(Lengkap) Pemahaman Sosiologi, Sejarah, Orientasi, Sifat, Konsep, Fungsi, Metode, Dan Peranannya Dalam Kehidupan

Tentang- Pengertian Sosiologi, Sejarah Sosiologi, Orientasi Sosiologi, Sifat Sosiologi, Konsep Sosiologi, Fungsi Sosiologi, Metode Penelitian Sosiologi, dan Peranan Sosiologi Dalam Kehidupan: Sosiologi merupakan ilmu atau studi ilmiah perihal kekerabatan antara individu dan masyarakat

Sosiologi berasal dari bahasa latin socius yang artinya “kawan” dan kata Yunani "logos" yang artinya “kata” atau “berbicara”. Jadi, sanggup diartikan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang “berbicara mengenai masyarakat”. 

Istilah ‘sosiologi’ pertama kali dikemukakan oleh Auguste Comte pada tahun 1839. Ia merupakan spesialis filsafat kebangsaan Prancis yang memberi sumbangan yang begitu penting terhadap sosiologi. 

Oleh lantaran itu para piawai sepakat untuk menyebutnya selaku ‘Bapak Sosiologi’


Pengertian Sosiologi

Sosiologi (beaconfore.com)

Berikut ini kami paparkan beberapa pemahaman sosiologi menurut para ahli:


Roucek dan Warren

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari kekerabatan antar insan dalam kelompok.


Pitirim A. Sorokin

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari kekerabatan dan efek timbal balik antara aneka macam tanda-tanda sosial.


Emile Durkheim 

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, serta bisa melaksanakan pemaksaan dari luar terhadap individu.


Wiliam F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff

Sosiologi merupakan observasi secara ilmiah terhadap interaksi sosial serta hasilnya berupa organisasi sosial.


Paul B. Horton

Sosiologi merupakan ilmu yang memusatkan kajian terhadap kehidupan kalangan serta produk kehidupan kalangan tersebut.


Soerjono Soekanto

Sosiologi merupakan ilmu yang memusatkan perhatiannya pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat biasa dan berupaya untuk mendapat pola-pola biasa terhadap kehidupan masyarakat.


Max Weber

Sosiologi merupakan ilmu yang berupaya untuk mengerti tindakan-tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan langkah-langkah yang ditangani dengan memikirkan serta berorientasi pada sikap orang lain.


Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Sosiologi merupakan ilmu kemasyarakatan yang mengkaji perihal struktur sosial serta proses-proses sosial tergolong pergeseran sosial di masyarakat.


August Comte

Sosiologi merupakan ilmu positif perihal masyarakat. Objek studi sosiologi merupakan struktur penduduk dan proses-proses sosial di dalamnya.


J. A. A. Von Dorn dan C. J. Lammers

Sosiologi merupakan ilmu wawasan perihal struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.


Mayor Polak

Sosiologi merupakan ilmu wawasan yang mempelajari perihal penduduk secara keseluruhan, yakni perihal kekerabatan antara insan satu dengan insan lain, insan dengan kelompok, kalangan dengan kelompok.


Hassan Shandily

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hidup bareng dalam penduduk serta menyidik ikatan-ikatan antara insan yang menguasai kehidupan dengan menjajal mengerti sifat serta maksud hidup bareng cara terbentuk serta tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan.g


Ciri-Ciri Sosiologi

Sosiologi selaku ilmu sosial yang objeknya merupakan masyarakat, mempunyai beberapa ciri utama selaku berikut: 


1. Sosiologi bersifat empiris.

Sosiologi bersifat empirit sanggup diartikan bahwa sosiologi dikembangkan menurut hasil observasi empiris mengenai fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Ciri empiris ini mesti sanggup dibuktikan kebenarannya menurut realita yang ada secara logis atau rasional, bukan menurut spekulasi atau wahyu. Contohya merupakan penduduk Indonesia kondang ramah , sederhana, kekeluargaan dan gotong royong.


