Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang setia dan Istiqomah.
Firman Allah:
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (38) قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (39) قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40 )
“Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kau sekalian yang sanggup menenteng singgasananya kepadaku sebelum mereka tiba kepadaku selaku orang-orang yang berserah diri".
Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan tiba kepadamu dengan menenteng singgasana itu kepadamu sebelum kau bangkit dari kawasan dudukmu; sesungguhnya saya sungguh-sungguh besar lengan berkuasa untuk membawanya lagi sanggup dipercaya". Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan menenteng singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".
Maka tatkala Sulaiman menyaksikan singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini tergolong kurnia Tuhanku untuk menjajal saya apakah saya bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Qs. an-Naml: 38-40)
Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan tiba kepadamu dengan menenteng singgasana itu kepadamu sebelum kau bangkit dari kawasan dudukmu; sesungguhnya saya sungguh-sungguh besar lengan berkuasa untuk membawanya lagi sanggup dipercaya". Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan menenteng singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip".
Maka tatkala Sulaiman menyaksikan singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini tergolong kurnia Tuhanku untuk menjajal saya apakah saya bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Qs. an-Naml: 38-40)
Pelajaran Pertama: Mengutamakan Perdamaian.
Prinsip politik Islam merupakan mengganti sesuatu mudah-mudahan menjadi lebih baik dengan cara hening tanpa peperangan. Oleh sebab itu, seorang pemimpin politik yang baik, hendaknya mencari penyelesaian secara hening dan tidak menghasilkan kebisingan sebelum menegaskan penyelesaian perang. Ini sesuai dengan firman Allah,
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
“Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kau sekalian yang sanggup menenteng singgasananya kepadaku sebelum mereka tiba kepadaku selaku orang-orang yang berserah diri." (Qs. an-Naml: 38)
1. Nabi Sulaiman berpikir bagaimana bisa menundukkan Ratu Bilqis tanpa peperangan. Cara yang ditempuh merupakan memindahkan singgasana Ratu Bilqis ke wilayahnya. Tujuannya untuk menampilkan kekuatan dan kemampuannya di depan Ratu Bilqis, bahwa dia bisa memindahkan singgasananya dalam sekejap, pasti dia akan lebih bisa menghancurkan kerajaannya juga. Hal ini disampaikan terhadap Ratu Bilqis mudah-mudahan dia mengakui keunggulannya dan mau memperoleh ajakannya untuk masuk Islam.
Alhamdulillah, apa yang dijadwalkan Nabi Sulaiman berlangsung menyerupai yang diharapkan. Ratu Bilqis kesannya masuk Islam dengan suka rela tanpa tekanan dan paksaan.
2. Hal yang serupa juga dijalankan oleh Nabi Yusuf. Beliau bisa menguasai Mesir dengan cara damai, tanpa kebisingan yang berarti. Allah berfirman,
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ (55) وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاءُ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَشَاءُ وَلَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
Berkata Yusuf: "Jadikanlah saya bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya saya merupakan orang yang pintar menjaga, lagi berpengetahuan." Dan demikianlah Kami memberi kedudukan terhadap Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami terhadap siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Yusuf: 55-56)
Ayat di atas menampilkan bagaimana proses kesuksesan Nabi Yusuf di dalam merebut kekuasaan tanpa peperangan. Yaitu dikala dia dikeluarkan dari penjara dan diundang raja untuk menafsirkan mimpinya yang tidak kunjung ada kejelasan, beliaupun menyanggupinya, kemudian menerangkan tafsir mimpi tersebut satu persatu secara mendetail, hingga Raja Mesir tersebut puas dengan klarifikasi Nabi Yusuf dan mengikuti segala masukannya.
Nah, dikala keyakinan raja kepadanya begitu tinggi, dia tidak menyia-nyiakan peluang tersebut untuk merebut kekuasaan. Beliau mengobrol jasa terhadap Raja Mesir untuk memperbaiki ekonomi Mesir dengan syarat dia diangkat menjadi Menteri Perekonomian dan Pertanian. Ternyata hal itu disetujui oleh Raja, bahkan dia diberi kekuasaan sarat untuk mengganti negara Mesir menjadi negara yang makmur.
Ketika menjabat selaku seorang Menteri yang disegani, dia berdakwah terhadap Raja Mesir dan keluarganya, serta pejabat-pejabat di lingkungan kerajaan untuk masuk Islam, dan alhamdulillah mereka mau menerimanya. Dan akhirnya, penduduk Mesir yang tadinya menyembah berhala, kesannya masuk Islam di bawah tutorial Nabi Yusuf dan cuma menyembah Allah saja. Inilah kemenangan Nabi Yusuf yang dicapainya tanpa peperangan.
