Keutamaan Al- Qur'an Selaku Isyarat Hidup

 Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu  KEUTAMAAN AL- QUR'AN SEBAGAI PETUNJUK HIDUP
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, para sahabatnya, dan pengikutnya yang senantiasa dirahmati dan Istiqomah.

Keutamaan Al-Qur’an Dari Yang Lain

Cukup selaku bukti lantaran Al-Qur’an Al-Karim mempunyai kelebihan dan kemuliaan ia ialah firman Allah Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana serta Maha Suci. DariNya segala sesuatu mulai dan kepadaNya pula segala sesuatu kembali. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan bila seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta proteksi kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke kawasan yang kondusif baginya.” (At-Taubah: 6)

وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kau tidaklah mengenali apakah Al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengenali apakah iman itu, namun Kami menyebabkan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (As-Syura: 52)

 Allah Subhaanahu wa Ta'ala sudah memberi kelebihan Al-Qur’an atas kitab-kitab yang diturunkan terhadap para nabi sebelumnya dan menguatkannya. Sebagaimana firmanNya:

 وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Dan Kami sudah turunkan kepadamu Al Alquran dengan menenteng kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yakni kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan kerikil ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah kendala mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kau mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang sudah tiba kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, tentu kau dijadikan-Nya satu umat (saja), namun Allah hendak menguji kau terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya terhadap Allah-lah kembali kau semuanya, kemudian diberitahukan-Nya kepadamu apa yang sudah kau perselisihkan itu,.” (Al-Maidah: 48)

Ibnu Abbas Rahimahullaah berkata: “Al-Muhaimin tujuannya penjaga pembenar. Dan Al-Qur’an ialah penjaga pembenar bagi semua kitab sebelumnya.”

Ibnu Juraij berkata: “Al-Qur’an penjaga kitab-kitab sebelumnya, maka yang tepat dengannya itu ialah kebenaran sedang yang menyelisihinya ialah keba-tilan.”

Dari Ibnu Abbas juga menyampaikan bahwa muhaimin tujuannya yakni saksi dan menegaskan perkara-perkara yang belum dikontrol oleh kitab sebelumnya.

Semua perkataan di atas dinukil oleh Ibnu Katsir kemudian ia berkata: “Semua perkataan ini maknanya ham-pir sama, lantaran kata al-muhaimin meliputi segalanya yakni terpercaya, saksi dan yang menegaskan perkara. Karena Allah menyebabkan Al-Qur’an yang agung selaku kitab yang terakhir diturunkan sekaligus penyempurna, meliputi semua isi kitab sebelumnya, paling agung dan selaku pemutus kendala lantaran di dalamnya terkumpul segala kebaikan sebelumnya dan ditambah dengan kalimat-kalimat yang tidak ada di lainnya.

Maka dari itulah Allah menyebabkan saksi, keyakinan dan pemutus kendala serta menjaganya sendiri kemudian berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami betul-betul memeliharanya.” (Al-Hijr: 9)

Di antara kelebihan Al-Qur’an yang paling agung yakni lantaran ialah mu’jizat paling besar yang diberikan terhadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam. Allah sudah menentang orang-orang Arab bahkan semua insan dan jin mudah-mudahan menghadirkan semisal Al-Qur’an dalam firmanNya:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya bila insan dan jin berkumpul untuk menghasilkan yang sama Al-Qur’an ini, nisca-ya mereka tidak akan sanggup menghasilkan yang sama dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain’.” (Al-Isra’: 88)

Kemudian Allah menantang mereka untuk menghadirkan 10 surat yang semisal Al-Qur’an dalam firmanNya:

 أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Bahkan mereka mengatakan: ‘Muhammad sudah mem-buat-buat Al-Qur'an itu’, Katakanlah: ‘(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kau sanggup (memanggilnya) selain Allah, bila kau memang orang-orang yang benar’.” (Hud: 13)

Kemudian Allah menantang mereka untuk menghadirkan satu surat saja, menyerupai dalam firmanNya:

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

“Atau (patutkah) mereka mengatakan: ‘Muhammad membuat-buatnya’. Katakanlah: ‘(Kalau benar yang kau katakan itu), maka cobalah datangkan suatu surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang sanggup kau panggil (untuk membuatnya) selain Allah, bila kau orang-orang yang benar’.” (Yunus: 38)

Allah mengabarkan bekerjsama mereka tidak akan per-nah sanggup untuk menghadirkan semisal Al-Qur’an walau sedikit hingga kapan pun.