2. Sosiologi bersifat teoritis

Sosiologi bersifat teoritis artinya merupakan fenomena atau gejala-gejala sosial budaya selaku obyek kajian. Sosiologi diteliti secara teoritis dan konseptual menurut kekerabatan lantaran akhir dan dirumuskan dengan metode dan mekanisme ilmiah.

Contohnya merupakan seorang pelajar atau mahasiswa tekun mencar ilmu secara tekun lantaran didorong oleh kesempatan menjadi orang yang cerdas dan berkhasiat bagi keluarga serta masyarakat.


3. Sosiologi bersifat kumulatif

Sosiologi bersifat kumulatif artinya teori-teori Sosiologi dibangun atas dasar teori yang sudah ada sebelumnya. 

Teori-teori gres yang lebih mendekati kebenaran dan lebih luas intinya merupakan penyempurnaan dari teori-teori yang sudah ada sebelumnya.

Contohnya menurut teori Darwin, insan di bumi ini berasal dari kera. Kenyataannya teori ini sudah tidak berlaku lagi dan mengalami pergeseran dari waktu kewaktu.


4. Sosiologi bersifat bukan adab (non etis)

Sosiologi bersifat adab artinya sosiologi bukan aliran perihal tata susila dan tidak membicarakan tingkah laris baik atau jelek masyarakat 

Sosiologi cuma bertugas mengungkapkan perihal langkah-langkah sosial selaku fakta atau cuma mendeskripsikan banyak sekali fenomena sosial budaya yang terjadi dalam penduduk berdasarka aturan kausalitas.


Hakikat Sosiologi

Hakikat sosiologi merupakan selaku berikut:

  1. Sosiologi merupakan ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan
  2. Sosiologi merupakan ilmu wawasan yang murni dan bukan merupakan ilmu wawasan terapan atau terpakai
  3. Sosiologi merupakan ilmu wawasan yang ajaib dan bukan merupakan ilmu wawasan yang konkrit.
  4. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi merupakan suatu disiplin yang kategoris, artinya sosiologi menghambat diri pada apa yang terjadi remaja ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau semestinya terjadi.
  5. Sosiologi berencana untuk menciptakan pengertian-pengertian dan pola-pola alam ataupun ilmu wawasan kerohanian.
  6. Sosiologi merupakan wawasan yang bersifat empiris dan rasional.
  7. Sosiologi merupakan ilmu wawasan yang biasa dan bukan merupakan ilmu wawasan yang khusus.


Teori-Teori Sosiologi

Teori-teori sosiologi sesudah Comte diantaranya:


Madzhab geografi dan lingkungan

1. Edward Buckle(1821-1862)

Buckle meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya perihal efek kondisi alam terhadap masyarakat. Ia sudah menerima beberapa keteraturan kekerabatan antara kondisi alam dengan tingkah laris manusia. 

Misalnya terjadinya bunuh diri merupakan akhir rendahnya penghasilan, sedangkan tinggi rendahnya pengahsilan tergantung kondisi alam. Taraf kesejahteraan suatu penduduk juga sungguh tergantung pada kondisi alam di mana penduduk itu hidup.


2. Le Play(1806-1888)

Le Play menganalisis keluarga selaku unit sosial yang mendasar dari masyarakat. Organisasi keluarga di pastikan oleh cara-cara menjaga kehidupannya yakni cara mereka bermata pencaharian. 

Hal ini sungguh tergantung pada lingkungan timbal balik antara faktor-faktor pekerjaan, tempat, dan manusia.

Atas dasar faktor-faktor ini, dapatlah diketemukan unsur-unsur yang menjadi dasar adanya kelompok-kelompok yang lebih besar yang memerlukan analisis terhadap semua lembaga-lembaga politik dan social suatu masyarakat.


3. E. Huntington Karyannya (tahun 1915) Civilization and climate

Menguraikan bahwa mentalitas insan di pastikan oleh faktor iklim.


