Kultum Ramadhan: Allah Memaafkan Kesalahan-kesalahan HambaNya yang Tidak Disengaja, Karena Lupa, dan yang Dipaksa. Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini kami posting untuk Anda, kultum Ramadhan dengan tema atau judul Allah Memaafkan Kesalahan-kesalahan HambaNya yang Tidak Disengaja, Karena Lupa, dan yang Dipaksa. Kultum ini kami ambil dari Syarah Hadits Arba'in karya Syaikh Ibnu Dqiqil 'Id. Silahkan dibaca untuk acuan kultum Ramadhan dan lainnya. Semoga bermanfaat.
Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Alhamdulillah, ash-sholaatu was-salaamu 'alaa rasuulillah, wa ba'd.
Dalam Hadits Al-Arba'in An-Nawawiyyah, hadits yang ke-39, Imam An-Nawai menyebutkan hadits riwayat Ibnu Majah, Baihaqi, dll, sebagai berikut ini:
عن ابن عباس – رضي الله عنهما – أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال - إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ و النسيان ، و ما استكرهوا عليه - حديث حسن رواه ابن ماجه و البيهقي و غيرهما
Artinya:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mema’afkan kesalahan-kesalahan umat-Ku yang tidak disengaja, alasannya yakni lupa dan yang dipaksa melakukannya" (HR. Ibnu Majah, Baihaqi dll, hadits hasan)
[Ibnu Majah no. 2405, Baihaqi (As-Sunan no. 7/356), dan yang lain]
Hadits ini disebutkan dalam tafsir ayat: “Jika kau melahirkan apa yang ada dihati kau atau kau sembunyikan, maka Allah akan mengadili kau dengan apa yang kau lakukan itu” (QS. 2 : 284)
Ayat ini mengakibatkan para sahabat merasa tertekan. Oleh alasannya yakni itu, Abu Bakar, ‘Umar, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, dan Mu’adz bin Jabal beberapa orang mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan mereka berkata: “Kami dibebani amal yang tak sanggup kami memikulnya. Sesungguhnya seseorang di antara kami dalam hatinya ada bisikan yang tidak disenanginya, sekalipun bisikan itu menjanjikan dunia. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian menjawab: “Boleh jadi kau mengucapkan kalimat menyerupai yang diucapkan Bani Israil, yaitu kami mau mendengar tetapi kami akan menentangnya. Karena itu katakanlah: ‘Kami mau mendengar dan mau menaati”. Hal itu menciptakan mereka merasa tertekan dan mereka membisu untuk sementara. Lalu Allah memperlihatkan kelonggaran dan rahmat-Nya dengan berfirman : “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya. Ia akan mendapat pahala atas usahanya dan mendapat siksa atas kesalahannya, (lalu ia berdo’a) : ‘Ya Tuhan kami, janganlah Engkau aturan kami bila kami lupa atau tersalah”. (QS. 2 : 286)
Allah memperlihatkan dispensasi dan mansukh (terhapus)lah ayat yang pertama di atas. Imam Baihaqi berkata bahwa Imam Syafi’i berkata: “Allah berfirman: Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya merasa tentram dengan imannya (maka orang semacam ini tidak berdosa)”.
Ada beberapa aturan bagi perilaku kekafiran dikala Allah menyatakan bahwa kekufuran tidak terdapat pada orang yang dipaksa, maksudnya bahwa menyatakan kekufuran secara ekspresi alasannya yakni dipaksa tidak dianggap kufur. Jika sesuatu yang lebih berat dianggap gugur, maka yang lebih ringan lebih patut untuk gugur. Kemudian disebutkan adanya riwayat dari Ibnu ‘Abbas dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam: “Sesungguhnya Allah membebaskan umatku (dari dosa) alasannya yakni keliru atau lupa atau dipaksa”.
Dan diriwayatkan dari ‘Aisyah, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, bahwa dia bersabda : “Tidak ada thalaq dan pembebasan budak alasannya yakni pemaksaan”.
Demikianlah pendapat ‘Umar, Ibnu ‘Umar dan Ibnu Zubai.
Tsabit bin Al Ahnaf menikahi wanita budak yang melahirkan anak milik ‘Abdurrahman bin Zaid bin Khathab. Lalu ‘Abdurrahman memaksa Tsabit dengan teror dan cemeti untuk menceraikan istrinya pada masa khalifah Ibnu Zubair. Ibnu ‘Umar berkata kepadanya : “Perempuan itu belum terthalaq dari kamu, alasannya yakni itu kembalilah kepada istrimu”. Saat itu Ibnu Zubair di Makkah, maka ia disusul, kemudian ia menulis surat kepada gubernurnya di Madinah. Isi surat tersebut, semoga Tsabit dikembalikan kepada istrinya dan ‘Abdurrahman bin Zaid dikenai hukuman. Kemudian Shafiyah binti Abu ‘Ubaid, istri ‘Abdullah bin ‘Umar, mempersiapkan upacara walimahnya dan ‘Abdullah bin ‘Umar menghadiri walimah ini. Wallaahu a’lam.
0 Komentar untuk "Kultum Ramadhan: Allah Memaafkan Kesalahan-Kesalahan Hambanya Yang Tidak Disengaja, Alasannya Lupa, Dan Yang Dipaksa"