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نزلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

“Dan bila kau (tetap) dalam keraguan wacana Al-Qur’an yang Kami wahyukan terhadap hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, bila kau orang-orang yang benar. Maka bila kau tidak sanggup membuat-(nya) dan tentu kau tidak akan sanggup membuat-(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang materi bakarnya insan dan batu, yang ditawarkan bagi orang-orang kafir.” (Al-Baqarah: 23-24)

Sungguh Al-Qur’an Al-Karim ialah mu’jizat ter-agung yang dikaruniakan Allah terhadap NabiNya di antara nabi-nabi, lantaran ia paling berdampak pengaruhnya. Hal itu lantaran ia yakni mu’jizat yang abadi yang tidak terhenti dengan wafatnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan kelebihan Al-Qur’an dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

 مَا مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ نَبِيٌّ إِلاَّ أُعْطِيَ مِنَ اْلآيَاتِ مَا مِثْلُهُ أُومِنَ أَوْ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّـهُ إِلَيَّ فَأَرْجُو أَنِّي أَكْثَرُهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidak seorang nabi pun yang diutus melainkan dikaruniakan padanya ayat-ayat yang seimbang dengan diimani oleh kaumnya. Sedangkan wahyu yang disampaikan Allah padaku, maka kuharap mudah-mudahan saya dapat menjadi yang terbanyak pengikutnya hingga hari Kiamat.”

Ibnu Katsir menerangkan hadits tersebut dengan mengatakan: “Dalam hadits ini terdapat kelebihan yang agung bagi Al-Qur’an atas segala mu’jizat yang dikaruniakan terhadap para nabi dan seluruh kitab yang diturunkan Allah. Hal itu sebagaimana makna hadits:

“Tidak seorang nabi pun di antara para nabi melainkan Allah mengaruniakan padanya (dari mu’jizat) selaku bukti bagi manusia.”

Maksudnya hal itu selaku dalil dan pembukti atas aliran yang dibawanya mudah-mudahan dibarengi oleh manusia, kemudian setelah para nabi meninggal (mu’jizat mereka hilang) kecuali yang diceritakan oleh para pengikut mereka yang menyaksikan hal itu pada zamannya. Sedangkan epilog risalah dan para rasul Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa sallam keagungannya yang diberikan Allah yakni berupa wahyu yang hingga terhadap kita secara berkesinam-bungan (mutawatir) setiap zaman tidak berobah sebagaimana diturunkan. Maka untuk ini dia Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

 “Maka kuharap mudah-mudahan saya menjadi nabi yang terbanyak pengikutnya.”

Selain itu pengikut Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam paling banyak di antara pengikut-pengikut nabi yang lain lantaran keumuman risalahnya dan ketetapan syariatnya hingga hari Kiamat, serta mu’jizat-nya yang tidak terputus. Maka dari itu Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman:

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

“Maha Suci Allah yang sudah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) terhadap hambaNya, mudah-mudahan dia menjadi pem-beri perayaan terhadap seluruh alam.” (Al-Furqan: 1).

 Petunjuk Al-Qur’an Mencakup Kebahagia-An Dunia Dan Akhirat

Jumlah nash-nash yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam tentang isyarat Al-Qur’an yang meliputi kebahagiaan dunia dan darul abadi yakni banyak sekali sehingga memerlukan pembahasan tersendiri bila kita ingin untuk memperdalamnya. Tetapi lantaran tujuan disini yakni mengingatkan saja maka saya ringkas sebatas yang terpenting, insya Allah.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman selaku kebanggaan atas kitabNya yang mulia dan pemberi isyarat bagi hamba-hambaNya untuk diperhatikan.