Madzhab Formal

1. Georg Simmel (1858-1918)

Menurutnya Simmel, seseorang menjadi warga penduduk untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. 

Tanpa menjadi anggota penduduk maka tidak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok. 

Dengan kata lain, apa yang memungkinkan penduduk berproses merupakan bahwa setiap orang mempunyai peranan yang mesti dijalankannya. 

Maka, interaksi individu dengan kalangan cuma sanggup dipahami dalam kerangka peranan yang ditangani oleh individu.


2. Leopold von Wiese(1876-1961)

Menurut Wiese, sosiologi mesti memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan insan tanpa mengaitkannya dengan tujuantujuan atau kaidah-kaidah. 

Sosiologi dimulai dengan observasi terhadap sikap kongkrit tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan beliau berupaya untuk mengadakan kuantifikasi, terhadap proses-proses sosial yang terjadi. 

Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan kondisi yang masing-masing sanggup diuraikan kedalam unsur-unsurnya secara sistematis.


3. Alfred Vierkandt(1867-1953)

Menurut Alfred, kiprah sosiologi merupakan untuk menganalisis dan mengadakan sistematika terhadap tanda-tanda sosial dengan jalan menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk kehidupan mental. 

Hal ini sanggup didapatkan dalam gejala-gejala menyerupai harga diri, perjuangan, simpati, artifisial dan lain sebagainya. 

Itulah prekondisi suatu penduduk yang cuma sanggup meningkat sarat dalam kehidupan kalangan atau dalam penduduk setempat. Oleh lantaran itu sosiologi mesti memusatkan perhatian terhadap kelompok-kelompok sosial.


Madzhab Psikologi

1. Gabriel Tarde (1843-1904)

Tarde mengawali dengan suatu prasangka atau persepsi permulaan bahwa tanda-tanda sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa individu, dimana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan. 

Bentuk-bentuk utama dari interaksi mental individu merupakan oposisi, imitasi, dan pembiasaan atau penemuan baru. 

Imitasi terkadang berhadapan dengan oposisi yang menuju pada bentuk pembiasaan baru. Dengan demikian mungkin terjadi pergeseran sosial yang disebabkan oleh penemuan-penemuan baru. 

Tarde berupaya untuk menerangkan gejala-gejala sosial di dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang.


2. Albion Small(1854-1926)

Small mengadakan analisis terhadap reaksi-reaksi individu terhadap individu, maupun kalangan terhadap kalangan lainnya. Ia merupakan orang yang pertama membuka departemen sosiologi pada Universitas Chicago, dan mempublikasikan American Journal of Sociology.


3. Horton Cooley(1864-1924)

Menurut Cooley, individu dan penduduk saling melengkapi,di mana individu cuma akan menerima bentuknya di dalam masyarakat. 

Di dalam karyanya Social Organization beliau mengambangkan desain kalangan utama (primary group), yang ditandai dengan kekerabatan antar langsung yang bersahabat sekali. Dalam kelompok-kelompok tersebut, perasaan insan sanggup meningkat dengan leluasa.


4. L.T. Hobhouse(1864-1929)

Sangat tertarik pada konsep-konsep pembangunan dan pergeseran sosial. Dia menolak penerapan prinsip-prinsip biologis terhadap studi penduduk manusia; psikologi dan adab merupakan persyaratan yang diinginkan untuk mengukur pergeseran sosial.


Mazhab Hukum

1. Emile Durkheim

Durkheim banyak menggunakan pendekatan-pendekatan aturan dalam ajaran-ajarannya. 

Menurut Durkheim, aturan merupakan kaidah-kaidah yang bersanksi yang berat ringannya tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan serta kepercayaan penduduk perihal baik-buruknya suatu tindakan. 

Pada penduduk terdapat dua macam hukuman kaidah-kaidah aturan yakni hukuman yang refresif (hukum pidana) dan hukuman yang restitutif (hukum perdata, aturan dagang, aturan acara, aturan tata kelola dan aturan tata negara).