Berkata Mahmud Sami Basya al-Barudi :
بادر الفرصة واحذر فوتها # فبلوغ العز في نيل الفرص
واغتنم عمرك إبان الصبا # فهو إن زاد مع الشيب نقص
وابتدر مسعاك واعلم أن من# بادر الصيد مع الفجر قنص
“Segera ambil peluang dan jangan disia-siakan, sebab kejayaan itu diraih dengan mempergunakan kesempatan.
Manfaatkan umurmu di waktu muda, sebab jikalau sudah beruban, umur itupun akan berkurang
Bersegaralah dalam beramal, dan ketahuilah bahwa siapa yang berburu pada pagi hari akan bisa membidik buruannya. “ (Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Adab (2/ 57)
3. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menaklukan kota Mekkah dengan jalan damai, tanpa menumpahkan darah, meskipun bersamanya 10.000 serdadu dengan senjata lengkap. Beliau bisa membunuh seluruh penduduk Mekkah, utamanya para pemimpinnya yang pernah membunuh kaum muslimin, menindas dan menghalau mereka dari Mekkah. Beliau bisa membumi hanguskan kota Mekkah dan meratakannya dengan tanah.
Beliau juga bisa menahan seluruh penduduk Mekkah kemudian dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi itu semua tidak dilakukannya, sebab dia membuka kota Mekkah bukan untuk membalas dendam, dan bukan untuk membunuh dan mematikan, bukan pula menghancurkan dan menghancurkan, dan bukan pula untuk menghasilkan kebisingan dan kesengsaraan penduduk Mekkah. Tetapi dia tiba untuk membebaskan penduduk Mekkah dari para penguasa yang zalim, tiba untuk mengayomi mereka, tiba untuk mengajak mereka ke jalan yang lurus. Sangat sempurna jikalau penaklukan kota Mekkah disebut dengan pembukaan kota Mekkah.
Peristiwa pembukaan kota Mekkah yang sarat dengan agresi simpati dan kemanusiaan ini, kesannya menghasilkan bangsa Arab berdecak kagum, sehingga mereka berbondong-bondong masuk Islam. Inilah menang tanpa perang yang dicontohkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap kita.
Allah berfirman,
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا (3)
“Apabila sudah tiba dukungan Allah dan kemenangan. Dan kau lihat insan masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia merupakan Maha Penerima tobat. (Qs. an-Nashr)
Pelajaran Kedua: Etika Politik Islam
Etika Perang dalam Islam, menerangkan bahwa sebelum berperang, hendaknya didahului dengan penawaran terhadap lawan tiga pilihan;
a. Masuk Islam, dan menjadi kerabat seiman
b. Membayar Jizyah, dan seluruhnya akan selamat dan dilindungi.
c. Berperang, dan ini merupakan opsi terakhir dalam kondisi sungguh terpaksa.
Lihatlah bagaimana Islam menegaskan jalan dakwah dan hening apalagi dahulu, sebelum berperang. Dan mengobrol untuk mengeluarkan duit sejumlah harta, selaku timbal balik dari kedamaian dan perlindungan. Jika kedua ajuan ditolak, maka Islam terpaksa menunjukkan perang terhadap siapa pun yang menolak perdamaian.
Pelajaran Ketiga: Langkah-Langkah Untuk Menang
Untuk meraih kemenangan tanpa perang, maka seorang pemimpin hendaknya mengambil tindakan selaku berikut:
1. Memilih orang-orang yang profesional untuk menolong tugasnya. Sebagaimana dalam firman Allah,
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا
“Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kau sekalian yang sanggup menenteng singgasananya.” (Qs. An-Naml: 38)
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa pemimpin berhak menegaskan orang-orang profesional di dalam menjalankan tugas-tugasnya. Bisa juga dengan cara pengumuman, sayembara, ataupun lelang jabatan. Ini semua untuk menyingkir dari tata cara KKN yang selama ini sudah mendarah daging di penduduk kita.
2. Memberikan deadline tenggang yang terperinci (deadline) dalam setiap kiprah yang diberikan terhadap kepada bawahannya. Firman Allah,
قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
“Sebelum mereka tiba kepadaku selaku orang-orang yang berserah diri." (Qs. An-Naml: 38)
Nabi Sulaiman dikala mengobrol kiprah terhadap bawahannya, tidak begitu saja dibiarkan tanpa batas-batas waktu, namun dia mengobrol deadline tenggang tertentu untuk menjalankan kiprah tersebut. Di dalam ayat ini, dia mengobrol tenggang sebelum kemunculan Ratu Bilqis.