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Hai manusia, sesungguhnya sudah tiba kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan isyarat serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57)

Ibnu Katsir v berkata: “Mauidzah tujuannya pencegah dari hal-hal yang keji. Wa syifaun lima fisshudur tujuannya dari syubhat (yang tidak jelas) dan syak (ragu-ragu) menyerupai meniadakan kotoran dan najis.”

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) untuk menerangkan segala sesuatu dan isyarat serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (An-Nahl: 89)

Ibnu Mas’ud berkata wacana maksud ayat ini bahwa Allah menerangkan pada kita dalam Al-Qur’an segala ilmu dan segala sesuatu.

Mujahid berkata: “Setiap yang halal dan yang haram.”

Ibnu Katsir setelah mengisahkan dua perkataan di atas menerangkan bahwa perkataan Ibnu Mas’ud lebih biasa dan meliputi segala ilmu yang berharga pada zaman dulu dan ilmu-ilmu yang belum terungkap. Al-Qur’an juga menegaskan setiap yang halal dan haram serta apa-apa yang dibutuhkan oleh insan dalam kendala dunia, agama, kehidupan dan kawasan mereka kembali.

 قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman: “Barangsiapa yang mengikut petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123)

Ibnu Abbas berkata: “Allah menjamin bagi yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, maka ia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.”

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfiman: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; isyarat bagi mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 2)

Ibnu Sa’di berkata: “Al-Huda yakni apa yang meng-hasilkan isyarat dari kesesatan, dan keraguan terhadap isyarat ke jalan yang lurus, yang bermanfaat.”

Firman Allah: “hudan” yang dibuang al-ma’mul (tanpa menyebutkan obyek) bukannya isyarat untuk kemasla-hatan seseorang, tidak pula sesuatu yang bersifat khusus bagi seseorang, melainkan dengan lafazh umum, lantaran maksud-nya isyarat bagi seluruh kemaslahatan dunia dan akhirat. Maka Al-Qur’an memberi isyarat bagi para hamba dalam masalah-masalah agama yang pokok dan cabang. Juga penjelas antara kebenaran dengan kebatilan, yang shahih dengan yang lemah serta bagaimana menempuh jalan yang berharga bagi dunia dan darul abadi mereka.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman: “Sesungguhnya Al-Qur'an ini menampilkan isyarat terhadap (jalan) yang lebih lurus.” (Al-Isra’: 9)

Syaikh Amin As-Syinqithi berkata: “Allah menyebutkan pada ayat yang mulia ini bahwa Al-Qur’an yang agung yakni paling mulianya kitab yang diturunkan dari langit dan paling meliputi semua ilmu serta paling akhir-nya waktu diturunkan oleh Penguasa alam semesta. –Memberi isyarat yang lebih lurus– tujuannya jalan yang terbaik, teradil dan paling benar.”

Ayat ini di dalamnya meliputi semua yang terdapat dalam Al-Qur’an dari isyarat jalan yang terbaik, teradil, dan paling benar. Kalau kita menelusuri penjelasannya secara tepat maka kita akan menyebutkan semua ayat Al-Qur’an, lantaran mengandung semua isyarat kebaikan dunia dan akhirat; namun dengan izin Allah akan saya sebutkan isyarat terbaik Al-Qur’an di aneka macam bidang selaku penjelas sebagian ayat perayaan dari aneka macam dilema besar dan perkara-perkara yang diinkari oleh orang-orang yang melebihi batas dari orang-orang kafir yang mencari peluang untuk menyerang Islam, lantaran kekurangan ke-mampuan mereka wacana pesan yang tersirat Al-Qur’an yang agung.

Syaikh Amin juga menyebutkan bahwa hidayah Al-Qur’an yang paling lurus pada kendala berikut: At-Tauhid, menyebabkan thalaq dari sang suami, poligami, kelebihan pria atas perempuan, pemilikan budak, pemotongan tangan pencuri, aturan rajam pada pezina yang sudah menikah (selingkuh), perkembangan bisa diperoleh tanpa meninggalkan agama, selain agama yang dibawa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka ia terang kekafirannya. Tali pengikat antar individu dalam penduduk dan usul mudah-mudahan berpegang teguh pada ikatan tersebut itulah Dienul Islam. Kemudian dia menyebutkan sumbu perbaikan hati ada tiga:

  1. Penolakan terhadap hal-hal yang terang menghancurkan prinsip agama.
  2. Mengambil faedah yang terang sesuai keperluan menurut agama.
  3. Mempercepat penyempurnaan keindahan dengan pertumbuhan dengan budpekerti yang mulia.

