Budbahasa Insan Dalam Al-Qur’An

 Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu   Tabiat Manusia Dalam Al-Qur’an

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang senantiasa setia dan Istiqomah

Tabiat yang memiliki arti watak, kecerdikan pekerti, perbuatan yang senantiasa dilakukan, kelakuan, tingkah laku. Pengertian di atas merupakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 

Berangkat dari arti di atas watak insan merupakan watak atau tingkah kemudian yang di miliki setiap manusia. Tetapi watak insan itu berbeda-beda.

Dalam Al-Qur’an yang Allah Subhanahu wata'ala turunkan selaku isyarat dan anutan bagi umat manusia. Secara gamblang sudah terperinci watak insan selaku berikut:

1. Memiliki bentuk penciptaan yang sempurna

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala, 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya, Kami sudah bikin insan dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS At-Tin: 4).

Allah bersumpah dengan tin dan zaitun,keduanya tergolong buah buahan yang masyhur, Allah bersumpah Juga dengan gunung thursina(Sinai)yang disana 

Allah mengatakan terhadap Musa alaihi salam secara langsung, Allah bersumpah Juga dengan negeri yang kondusif dari segala ketakutan (yaitu Makkah) wilayah turunnya wahyu. 

Sungguh kami sudah bikin insan dalam bentuk yang terbaik, kemudian Kami mengembalikannya ke neraka kalau ia tidak patuh terhadap Allah dan tidak mengikuti para rasul. 

Akan namun orang-orang yang beriman dan bersedekah shalih, mereka menemukan pahala besar yang tidak terputus dan tidak dikurangi.

2. Kecintaan terhadap musuh jenis dan keluarga. 

Allah Subhanahu wata'ala berfirman,

 زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالۡبَـنِيۡنَ وَالۡقَنَاطِيۡرِ الۡمُقَنۡطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالۡفِضَّةِ وَالۡخَـيۡلِ الۡمُسَوَّمَةِ وَالۡاَنۡعَامِ وَالۡحَـرۡثِ‌ؕ ذٰ لِكَ مَتَاعُ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ‌ۚ وَاللّٰهُ عِنۡدَهٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ

“Dijadikan terasa indah dalam persepsi insan cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di segi Allah-lah wilayah kembali yang baik” (QS Ali-Imran: 14).

Dijadikan indah bagi insan untuk menyayangi apa saja yang mereka sukai, berupa wanita, anak-anak, kekayaan yang melimpah seperi emas, perak dan kuda-kuda yang baik, dan binatang-binatang ternak semisal unta, sapi dan kambing, serta tanah yang di jadikan untuk bercocok tanam dan berladang. 

Semua itu merupakan daya tarik kehidupan dunia dan perhiasannya yang hendak sirna. Dan Allah di sisiNYA terdapat wilayah kembali dan pahala yang baik, yakni surga

3. Kecintaan terhadap harta. 

Allah Allah Subhanahu wata'ala berfirman, 

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالۡبَـنِيۡنَ وَالۡقَنَاطِيۡرِ الۡمُقَنۡطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالۡفِضَّةِ وَالۡخَـيۡلِ الۡمُسَوَّمَةِ وَالۡاَنۡعَامِ وَالۡحَـرۡثِ‌ؕ ذٰ لِكَ مَتَاعُ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا ‌ۚ وَاللّٰهُ عِنۡدَهٗ حُسۡنُ الۡمَاٰبِ

“Dijandikan indah pada (pandangan) insan kecintaan terhadap apa-apa yang diingini, yakni wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah lading. Itulah kesenagan hidup di dunia dan di segi Allahlah wilayah kembali yang bagus (surga),” (QS Ali-Imran: 14).

وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Dan dari firman Allah yang lain, “Dan kau menyayangi harta benda dengan kecintaan yang berlebihan,” (QS Al-Fajr: 20).