2. Max Weber

Max Weber mempunyai latar belakang pendidikan hukum. Dia mempelajari efek faktor-faktor ekonomi, politik, dan agama terhadap pertumbuhan hukum. Ada empat tipe ideal aturan :

a. Hukum irasional dan materiil, yakni dimana pembentuk undang-undang dan hakim mendasarkan keputusan-kepurtusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidahpun.

b. Hukum irasional dan formal, yakni dimana pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-kaidah di luas akal, oleh lantaran didasarkan pada wahyu atau ramalan.

c. Hukum rasional dan materiil, di mana keputusankeputusan para pembentuk undang-undang dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksaan penguasa dan ideologi.

d. Hukum rasional dan formal yakni di mana hokum dibikin semata-mata atas dasar konsep-konsep ajaib dari ilmu hukum.


Mazhab Ekonomi

1. Karl Marx (1818-1883)

Marx memanfaatkan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori perihal pergeseran yang menampilkan pertumbuhan penduduk menuju kondisi dimana ada keadilan sosial.

Manurut Marx, selama penduduk masih terbagi atas kelas-kelas sosial, maka pada kelas yang berkuasa akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan.

Hukum, filsafat, agama, dan kesenian merupakan refleksi dari status ekonomi kelas tersebut. Namun demikian, hukum-hukum pergeseran berperanan dalam sejarah, sehingga kondisi tersebut sanggup berganti baik lewat suatu revolusi maupun secara damai. 

Selama masih ada kelas yang berkuasa, maka akan tetap terjadi eksploitasi terhadap kelas yang lebih lemah. 

Oleh lantaran itu senantiasa timbulah pertikaian antara kelas-kelas tersebut, pertikaian yang mana akan rampung apabila satu-satu kelas (yaitu kelas proletar) menang, sehingga terjadilah penduduk tanpa kelas.


2. Max Weber (1864-1920)

Segala bentuk oranisasi sosial mesti diteliti menurut sikap warganya, yang motivasinya serasi dengan impian warga-warga lainnya. 

Untuk mengenali dan menggali hal ini perlu digunakan metoe pengertian. Tingkah laris individu-individu dalam penduduk sanggup diklasifikasikan menurut empat tipe ideal agresi sosial, antara lain:

  • Aksi yang bertujuan, yakni tingkah laris yang ditujukan untuk mendapat hasil-hasil yang efisien.
  • Aksi yang terdiri dari nilai yang sudah ditentukan, yang diartikan selaku perbuatan untuk mewujudkan dan meraih suatu tujuan.
  • Aksi tradisional yang menyangkut tingkah laris yang melaksanakan suatu aturan yang bersanksi.
  • Aksi yang emosional, yakni agresi yang menyangkut perasaan seseorang.
  • Atas dasar hal-hal tersebut diataslah maka timbul hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat.


Sejarah Sosiologi

1. Sejarah Awal Perkembangan Sosiologi

Sosiologi berasal dari gejolak sosial sejak terjadinya revolusi industri dan revolusi Perancis. Revolusi ini memicu terjadinya urbanisasi, pengekploitasian pekerja anak-anak, demokratisasi dan lain sebaginya. Tradisi usang tidak dapat untuk menjawab lagi pergeseran ini.

Pada dikala bersamaan, berkembanglah metode ilmiah pada bidang ilmu kimia dan fisika. Banyak diam-diam alam terungkap. 

Karena tradisi tidak lagi bisa menjawab kasus pergeseran dalam kehidupan mahluk sosial, maka dicarilah metode ilmiahutuk menampilkan balasan atas kasus tersebut. Dari sini antahap permulaan pertumbuhan lahirnya Sosiologi selaku ilmu pengetahuan.


2. Sejarah Sosiologi Abad ke-19

Auguste Comte merasa kekalutan yang mendalam atas kondisi negaranya, puncak kekhawatirannya dikala terjadi Revolusi Prancis yang banyak memunculkan efek negatif pergeseran sosial, salah satunya terjadinya pertentangan antarkelas dalam penduduk yang seolah menampilkan arah pada sikap anarkisme di dalam kehidupan masyarakat.