3. Selalu optimis dengan planning dan target-target yang mau dicapainya. Allah berfirman,
قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
“Sebelum mereka tiba kepadaku selaku orang-orang yang berserah diri" (Qs. An-Naml: 38)
4. Mengambil orang-orang terbaik dari setiap kelompok, suku dan bangsa. Allah berfirman,
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ
“Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin” (Qs. An-Naml: 39)
Jin Ifrit merupakan salah satu jin yang terbaik untuk mengemban kiprah memindahkan singgasana Ratu Bilqis.
5. Memotivasi bawahannya mudah-mudahan mengobrol konsep, pemikiran, jasa dan keahlian untuk tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan, Allah berfirman,
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ
“Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan tiba kepadamu dengan menenteng singgasana itu kepadamu” (Qs. An-Naml: 39)
Jin Ifrit mengobrol jasa atau mengobrol kemampuannya terhadap atasannya yakni Nabi Sulaiman.
Hal ini dikuatkan dengan firman Allah,
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Berkata Yusuf: "Jadikanlah saya bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya saya merupakan orang yang pintar menjaga, lagi berpengetahuan." (Qs. Yusuf: 55)
Nabi Yusuf mengobrol jasa atau mengobrol kemampuannya terhadap Raja Mesir.
Kedua ayat di atas menampilkan kebolehan seseorang mengobrol konsep, pemikiran, jasa, dan menerangkan kelebihannya terhadap atasannya mudah-mudahan dimanfaatkan untuk maslahat umat.
6. Mendelegasikan tugasnya terhadap siapa pun yang menyanggupi dua syarat : (a) Kapable (b). Amanah.
Allah berfirman,
وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
“Sesungguhnya saya sungguh-sungguh besar lengan berkuasa untuk membawanya lagi sanggup dipercaya." (Qs. An-Naml: 39)
Ini dikuatkan dengan firman-Nya,
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Berkata Yusuf: "Jadikanlah saya bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya saya merupakan orang yang pintar menjaga, lagi berpengetahuan." (Qs. Yusuf: 55)
Firman Allah,
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Salah seorang dari kedua perempuan itu berkata: Ya bapakku ambillah ia selaku orang yang melakukan pekerjaan (pada kita), sebab sesungguhnya orang yang paling baik yang kau ambil untuk melakukan pekerjaan (pada kita) merupakan orang yang besar lengan berkuasa lagi sanggup dipercaya". (Qs. al-Qashas: 26)
Firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ
"Sesungguhnya Allah sudah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan badan yang perkasa.” (Qs. al-Baqarah: 247)
Keempat ayat di atas menampilkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, mesti menyanggupi dua syarat, yang dilarang ditawar-tawar lagi, yakni :
a. Penguasaan dalam bidang yang ingin dipimpinnya
b. Amanah dalam tugasnya.
7. Tidak merasa angkuh dengan ilmu dan kemampuannya. Karena setiap orang yang berilmu, niscaya mempunyai kekurangannya dan niscaya terdapat orang lain yang lebih pintar darinya. Oleh karenanya, dia senantiasa menghormati kesanggupan orang lain. Firman Allah,
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan menenteng singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” (Qs. an-Naml: 40)
Ini dikuatkan oleh firman Allah,
وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ
“Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui.” (Qs. Yusuf: 76)
Ini dikuatkan dengan dongeng Nabi Musa dan Khidir, sebagaimana di dalam hadits Ubay bin Ka’ab radhiyallahu 'anhu sebetulnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مُوسَى قَامَ خَطِيبًا فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ ، فَسُئِلَ : أَيُّ النَّاسِ أَعْلَمُ . فَقَالَ: أَنَا . فَعَتَبَ اللَّهُ عَلَيْهِ إِذْ لَمْ يَرُدَّ الْعِلْمَ إِلَيْهِ ، فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ إِنَّ لِي عَبْدًا بِمَجْمَعِ الْبَحْرَيْنِ هُوَ أَعْلَمُ مِنْكَ
“Musa Nabi Allah bangkit di hadapan Bani Isra’il mengobrol khutbah, kemudian dia ditanya: “Siapakah orang yang paling pandai?” Musa menjawab: “Aku.” Maka Allah Ta’ala mencelanya sebab dia tidak diberi wawasan wacana itu. Lalu Allah Ta’ala memahyukan kepadanya: “Ada seorang hamba di antara hamba-Ku yang tinggal di konferensi antara dua lautan lebih pintar darimu.” (HR. Bukhari)
Semoga sanggup memperbesar wawasan kita.
0 Komentar untuk "Menang Tanpa Perang"