Perkaranya tidak sebagaimana yang disangka oleh insan ini, sebaliknya pemuliaan allah merupakan menurut ketaatan kepadaNYA, dan perendahan merupakan menurut kemaksiatan 

KepadaNYA,sementara kalian tidak memuliakan anak yatim yang bapaknya wafat di saat ia masih kecil, kalian tidak memperlakukannya dengan baik, 

Sebagian dari kalian tidak mendorong sebagian yang lain untuk memberi makan orang yang memerlukan yang tak mempunyai apa yang mencukupinya dalam menutup hajatnya, 

Kalian makan hak orang lain dalam warisan dengan rakus, Dan kalian menyayangi harta secara berlebihan.

4. Cenderung mempunyai sifat kikir. 

Dan Allah Allah Allah Subhanahu wata'ala berfirman, 

وَاِذَا مَسَّهُ الۡخَيۡرُ مَنُوۡعًا

“Dan apabila ia memperoleh kebaikan ia sungguh kikir,” (QS Al-Ma’arij: 21).

Sesungguhnya insan diciptakan bertabiat suka berkeluh kesah dan rakus. Bila ditimpa kejelekan dan kesulitan, ia banyak berkeluh kesah dan bersedih. 

Bila menemukan kebaikan dan kemudahan, ia banyak menahan dan menolak memberi, kecuali orang-orang yang mendirikan shalat yang menjaganya pada setiap waktunya, tidak direpotkan oleh sesuatu. 

Orang-orang yang pada harta mereka terdapat bab tertentu yang Allah wajibkan atas mereka, yakni zakat bagi siapa yang meminta derma terhadap mereka dan bagi siapa yang menahan diri dengan tidak meminta-minta, 

Oramng-orang yang beriman terhadap hari perkiraan amal dan pembalasan, kemudian mereka merencanakan diri dengan dogma dan amal shalih, orang-orang yang takut terhadap azab Allah, 

Sesungguhnya azab Tuhan mereka, tidak layak bagi seorang pun merasa kondusif darinya, orang-orang yang mempertahankan kehormatan mereka dari segala apa yang Allah haramkan atas mereka, kecuali pada istri-istri mereka dan hamba sahaya mereka, maka bekerjsama mereka tidak akan dihukum.

5. Suka berkeluh kesah di saat memperoleh kesulitan. 

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala

إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًا

“Sesungguhnya, insan diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,” (QS Al-Ma’arij: 20).

Allah menyebutkan bahwa sebagian dari watak insan merupakan banyak ketakutan dan simpel mengeluh. Maka kalau ditimpakan kejelekan (kepada mereka) dari sakit, miskin atau petaka dan selainnya. 

Maka mereka mengeluh dan komplain, dan tidak ridha dengan apa yang Allah berikan dan takdirkan. Dan kalau diberikan kebaikan sepeti kekayaan, panjang umur dan selainnya, maka jadilah mereka bakhil dan banyak menahan hartanya. 

Mereka tidak menginfaqkannya dari apa yang sudah Allah berikan terhadap mereka, dan juga tidak mengakui (nikmat) pemberian Allah dari karunianya, mereka malah berkata: Sesungguhnya ini semua saya temukan atas jerih payahku dan pengetahuanku lewat jalan berdagang

6. Sering tergesa-gesa. 

Allah Subhanahu wata'ala berfirman, 

وَيَدۡعُ الۡاِنۡسَانُ بِالشَّرِّ دُعَآءَهٗ بِالۡخَيۡرِ‌ ؕ وَكَانَ الۡاِنۡسَانُ عَجُوۡلًا

“Dan insan mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan merupakan insan bersifat tergesa-gesa,” (QS Al-Isra’: 11 )

Inilah salah satu bentuk kebodohan insan dan sifatnya yang terburu-buru. Dia tergesa-gesa untuk berdoa bagi dirinya, anak dan hartanya dengan doa kejelekan tatkala ia marah, sebagaimana ia (juga) bersegera dalam berdoa meminta kebaikan. 

