1. Pendekatan Nonilmiah
Kegiatan insan dalam kerja keras mencari ilmu wawasan dan mencari kebenaran, teru- tama sebelum diketemukannya metode ilmiah, dijalankan dengan aneka macam cara, di antaranya yaitu penemuan ilmu wawasan secara kebetulan, penemuan ilmu wawasan dengan menggunakan penalaran (common sense), penemuan ilmu wawasan dengan menggunakan intuisi, penemuan ilmu wawasan lewat wahyu, penemuan kebenaran lewat kerja keras main-main (trial and error), dan lain sebagainya.
Dalam sejarah kehidupan manusia, tercatat adanya beberapa penemuan besar yang terjadi secara kebetulan, yaitu tanpa menggunakan tindakan sebagaimana yang diharapkan dalam observasi ilmiah.
Salah satu referensi penemuan ilmu wawasan yang ter- jadi secara kebetulan yaitu penemuan Kina selaku obat penyakit malaria.
Menurut cerita, terdapat seorang penderita penyakit malaria yang secara kebetulan menerima parit yang berisi air pahit yang disebabkan oleh kulit-kulit pohon Kina yang ditumbangkan oleh angin.
Karena rasa haus, penderita penyakit malaria tersebut meminum air pahit yang terdapat di dalam parit tersebut.
Rupanya sudah menjadi keberuntungannya lantaran air pahit tersebut sudah mengandung kinine dan kinolin (jenis alkaloid) yang ialah obat penawar bagi penyakit malaria.
Akal sehat (common sense) ialah desain atau persepsi biasa yang digunakan oleh insan secara simpel dalam kehidupan sehari-hari.
Pada satu segi penalaran memang ialah sebuah kebenaran, tetapi pada segi yang lain penalaran sanggup menyesatkan insan dalam mengambil sebuah keputusan.
Seperti persepsi penalaran yang menyampaikan bahwa air akan senantiasa mengalir menuju wilayah yang lebih rendah.
Pandangan tersebut ternyata tidak sempurna lantaran dalam insiden kapilaritas air yang menggenang sanggup diserap oleh kain, spon, kertas isap, dan benda-benda sejenisnya.
Wahyu ialah sebuah wawasan yang tiba secara eksklusif dari Tuhan, sama sekali bukan ialah kerja keras aktif insan lewat kesibukan penalaran.
Oleh lantaran itu wawasan diperoleh lewat wahyu ialah sebuah kebenaran yang bersifat mutlak.
Namun demikian, tidak semua insan bisa menerima wahyu dari Tuhan, cuma manusia-manusia yang akrab dengan Tuhan serta higienis jiwa dan hatinya saja yang berkemungkinan untuk mendapat wahyu. Intuisi juga sanggup digunakan selaku cara untuk menerima pengetahuan.
Intuisi ialah kesanggupan untuk mengetahui sesuatu lewat bisikan hati.
Usaha nonilmiah yang lain yang sanggup ditempuh dalam upaya mencari wawasan yaitu kerja keras main-main yang dipahami dengan ungkapan (trial and error), yaitu serangkaian percobaan yang dijalankan secara berulang-ulang dengan menggunakan cara dan bahan yang berbeda-beda.
Usaha main-main (trial and error) dilaksanakan tanpa menggunakan metode yang bersifat sistematis. Dengan demikian, kerja keras main-main kurang eļ¬sien dan kurang efektif dalam mencari pengetahuan.
Meskipun kerja keras main-main terkadang mendapat hasil berupa wawasan tertentu, tetapi penemuan tersebut tidak sanggup dibilang selaku penemuan ilmiah mengingat tidak ditempuh lewat mekanisme ilmiah.
2. Pendekatan Ilmiah
Secara sederhana sanggup dibilang bahwa pendekatan ilmiah ialah sebuah kerja keras untuk mencari ilmu wawasan dengan menggunakan cara-cara berpikir ilmiah yang disokong dengan tindakan tertentu yang bersifat sistematis.
Setidaknya terdapat tiga pola pikir yang dikembangkan dalam pendekatan ilmiah, yaitu pola pikir induktif, pola pikir deduktif, dan pola pikir yang ialah adonan deduktif-induktif.
Pola pikir deduktif sering dipergunakan oleh penganut fatwa rasionalisme. Aliran rasionalisme menyampaikan bahwa wangsit wacana kebenaran tersebut bergotong-royong sudah ada.
Akal pikiran insan sanggup mengenali wangsit wacana wawasan dan wacana kebenaran tanpa mesti menyaksikan dunia nyata.
Sedangkan pola pikir induktif dikembangkan oleh penganut fatwa empirisme.
Aliran empirisme berasumsi bahwa kebenaran dan ilmu wawasan cuma sanggup diperoleh lewat pengalaman.
Dalam kekerabatan ini, Deddy Mulyana menimbulkan ungkapan pendekatan objektif.
Pendekatan objektif ialah pendekatan ilmiah yang dipraktekkan dalam bentuk observasi yang sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis kepada hipotesis tentang kekerabatan yang diasumsikan di antara fenomena alam.
Pendekatan objektif dilaksanakan dengan asumsi bahwa objek-objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam dunia faktual sanggup diperhatikan oleh panca indera manusia.
Kedua pola pikir, yaitu pola pikir induktif dan pola pikir deduktif memiliki keistimewaan dan sekaligus kelemahannya masing-masing.
Salah satu kehabisan fundamental yang terdapat pada penganut fatwa rasionalisme yaitu sulitnya mencari kata sepakat yang sanggup dijadikan selaku landasan dalam kesibukan berpikir bareng secara universal.
Fenomena tersebut terjadi karena, selain selaku makhluk sosial, insan juga ialah individu yang memiliki keunikan tersendiri ketimbang individu lainnya.
Kenyataan tersebut sekaligus memastikan akan adanya aneka macam macam konsepsi kebenaran yang ada dalam pemikiran manusia.
Sementara itu, penganut fatwa empirisme juga gagal dalam menerima kebenaran lantaran gejala-gejala yang terdapat dalam fenomena alam tidak akan memiliki arti apa-apa sebelum diberi tafsiran dengan menggunakan budi pikiran.
Untuk menangani segala beberapa kehabisan di atas diharapkan pengembangan pola pikir yang ialah adonan dari pola pikir deduktif dan pola pikir induktif yang kemudian melahirkan fatwa convergency.
Aliran convergency berpandangan bahwa kebenaran akan sanggup didapatkan lewat kerja keras berpikir yang ditindaklanjuti dengan kerja keras penelusuran buktibukti dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian, fatwa rasionalisme menampilkan kerangka dalam berpikir logis, sedangkan fatwa empirisme menampilkan kerangka untuk mengambarkan atau menentukan adanya sebuah kebenaran.
Pola pikir yang dikembangkan oleh fatwa convergency di atas sudah mendorong adanya metode ilmiah.
Dalam metode ilmiah, kebenaran sanggup diperoleh lewat kesibukan observasi yang dijalankan secara terencana, sistematis, dan terkontrol menurut data-data empiris.
Kebenaran yang diperoleh lewat pendekatan ilmiah lazimnya bersifat konsisten lantaran sesuai dengan sifatnya yang obyektif.
Metode ilmiah yang sungguh diharapkan bagi proses observasi ialah sebuah penemuan yang brillian dalam sejarah pemikiran manusia.
0 Komentar untuk "Sebutkan Macam-Macam Pendekatan Sosiologi"