3. Sejarah Perkembangan Sosiologi d Eropa

Konflik sosiologi di Eropa dilatar belakangi oleh ketidaktahuan masyarakatnya dalam menanggulangi pergeseran atau hukum-hukum menyerupai yang sanggup digunakan untuk mengendalikan stabilitas masyarakat. 

Atas dasar ini, Comte pada masa 19 melaksanakan instrumen observasi sosial perihal penduduk perlu ditingkatkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri dengan observasi sosial yang didasarkan pada metode ilmiah inilah sosiologi lahir selaku ilmu wawasan pada masa 19.

Dengan berdirinya sosiologi sekaligus pencipta namanya merupakan Auguste Comte yang tertuang dalam buku berjudul Cours de Philosophie Positive.


4. Sosiologi di Indonesia

Sebelum terjadi gejolak pada Perang Dunia II, pertumbuhan sosiologi yang ada dalam kajian keilmuah cuma dianggap sebatas pembantu bagi keperluan ilmu-ilmu wawasan lainnya, khususnya kejaian ini berlaku di Indonesia. 

Namun sesudah Indonesia merdeka, Sosiologi mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan.

Perkembangan ini menjadi cikal bakal adanya sejarah Ilmu Sosiologi selaku Ilmu wawasan di Indonesia. 

Untuk pelaksanaan materi penyampaian Ilmu Sosiologi, pertama kali ditangani metode perkuliahan Sosiologi oleh Soenario Kolopaking Tahun 1948.

Perkuliahan sosiologi pertama kali di Indonesia ini kerjakan di dalam di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta, yang pada dikala ini Akedemi Politik berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM (Univeritas Gajah Madah). Maka tak khalal jurusan sosiologi pertama dan tertua di Indonesia merupakan Jurusan Sosiologi di UGM.


5. Sejarah Akhir Perkembangan Sosiologi

Sejarah simpulan dari pertumbuhan Ilmu Sosiologi merupakan hadirnya paradigam bahwa pembangunan yang ada di dalam pertumbuhan suatu negara, bukan cuma di ukur dalam pembangunan infrastruktur, atau pembangunan SDA, akan tetapi yang jauh lebih penting merupakan pembangunan dalam SDM.

Dengan posisi ini, sosiologi selaku ilmu wawasan pada kesannya mmeberikan penyelesaian atas permasalah yang terjadi. Salah satunya dengan menampilkan banyak sekali cabang dalam Ilmu Pengetahuan Sosiologi.


Konsep Dasar Sosiologi

Konsep dasar sosiologi merupakan ungkapan yang digunakan untuk studi wawasan yang menampilkan faedah dalam hidup. 

Konsep sosiologi tergantung dari keperluan dan kesempatan di saat ingin menampilkan penjalasan mengenai sosiologi, baik dari sisi cabang sosiologi pendidikan, sosiologi hukum, atau cabang ilmu sosiologi lainnya. 

Beberapa macam dari desain dasar sosiologi ini, antara lain merupakan selaku berikut;


1.Struktur sosial

Strukstur sosial merupakan keseluruhan elemen sosial yang pokok, yang meliputi kaidah-kaidah sosial (norma sosial), lembaga-lembaga sosial dan kalangan serta lapisan sosialnya. 


2. Proses Sosial

Proses sosial merupakan timbal balik antara penduduk yang hidup dan berdampingan secara bersama-sama. Contonya merupakan efek timbal balik antara sisi kehidupan ekonomi dan sisi kehidupan politik, antara sisi kehidupan aturan dan sisi kehidupan agama, serta segi-segi kehidupan lainnya.


3. Perubahan sosial

Perubahan sosial merupakan pergeseran yang meliputi seluruh lapisan dalam struktur sosial dan jalinan kekerabatan dalam masyarakat. 

