Kultum Ramadhan: Menundukkan Hawa Nafsu Merupakan Kesempurnaan Iman

Kultum Ramadhan: Menundukkan Hawa Nafsu Merupakan Kesempurnaan Iman. Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini kami posting untuk Anda, kultum Ramadhan dengan tema atau judul Menundukkan Hawa Nafsu Merupakan Kesempurnaan Iman. Kultum ini kami ambil dari Syarah Hadits Arba'in karya Syaikh Ibnu Dqiqil 'Id. Silahkan dibaca untuk acuan kultum Ramadhan dan lainnya. Semoga bermanfaat.

Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh. Alhamdulillah, ash-sholaatu was-salaamu 'alaa rasuulillah, wa ba'd.

Dalam Hadits Al-Arba'in An-Nawawiyyah, hadits yang ke-41, Imam An-Nawawi menyebutkan hadits hasan shahih dalam kitab Al Hujjahsebagai berikut ini:

عن أبي محمد عبدالله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما ما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم - لا يؤمن أحدكم حتى يكون هواه تبعاُ لما جئت به - حديث صحيح رويناه في كتاب الحجة بإسناد صحيح

Dari Abu Muhammad, Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash radhiallahu 'anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah bersabda: “Tidak tepat iman seseorang di antara kau sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang telah saya sampaikan”. (Hadits hasan shahih dalam kitab Al Hujjah)

Hadits ini semakna dengan firman Allah : “Demi Tuhanmu, mereka tidak dikatakan beriman sebelum mereka berhukum kepada kau mengenai perselisihan sesama mereka dan mereka tidak merasa berat hati atas keputusan kau serta mendapatkan dengan pasrah sepenuhnya”. (QS. 4 : 65)

Sebab turunnya ayat ini ialah alasannya ialah Zubair bersengketa dengan seorang sobat dari golongan Anshar dalam kasus air. Kedua orang ini tiba kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk mendapatkan keputusan. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Wahai Zubair, alirkanlah dan tuangkanlah air kepada tetanggamu itu”.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam menganjurkan kepada Zubair untuk bersikap memudahkan dan toleransi. Akan tetapi, sobat Anshar itu berkata : “Apakah alasannya ialah dia anak bibimu?” Maka merahlah wajah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam kemudian sabda dia : “Wahai Zubair, tutuplah alirannya hingga airnya naik ke atas pagar kemudian biarkanlah hingga tumpah”.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan hal semacam itu untuk memberi arahan kepada Zubair bahwa apa yang diputuskan dia mengandung mashlahat bagi golongan Anshar. Tatkala orang Ashar memahami sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam itu, maka Zubair menyadari apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Karena insiden itulah ayat ini turun. 

Hadits yang shahih dari Nabi , dia bersabda : “Demi diriku yang ada di dalam kekuasaan-Nya, seseorang di antara kau tidak dikatakan beriman sebelum ia menyayangi saya lebih dari cintanya kepada bapaknya, anaknya, dan semua manusia”.

Abu Zinad berkata: “Hadits ini termasuk kalimat pendek yang padat berisi, alasannya ialah di dalam kalimat ini dipakai kalimat yang singkat tetapi maknanya luas. Cinta itu ada tiga macam, yaitu cinta yang didorong oleh rasa menghormati dan memuliakan ibarat cinta kepada orang tua, cinta didorong oleh kasih sayang ibarat menyayangi anak dan cinta alasannya ialah saling mengharapkan kebaikan ibarat menyayangi orang lain”.


Ibnu Bathal berkata : “Hadits di atas maksudnya ---Wallaahu a’lam--- ialah barang siapa yang ingin imannya menjadi sempurna, maka ia harus mengetahui bahwa hak dan keutamaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam lebih besar daripada hak bapaknya, anaknya dan semua manusia, alasannya ialah melalui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam inilah Allah menyelamatkan dirinya dari neraka dan memberinya petunjuk sehingga terjauh dari kesesatan. Jadi, maksud Hadits di atas ialah mengorbankan diri dan jiwa untuk membela Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berperang melawan bapak mereka atau anak mereka atau saudara mereka (yang melawan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam). Abu Ubaidah telah membunuh bapaknya alasannya ialah menyakiti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Abu Bakar menghadapi anaknya, Abdurrahman, dalam perang Badar dan hampir saja anak itu dibunuhnya. Barang siapa melaksanakan hal semacam ini, sungguh ia sanggup dikatakan kemauan-kemauannya tunduk kepada apa yang diajarkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam kepadanya. Wallaahu a'lam bisha-shawaab.

Related : Kultum Ramadhan: Menundukkan Hawa Nafsu Merupakan Kesempurnaan Iman

0 Komentar untuk "Kultum Ramadhan: Menundukkan Hawa Nafsu Merupakan Kesempurnaan Iman"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close