Dan setiap perbaikan diatas yakni isyarat Al-Qur’an ke jalan yang lebih lurus. Barangsiapa mengambil isyarat Al-Qur’an maka ia sudah mengambil hidayah yang lurus untuk menangani dilema besar dalam dunia Islam dengan sebaik-baik jalan dan seadil-adilnya.

Perkara paling besar yang dihadapi dunia Islam ada tiga:
  1. Lemahnya kaum muslimin di seluruh penjuru dunia menghadapi orang kafir.
  2. Penguasaan orang-orang kafir pada umat Islam dengan membunuh dan lain-lain.
  3. Perselisihan hati dikalangan kaum muslimin. 

Dan ini ialah alasannya yakni paling besar dalam menegakkan keberadaan umat Islam, menangani kehabisan dan hilangnya kekuatan serta Daulah, sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'ala : “Dan janganlah kau berbantah-bantahan, yang memunculkan kau menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.” (Al-Anfal: 46)

Kemudian Syaikh Amin menerangkan bagaimana Al-Qur’an memberi isyarat yang lurus dalam masalah-ma-salah itu semua dengan klarifikasi bagai obat penyembuh.

Petunjuk dan dorongan untuk mendapat hidayah Al-Qur’an juga tiba dari hadits-hadits Rasululah Shallallaahu 'alaihi wa sallam. Di dalam Shahih Muslim dari Zaid Ibnu Arqam bekerjsama ia bercerita: “Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam berkhutbah di segi kami bersahabat sumber air berjulukan Khumman antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji Allah dan bersyukur kepadaNya kemudian memberi perayaan kemudian bersabda:

(( أَمَّا بَعْدُ، أَلاَ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبِّي فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّـهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّـهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ وَأَهْلُ بَيْتِي ))

“Wahai insan sesungguhnya saya insan yang khawatir bila tiba seorang Rasul Tuhanku, lantas saya me-menuhi panggilannya maka saya lewati bagi kalian dua kendala yang berat; Pertama Kitabullah (Al-Qur’an) yang di dalamnya terdapat isyarat dan cahaya maka berpegang teguhlah kalian dengannya.” Kemudian dia menampilkan dorongan mudah-mudahan timbul kecintaan dalam hati kami terhadap Kitabullah. Kemudian dia bersabda: “Dan keluargaku.”

Dalam riwayat lain:

(( كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ مَنِ اسْتَمْسَكَ بِهِ وَأَخَذَ بِهِ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ ))

“Kitabullah di dalamnya isyarat dan cahaya. Barangsiapa berpegang teguh dengannya maka ia sudah menda-patkan isyarat dan barangsiapa yang menyelisihinya akan sesat.”

Di dalam riwayat Jabir Radhiallaahu 'anhu yang panjang di saat mensifati cara Nabi menunaikan ibadah haji bahwa dia Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam khutbahnya di hari Arafah:

(( وَإِنِّيْ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَالَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُ إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ كِتَابَ اللهِ … ))

“Aku sudah meninggalkan pada kalian yang bila kalian berpegang teguh dengannya kalian tidak akan sesat selamanya… Kitabullah…”

Dari Ibnu Mas’ud Radhiallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

(( ضَرَبَ اللَّـهُ مَثَلاً صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا وَعَلَى جَنْبَتَيِ الصِّرَاطِ سُورَانِ فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ وَعَلَى اْلأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ أَيُّهَا النَّاسُ ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا وَلاَ تَتَفَرَّجُوا وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ جَوْفِ الصِّرَاطِ فَإِذَا أَرَادَ يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ اْلأَبْوَابِ قَالَ وَيْحَكَ لاَ تَفْتَحْهُ فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ ))

 “Allah memberi sebutan jalan yang lurus kemudian pada kedua sisinya terdapat pagar serta pintu-pintu yang terbuka. Di depan pintu-pintu itu terdapat kain penghalang. Di penghujung jalan ada yang menyeru: ‘Berjalanlah dengan lurus dan jangan bengkok’. Semen-tara di atasnya terdapat penyeru yang menyeru di saat ada yang bermaksud membuka pintu dari pintu-pintu yang ada: ‘Celaka engkau! Jangan kau buka, bila kau buka maka engkau akan celaka’.”

