Kultum Ramadhan: Meraih Cinta Allah dengan Amalan-amalan Sunnah. Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini kami posting untuk Anda, kultum Ramadhan dengan tema atau judul Meraih Cinta Allah dengan Amalan-amalan Sunnah. Kultum ini kami ambil dari Syarah Hadits Arba'in karya Syaikh Ibnu Dqiqil 'Id. Silahkan dibaca untuk rujukan kultum Ramadhan dan lainnya. Semoga bermanfaat.
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Alhamdulillah, ash-sholaatu was-salaamu 'alaa rasuulillah, wa ba'd.
Dalam Hadits Al-Arba'in An-Nawawiyyah, hadits yang ke-38, Imam An-Nawawi menyebutkan hadits riwayat imam Al-Bukhari sebagai berikut ini:
عن أبي هريرة – رضي الله عنه – قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم - إن الله تعالى قال : من عادي لي وليا فقد آذنته بالحرب ، وما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افترضت عليه ، و لا يزال عبدي يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه ، فإذا أحببته كنت سمعه الذي سمع به و بصره الذي يبصر به ، و يده التي يبطش بها و رجله التي يمشي بها و لئن سألني لأعطينه ، و لئن استعاذني لأعيذنه - رواه البخاري
Artinya:
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: ‘Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka bahwasanya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku senantiasa bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai menyerupai bila ia melaksanakan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya dan jikalau ia memohon perlindungan, niscaya akan Aku berikan kepadanya." [Bukhari no. 6502]
Pengarang Kitab Al-Ifshah berkata : “Hadits ini mengandung pengertian bahwa Allah memberikan bahaya kepada setiap orang yang memusuhi wali-Nya. Allah mengumumkan bahwa Dia-lah yang memerangi orang yang menjadi wali-Nya. Wali Allah yaitu orang yang mengikuti syari’at-Nya, oleh lantaran itu hendaklah insan takut untuk berbuat menyakiti hati wali-wali Allah. Memusuhi disini berarti menyebabkan wali Allah sebagai musuh, yaitu memusuhi seseorang lantaran beliau menjadi wali Alloh. Adapun jikalau terjadi perselisihan antara wali Alloh lantaran memperebutkan hak, maka hal semacam ini tidak termasuk dalam makna memusuhi yang dimaksud dalam hadits ini, alasannya pernah terjadi perselisihan antara Abu Bakar dan Umar, Abbas dan Ali dan banyak lagi sobat yang lain, padahal mereka semua ialah wali-wali Alloh”
Kalimat, “Hamba-Ku senantiasa bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan suatu (perbuatan) yang Aku sukai menyerupai bila ia melaksanakan yang fardhu yang Aku perintahkan kepadanya” menyatakan bahwa yang sunnah tidak boleh didahulukan dari yang wajib. Suatu perbuatan sunnah mestinya dilakukan apabila yang wajib sudah dilakukan, dan tidak disebut menjalankan yang sunnah sebelum yang wajib dilakukan. Hal ini ditunjukkan oleh kalimat, “Hamba-Ku senantiasa bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya” yaitu lantaran ia bertaqorrub dengan amalan yang sunnah yang mengiringi amalan yang wajib. Bila seorang hamba selalu , mendekatkan diri dengan amalan yang sunnah, maka hal itu akan menjadikannya orang yang dicintai Alloh.
Kemudian kalimat, “Jika Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan” Hal ini merupakan tanda kecintaan Alloh terhadap orang yang dicintai-Nya, maksudnya orang itu tidak akan mau mendengar hal-hal yang dihentikan oleh syari’at, tidak mau melihat hal-hal yang tidak dibenarkan oleh syari’at, tidak mau mengulurkan tangannya memegang sesuatu yang tidak dibenarkan oleh syari’at dan tidak mau melangkahkan kakinya kecuali hanya kepada hal-hal yang dibenarkan oleh syari’at. Inilah pokok permasalahannya.
Akan tetapi, seringkali dikala seseorang menyebut nama Alloh hingga disebut sebagai andal dzikir, hingga ia tidak mau mendengar perkataan orang yang berbicara dengannya, kemudian orang yang bukan andal dzikir berusaha mendekat kepada orang yang andal dzikir ini, lantaran ingin menjadikannya sebagai perantara, biar Alloh mendengarkan permohonan mereka. Begitu pula dengan mubashirot (orang yang merasa dirinya bisa melihat Alloh), mutanawilat (orang yang merasa dirinya bisa menjangkau Alloh) dan mas’aa ilaih (orang yang merasa dirinya telah melangkah menuju Alloh) Semuanya itu ialah sifat yang mulia. Kita memohon kepada Alloh semoga kita termasuk kedalam golongan (yang dicintai Alloh) ini.
Kalimat, “Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya dan jikalau ia memohon perlindungan, niscaya akan Aku berikan kepadanya” memperlihatkan bahwa seseorang yang telah menjadi golongan yang dicintai Alloh, maka permohonan kepada Alloh tidak akan terintangi dan Alloh akan memperlihatkan santunan kepadanya dari siapa saja yang menakutinya. Alloh Maha Kuasa untuk memperlihatkan sesuatu kepadanya sebelum ia memintanya dan memberi santunan sebelum ia memohon. Akan tetapi Alloh senantiasa mendekat kepada hamba-Nya dengan memberi sesuatu kepada orang-orang yang meminta dan melindungi orang-orang yang meminta perlindungan.
Kalimat pada awal hadits, “maka bahwasanya Aku menyatakan perang terhadapnya” maksudnya Aku menyatakan kepada orang yang menyerupai itu bahwa beliau telah memerangi Aku. Wallahu a’lam.
0 Komentar untuk "Kultum Ramadhan: Meraih Cinta Allah Dengan Amalan-Amalan Sunnah"