Perubahan ini mempunyai efek postif dan efek negatif. Dimana realisasi dalam efek sosiologi tidak sanggup dikesampingkan oleh masyarakat. Lantaran setiap penduduk niscaya akan mengalami pergeseran sosial.


4. Organisasi sosial

Organisasi sosial merupakan desain yang menyangkut faktor kolaborasi yang mendasar, sampai kesannya bisa untuk menampilkan dorongan pada penduduk agar tingkah laris para individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu.


5. Fakta Sosial

Fakta sosial merupakan kondisi sadar pada setiap individu atau penduduk untuk melaksanakan kegiatannya. Fakta sosial akan melahirkan padigma sosial, yang satu dan yang lain saling berhubungan dan saling membutuhkan.


6. Institusi sosial

Institusi sosial dimaknai selaku institusi legal (diakui) dan dianggap bisa menampilkan dorongan terhadap masyarakat, agar sanggup melakukan peranan sosial dan norma-norma  guna menjaga integratsi sosial dan menyingkir dari atau mengenyampingkan pertentangan sosial dalam masyarakat. 

 

7. Individu

Individu diartikan selaku kekerabatan sosial yang terjadi antara langsung dan langsung dalam kehidupan masyarakat. 

Individu sanggup melaksanakan langkah-langkah dan kegiatannya yang cocok dengan keiinginan dan fikiran yang di rasakannya. Oleh lantaran itu, untuk penilaian dalam individu sendiri cuma bisa ditangani oleh masyarakat, khususnya penilaian baik dan buruknya langkah-langkah yang dilakukan.


8. Masyarakat

Masyarakat merupakan sekelompok insan yang hidup bareng untuk sanggup berinteraksi meraih kepentingan secara bantu-membantu dalam kurun waktu tertentu. Sosiologi dan penduduk merupakan kesatuan  yang tidak sanggup dipisahkan satu sama lainnya.


9. Hubungan Individu dan Masyarakat

Hubungan yang terjadi antara individu dan penduduk dalam akan mendorong terbentuknya kebiasaan atau adat. Kebiasaan ini terjadi lantaran seringnya interaksi yang ditangani secara bersama.  

Untuk menjaga kebiasaan kekerabatan individu dan penduduk maka diinginkan bahasan mengenai ketaraturan sosial, hal ini ditangani untuk mengurangi kasus sosial yang ada dalam kekerabatan individu dengan masyarakat.


10. Kelompok Sosial

Kelompok sosial merupakan himpunan penduduk yang saling kekerabatan secara terorganisir satu sama lain. Hubungan ini akan melahirkan integrasi sosial dan melahirkan pertentangan sosial dalam masyarakat.


11. Komunitas (Community)

Komunitas merupakan kesatuan hidup yang diseleksi oleh setiap insan untuk sanggup menempati wilayah-wilayah tertentu. Dengan mengatahui dan mengerti komunitas maka penduduk akan bisa bertahan dalam keselarasan sosial.


Metode Sosiologi

Metode sosiologi dibedakan menjadi dua, yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Berikut ini kami uraikan kedua jenis metode tersebut.


Metode Kualitatif

Metode kualitatif merupakan metode observasi yang mengutamakan materi atau hasil observasi yang tidak dapat diukur dengan angkat-angka atau ukuran yang matematis. 

Ukuran nyatanya dalam metode ini merupakan persepsi peneilitian yang ditangani di lapangan lewat banyak sekali jenis instrumen observasi yang sudah ada. Bentuk-bentuk metode kualitatif, misalnya:


1. Metode Historis

Metode historis merupakan metode observasi yang melaksanakan analisis peristiwa-peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip yang sempurna dan bersifat umum.  Contoh observasi menggunakan metede ini merupakan masuknya Sejarah Sosiologi di Indonesia.


2. Metode Komparatif

Metode komparatif adalah  jenis metode yang ditangani dengan cara membandingkan beragam bentuk dalam penduduk serta hasil perbandingan tersebut ditangani perbedaan dan persamaan.