Akan tetapi, Allah dengan sifat kelembutanNYa terhadap para hamba, cuma mengabulkan doa kebaikan dan tidak mengabulkan doa keburukannya. 

"Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi insan menyerupai undangan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. 

Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak menginginkan konferensi dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka.

7. Suka menzalimi diri sendiri dan lupa terhadap RabbNya. 

Dalam firman Allah Subhanahu wata'ala

اِنَّا عَرَضۡنَا الۡاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَالۡجِبَالِ فَاَبَيۡنَ اَنۡ يَّحۡمِلۡنَهَا وَاَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَ حَمَلَهَا الۡاِنۡسَانُؕ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوۡمًا جَهُوۡلً

“Sesungguhnya, Kami sudah mengemukakan amanat terhadap langit, bumi, dan gunung-gunung, maka seluruhnya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir amanat akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya, insan itu amat zalim dan bodoh,” (QS Al-Azab: 72).

Allah memuliakan permasalahan amanah yang ia merupakan keleluasaan dalam opsi dalam menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dan antara menjadi seorang yang beriman atau kafir, kemudian Allah menyebabkan jawaban dan adzab menurut pilihannya,

Karena alasannya merupakan agungnya amanah ini, Allah menampilkan terhadap makhluk-Nya. Yaitu langit dan bumi serta gunung; mengatakan opsi dengan tanpa mewajibkan,

Maka para makluk tadi menolak seluruhnya untuk menenteng amanh ini, mereka berharap untuk pasrah tanpa memilih; Karena alasannya merupakan mereka takut tidak menjalankannya sebagaimana perintah Allah,

Adapun insan yang lemah mereka menemukan amanah ini, Karena alasannya merupakan mereka dzalim bagi diri mereka, ndeso secara watak dalam mengemban amanah.


8. Memiliki kecenderungan untuk berbuat salah atau dosa. 

Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassallam,

 كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

“Setiap Anak Adam suka berbuat salah, dan sebaik-baik yang berbuat salah merupakan yang bertaubat,” (HR Ibnu Majah).

Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wa sallam juga mendelegasikan ummatnya untuk senantiasa bertaubat terhadap Allâh Azza wa Jalla. 

Bahkan, Beliau Shalllallahu 'alaihi wa sallam mencontohkan terhadap ummatnya bahwa Beliau Shalllallahu 'alaihi wa sallam bertaubat sebanyak 100 kali dalam sehari.

9. Kecenderungan untuk beragama dan mengagungkan sesuatu(taqdis). 

Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, 

كل مولود يولد على الفطرة, فأبواه يهودانه, أو ينصرانه, أو يمجسانه, كمثل البهيمة تنتج البهيمة, هل ترى فيها جدعاء

“Tidaklah setiap insan lahir melainkan dalam kondisi fitrah, kedua orangtuanyalah yang membuatnya Yahudi dan Nasrani,” (HR Bukhari)

Hadits di atas menampilkan bahwa setiap anak lahir dalam kondisi bersih, siap menemukan hidayah dari Allah. 

Akan namun pendidikan dari kedua orang tuanyalah yang hendak membentuk kepribadiannya kelak, apakah akan tetap beriman ataukah justru keluar dari hidayah Allah. 

Bisa diimplementasikan dari nash hadits ini berarti lingkungan pergaulan dan norma-norma yang ditanamkan pada seseorang akan membentuk karakternya.

Demikian Tabiat Manusia Dalam Al-Qur’an yang Allah Subhanahu wata'ala turunkan selaku isyarat dan anutan bagi umat manusia. Semoga berfaedah dan sanggup memperbesar wawasan sobat semua. Terima kasih atas kunjungannya

Related : Budbahasa Insan Dalam Al-Qur’An

0 Komentar untuk "Budbahasa Insan Dalam Al-Qur’An"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close