Kemudian Rasulullah menerangkan hal itu dan mengabarkan bahwa jalan itu yakni Al-Islam sedang pintu yang terbuka yakni hal-hal yang tidak boleh Allah, sedang kain penghalang itu yakni ketentuan Allah, sedang penyeru di pojok jalan yakni Al-Qur’an dan penyeru di atasnya yakni penyeru Allah dalam hati setiap mukmin.

Dari Abi Hurairah Radhiallaahu 'anhu berkata: “Segolongan teman dekat Rasulullah menulis Taurat kemudian hal itu diutarakan terhadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam maka dia bersabda:

(( إِنَّ أَحْمَقَ الْحُمْقِ وَأَضَلَّ الضَّلاَلَةِ قَوْمٌ رَغِبُوْا عَمَّا جَاءَ بِهِ نَبِيُّهُمْ إِلَيْهِمْ إِلَى نَبِيِّ غَيْرِ نَبِيِّهِمْ وَإِلَى أُمَّةٍ غَيْرِ أُمَّتِهِمْ ))

“Sebodoh-bodohnya orang dan paling sesatnya kaum yakni mereka yang menolak apa yang dibawakan nabi mereka dan mengambil dari nabi terdahulu dan begitu juga umat –yang mengambil tradisi– selain umat mereka sendiri.”

Kemudian Allah menurunkan ayat: “Dan apakah tidak cukup bagi mereka bekerjsama Kami sudah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sedang dia dibacakan terhadap mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Ankabut: 51).

Sesungguhnya dalam nash-nash di atas baik dari Al-Qur’an maupun hadits, kaya akan pemfokusan terhadap keagungan Al-Qur’an dan hidayahnya yang lurus, untuk mengetahuinya tidak sebatas pada satu sudut pandang lantaran hal itu terbukti dalam kenyataan yang dicicipi dan disaksikan dengan mata.

Hal itu dicicipi oleh orang yang bersahabat dan jauh, lantaran sesungguhnya ayat-ayat dan hadits-hadits di atas segalanya terbukti di antara dalam pemikir-pemikir Arab yang fasih dalam berbahasa dan meninggalkan kesan yang fantastis dalam hati mereka, sebagaimana terbukti dengan terangkatnya umat ini yang sebelumnya tidak tahu baca tulis di antara timbunan kebodohan dan kesesatan yang buta. Terangkatnya umat ini ke puncak kesempurnaan insan setelah lewat pergeseran dari umat yang tidak tenar lagi lemah, menjadi umat yang berwibawa, menertibkan negara, hingga meraih wilayah di mana matahari tenggelam. Sehingga khalifah Abbasiyah Harun Ar-Rasyid berkata terhadap awan dengan perkataannya yang terkenal:

“Turunlah kau sesukamu, maka (dimana kau turun) pasti akan tiba pemberianmu (upeti darimu).”

Perkataan yang mempunyai makna yang dalam ini belum tercatat dalam sejarah semisalnya. Hal ini mengherankan musuh-musuh Islam hingga mereka memberi tahu ke-Islaman mereka lantaran takjub akan keagungannya disertai perasaan segan, sebagaimana persaksian mereka memberi perayaan terhadap kaumnya serta berupaya sekuat tenaga untuk mengajak insan dari Al-Qur’an.

