidaklah cukup.

Dalam suasana orang berkumpul niscaya punya keadaan mental yang berbeda, ada orang yang sedang gembira, yang tentunya akan berlainan daya tangkapnya dengan yang sedang nestapa. Ada orang yang sedang menikmati kesuksesannya, dan tentunya akan berlainan dengan orang yang sedang dilanda duduk kasus dalam hidupnya. Oleh alasannya itu orang yang sehat berlainan kesanggupan menangkap idenya, dengan orang yang sedang sakit, orang yang sedang segar bugar, ceria berlainan kesanggupan memahaminya dengan orang telah lelah lahir batinnya. Maka seseorang pembicara terbaik tidak cukup cuma berbica benar, namun juga mesti sungguh bisa memutuskan suasana kapan beliau berbicara.

Mengapa banyak usulan orang bau tanah yang tidak didengar oleh anaknya yang masih remaja? Saya kalut orang bau tanah merasa benar dengan apa yang dikatakannya, namun tidak benar dalam membaca suasana dan keadaan cukup umur yang sedang diajak bicara, yang notabene kondisinya sedang labil. Memang asing kita ini di saat anak masih kecil, orang bau tanah akan berupaya beraktivitas, bersikap, dan mengatakan mudah-mudahan sanggup dimengerti oleh si kecil, namun menjelang remaja, pada di saat perpindahan usia, perpindahan masa, ia tidak berupaya menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya. maka disinilah kita perlu ilmu. Sebab dengan ilmu yang mencukupi setiap orang sanggup berwibawa di depan anak-anaknya. Subhaanallah,

Ada banyak cara dalam berkomunikasi, dan berbahagialah jikalau kita diberi kemampuan oleh Allah untuk mengatakan sesuai dengan keadaan dan tempatnya. Kita berdialog dengan petani, tentunya berlainan dialognya dengan seorang eksekutif. Berada di lingkungan santri yang fasih bahasa Arab, tentunya berlainan kalau kita mesti berdialog dengan orang di pasar yang tidak mengerti bahasa Arab. Seorang pendakwah misalnya, kalau penduduknya tidak arif, ia akan sibuk mengobral dalil, mengobral kata-kata, walau tentunya tidak seluruhnya salah, namun apalah artinya jikalau kita menaruh sesuatu tidak cocok tempatnya.

Pernah terjadi sebuah di saat Umar bin Khathab berjumpa dengan Abu Hurairah, "Mau pergi kemana engkau, hei Abu Hurairah?" Tanya Umar

"Aku mau ke pasar, akan saya umumkan apa yang kudengar dari Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam," Jawab Abu Hurairah. "Apa kata Beliau ?", Umar mengajukan pertanyaan lagi "Setiap orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah, maka dakhalal Jannah, akan masuk Surga". "Tunggu dulu, wahai sahabat", cegah Umar. Umar bin Khathab pun kemudian pergi menemui Rasulullah. "Yaa Rasulullah, apakah benar engkau bersabda demikian (sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Hurairah)?" Tanyanya. Dan Rasul pun meng-iya-kan. "Tetapi, Yaa Rasul, saya keberatan kalau sabdamu itu disebarkan terhadap sembarang orang alasannya dikuatirkan akan salah dalam menafsirkannya."

Mendengar keberatan Umar itu, Rasul termenung, kemudian sesaat kemudian bersabda, "Yaa, saya oke dengan pendapatmu". Abu Hurairah pun kemudian dihentikan untuk mengumumkannya di pasar.

Demikianlah, perkataannya benar, sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi, alasannya dikuatirkan akan salah penafsiran orang yang mendengarnya, alasannya diucapkan tidak pada tempatnya.

Related : Berkatalah Sesuai Tempatnya

0 Komentar untuk "Berkatalah Sesuai Tempatnya"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close