Ditinjau dari sisi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yakni menyerupai berikut.
1. Hadis Mutawattir
Hadis mutawattir yakni hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi, baik dari golongan para sobat maupun generasi sesudahnya dan ditentukan di antara mereka tidak bersepakat dusta.
Contohnya yakni hadis yang berbunyi Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya yakni neraka.” (H.R. Bukhari, Muslim)
2. Hadis Masyhur
Hadis masyhur yakni hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sobat atau lebih yang tidak meraih derajat mutawattir, tetapi sesudah itu tersebar dan diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’in sehingga sulit dipercayai bersepakat dusta.
Contoh hadis jenis ini yakni hadis yang artinya, “Orang Islam yakni orang-orang yang tidak mengusik orang lain dengan pengecap dan tangannya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan Tirmizi)
3. Hadis Aĥad
Hadis aḥad yakni hadis yang cuma diriwayatkan oleh satu atau dua orang perawi, sehingga tidak meraih derajat mutawattir.
Dilihat dari sisi mutu orang yang meriwayatkannya (perawi), hadis dibagi ke dalam tiga bagian, yakni selaku berikut.
a. Hadis Śaḥiḥ yakni hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, memiliki pengaruh hafalannya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung terhadap Rasulullah saw., tidak tercela, dan tidak berlainan dengan riwayat orang yang lebih terpercaya. Hadis ini dijadikan selaku sumber aturan dalam beribadah (hujjah).
b. Hadis Ḥasan, yakni hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi kurang memiliki pengaruh hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak bertentangan. Sama menyerupai hadis śaḥiḥ, hadis ini dijadikan selaku landasan melakukan amal ibadah.
c. Hadis da’īf, yakni hadis yang tidak menyanggupi mutu hadis śaḥīiḥ dan hadis Ḥasan. Para ulama menyampaikan bahwa hadis ini tidak sanggup dijadikan selaku hujjah, tetapi sanggup dijadikan selaku motivasi dalam beribadah.
d. Hadis Maudu’, yakni hadis yang bukan bersumber terhadap Rasulullah saw. atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan hadis. Hadis ini terang tidak sanggup dijadikan landasan hukum, hadis ini tertolak.
0 Komentar untuk "Jelaskan Macam-Macam Hadis Dari Sisi Perawinya!"