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman tentang orang-orang kafir Quraisy: “Dan orang-orang yang kafir berkata: ‘Janganlah kau mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kau sanggup mengalahkan (mereka)’.” (Fushshilat: 26)

Ibnu Katsir berkata: “Orang-orang kafir Quraisy saling berwasiat mudah-mudahan tidak mengikuti Al-Qur’an dan tidak mematuhi perintah-perintahnya (wal ghau fiihi), tujuannya dengan tepuk tangan, bersiul, ditambah dengan ucapan-ucapan yang menyudutkan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam di saat dia membaca Al-Qur’an.”

Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman: “Dan di antara insan (ada) orang yang memperguna-kan perkataan yang tak memiliki faedah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan.” (Luqman: 6)

Ibnu Mas’ud Radhiallaahu 'anhu menafsirkan lahwal hadits disini dengan nyanyian. Ibnu Jarir dengan sanadnya dari Abi Shaibah Al-Bakri bahwa ia mendengar Ibnu Mas’ud Radhiallaahu 'anhu ditanya wacana ayat ini, dia menjawab: “Maksudnya yakni nyanyian, demi Allah yang tiada Tuhan selainnya”, dia mengulang tiga kali.

Sebab turunnya ayat di atas yakni Nadhar Ibnu Harits berbelanja penyanyi-penyanyi wanita. Maka tidak ada seorang pun menginginkan masuk Islam melainkan ia memerintahkan salah seorang penyanyi wanitanya seraya berkata: Beri dia makan dan minum serta bernyanyilah untuknya.

Musuh-musuh Islam dari kelompok salibisme lebih transparan dalam mengungkapkan kebencian mereka terhadap kalimat Tauhid. Ini menampilkan kehabisan mereka di depan petunjuk.

Perdana Mentri pertama Inggris Gladston berkata: “Sela-ma Al-Qur’an ini ada, Eropa tidak akan pernah bisa menguasai orang-orang timur dan kondisi mereka (Eropa) sendiri dalam bahaya.”

Salah seorang misionaris Balcraf berkata: “Pada dikala Al-Qur’an dan kota Makkah hilang dari negara Arab, maka akan memungkinkan kita untuk menyaksikan pergeseran orang-orang Arab menuju peradaban yang selama ini mereka dijauhkan darinya oleh Muhammad dan kitabnya.”

Pada perayaan 100 tahunnya penjajahan Perancis di bumi Al-Jazair, pemimpin mereka berkata: “Kita wajib meniadakan Al-Qur’an dan bahasa Arab dari segi mereka. Dan mengganti bahasa Arab dari pengecap mereka sehingga kita bisa menguasai mereka.”

Setelah bertahun-tahun kemudian Perancis ingin memusnahkan Al-Qur’an dalam diri pemuda-pemuda Al-Jazair dengan percobaan yang diperaktekkan. Kemudian mereka mengambil 10 orang pemudi Al-Jazair yang dimasukkan dalam sekolah-sekolah di Perancis mudah-mudahan pulang menenteng kebudayaan Perancis dan pemikirannya sehingga mereka menyerupai pemudi-pemudi Perancis.

Sebelas tahun kemudian setelah mereka berupaya dengan sekuat tenaga, mereka mengadakan pelepasan dengan pesta yang glamor dengan memanggil menteri-menteri, para pemikir dan wartawan. Ketika program dimulai segalanya tercengang dengan para pemudi yang memakai busana muslimat Al-Jazair. Serentak mereka murka dan saling bertanya: “Apa yang diperbuat Perancis selama 128 tahun di Al-Jazair?” Maka Lockwast perdana menteri yang diperintahkan berkata: “Apa yang dapat diperbuat bila Al-Qur’an lebih berdampak dari Perancis.”

“Para lawan menyaksikan kehabisan mereka di hari peperangan, maka serigala dan singa tidak akan pernah berteman. Salah seorang mereka berkata: ‘Kalian tidak akan pernah menang, selama kaum itu mengenali sejarah dan Al-Qur’an’. mereka mengenali diam-diam pengikat itu dan mendapat ilham, keseriusan di medan perang ialah mahar untuk meraih cita-cita.” 

Related : Keutamaan Al- Qur'an Selaku Isyarat Hidup

0 Komentar untuk "Keutamaan Al- Qur'an Selaku Isyarat Hidup"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close