3. Metode Studi Kasus

Metode studi kasus merupakan metode observasi yang biasanya ditangani dengan cara memanfaatkan observasi perihal fakta sosial masyarakat, kalangan sosial, interkasi sosial, dan lembaga-lembaga sosial yang meningkat dalam masyarakat.

Adapun instrumen penelitin yang digunakan dalam metode observasi kualitatif merupakan wawancara, kuesioner(questionaire), daftar pertanyaan, dan teknik keterlibatan penelitin yang ditangani dalam masyarakat


Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif merupakan metode observasi sosial yang ditangani dengan menggunakan perkiraan statistik. 

Tujuan metode ini merupakan untuk menggambarkan dan menampilkan observasi yang besar lengan berkuasa pada hubungan-hubungan sosial kemanusiaan. Jenis-jenis metode kuantitatif, antara lain:

 

1. Metode Deduktif

Metode deduktif merupakan langkah observasi sosial yang ditangani dari kaidah-kaidah sosial yang berlaku biasa untuk ditarik kesimpulan pembahasannnya dalam kondisi yang khusus.


2. Metode Induktif

Metode induktif merupakan metode penelian sosial yang biasanya bisa dipelajari dari suatu bentuk tanda-tanda khusus untuk kemudian ditarik kesimpulannya menjadi lebih luas atau bersifat umum. Metode ini bertentangan dengan metode observasi deduktif.


3. Metode Empiris

Metode empiris merupakan metode observasi yang lebih mengutamakan pada keadaan-keadaan nyata yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat.


4. Metode Rasional

Metode rasional merupakan metode observasi yang lebih mengutamakan penalaran secara logika daypikir untuk mendapat hasil pemahaman perihal masalah-masalah yan timbul dari kasus di dalam masyarakat.


5. Metode Fungsional

Metode fungsional merupakan metode yang ditangani untuk menampilkan penilaian terhadap kegunaan lembaga-lembaga sosial penduduk dan struktur sosial yang meningkat dalam masyarakat.


Fungsi Sosiologi

Sosiologi selaku ilmu mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan. Fungsi atau kegunaan sosiologi merupakan selaku berikut:


1. Fungsi Sosiologi Dalam Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial merupakan kesibukan untuk merencanakan masa depan individu di masyarakat. Tujuannya untuk  menanggulangi kemungkinan hadirnya masalah-masalah dikala terjadinya perubahan. 

Perencanaan sosial bersifat antisipatif, artinya penyusunan rencana ini bersifat mencegah, merencanakan untuk sesuatu yang mungkin terjadi. Fungsi sosiologi dalam penyusunan rencana sosial merupakan selaku berikut:

  • Perencanaan sosial merupakan alat untuk mengenali pergeseran yang terjadi di masyarakat
  • Perencanaan disusun atas dasar realita yang faktual
  • Perencanaan sosial digunakan untuk mengantisipasi banyak sekali kasus yang timbul di masyarakat
  • Perencanaan sosial selaku alat untuk mengenali pertumbuhan masyarakat, sehingga sanggup meng- himpun kekuatan sosial di masyarakat
  • Sosiologi mengerti pertumbuhan penduduk , baik desa maupun kota, sehingga proses penyusunan penyusunan rencana sosial sanggup dilakukan.


3. Fungsi Sosiologi dalam Penelitian

Dalam sosiologi, observasi berkhasiat untuk menampilkan citra mengenai kehidupan masyarakat. Kegiatan observasi dalam sosiologi, biasanya mengkaji banyak sekali tanda-tanda yang ada di masyarakat. 

Dengan penelitian, maka akan diperoleh suatu planning penyelesaian kasus sosial yang baik. 

Dari data yang dihasilkan dari observasi sosiologis, pengambil keputusan sanggup menyusun planning penyelesaian suatu kasus sosial, menyerupai cara untuk menangkal kenakalan remaja dan menanggulangi kasus pengangguran, maupun memajukan rasa solidaritas antarwarga yang kian memudar.

Fungsi Sosiologi dalam observasi sosial merupakan selaku berikut:

  • Untuk memikirkan banyak sekali tanda-tanda sosial yang timbul dalam kehidupan masyarakat
  • Untuk mengerti contoh tingkah laris insan di masyarakat
  • Untuk bersikap hati-hati dan senantiasa berpikir rasional
  • Untuk sanggup menyaksikan pergeseran tingkah laris anggota masyarakat
  • Untuk sanggup mengerti simbol, kode, dan banyak sekali ungkapan yang menjadi obyek penelitian.


3. Fungsi Sosiologi dalam Pembangunan

Pembangunan merupakan pergeseran yang ditangani dengan terpola dan terarah. Proses ini berencana untuk meningkatkan  taraf hidup masyarakat, baik secara spiritual maupun material. 

Dalam pembangunan, Sosiologi berfungsi untuk menampilkan data sosial yang diinginkan pada tahap  perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembangunan selaku berikut:

a. Tahap Perencanaan digunakan untuk mengidentifikasi keperluan masyarakat, sehingga memerlukan data-data yang relatif lengkap, yang meliputi: Pola interaksi sosial, kalangan sosial, forum sosial, stratifikasi sosial

b. Tahap Pelaksanaan, perlu diadakan pengawasan terhadap kekuatan sosial dan pergeseran sosial di masyarakat. Caranya merupakan dengan mengadakan observasi terhadap contoh kekuasaan  dan wewenang yang ada di penduduk dan melaksanakan observasi terhadap pergeseran yang terjadi.

c. Tahap Evaluasi. Dalam tahap ini, ditangani analisis efek sosial  pembangunan. Keberhasilan pembangunan cuma sanggup dinilai lewat evaluasi. Dalam tahapan ini juga sanggup diidentifikasikan terjadinya kelemahan dan kemunduran. Melalui penilaian sanggup ditangani perbaikan, penambahan, dan kenaikan ke arah yang lebih baik.


4. Fungsi Sosiologi dalam Pemecahan Masalah Sosial

Masalah merupakan kondisi yang dianggap sebagai  suatu kesusahan yang perlu diselesaikan. Masalah timbul lantaran ada kesenjangan antara impian dan kenyataan. 

Masalah sosial yang ada di penduduk berhubungan dengan nilai-nilai dan forum kemasyarakatan. Disebut kasus sosial lantaran sanggup mengusik keselarasan di masyarakat. 

Oleh lantaran itu kasus sosial mesti ada pemecahan- nya agar tercipta kestabilan dan keselarasan di masyarakat. Metode pemecahan kasus sosial dibagi menjadi tiga:

  • Metode antisipatif: langkah-langkah yang sifatnya mencegah, serta merencanakan untuk sesuatu yang mungkin terjadi.
  • Metode Represif: langkah-langkah agar menciptakan jera pelaku pelanggaran.
  • Metode Restitusif: langkah-langkah yang berupa pemberian   penghargaan/reward terhadap seseorang yang menaati hukum


Sumber

https://beaconforce.com/social-interaction/

https://dosensosiologi.com/konsep-dasar-sosiologi-dan-pejelasannya-lengkap/

https://dosensosiologi.com/9-metode-sosiologi-dan-jenisnya-lengkap/


Hashtag

#pengertian sosiologi menurut para ahli, #pengertian sosiologi secara umum, #pengertian sosiologi brainly, #ciri-ciri sosiologi, #sejarah sosiologi, #objek kajian sosiologi, #jelaskan ciri-ciri sosiologi, #pengertian sosiologi menurut auguste comte, 

Related : (Lengkap) Pemahaman Sosiologi, Sejarah, Orientasi, Sifat, Konsep, Fungsi, Metode, Dan Peranannya Dalam Kehidupan

0 Komentar untuk "(Lengkap) Pemahaman Sosiologi, Sejarah, Orientasi, Sifat, Konsep, Fungsi, Metode, Dan Peranannya Dalam Kehidupan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close