Allah Itu Maha Indah Dan Menyayangi Keindahan

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam mudah-mudahan tercurah terhadap junjungan kita nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam keluarga sobat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.


Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya, dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu bahu-membahu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

((لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ)) ، قَالَ رَجُلٌ: «إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً»، قَالَ: ((إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ ؛ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ ، وَغَمْطُ النَّاسِ )) .

“Tidak akan masuk nirwana seseorang yang di dalam hatinya terdapat keangkuhan sebesar debu.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menggemari keindahan. Sombong merupakan menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim).

Renungkanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menggemari keindahan” alasannya kalimat ini mengandung dua prinsip yang agung; makrifat (pengetahuan) dan suluk (prilaku).

Sabda Nabi “Sesungguhnya Allah itu Indah”. Ini merupakan poin yang mesti kita pahami bahwa Rabb kita, Allah Jalla wa ‘Ala Maha Indah dalam nama-nama, sifat-sifat-Nya, dan Dzat-Nya. Allah Tabaraka wa Ta’ala memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang mulia lagi sempurna. Allah Ta’ala juga memiliki Dzat yang Maha Indah, Maha Sempurna, Maha Agung, yang keindahan, kesempurnaan, serta keagungan itu tidak dapat dilogikakan oleh manusia.

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada yang sama dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).

Dan di tamat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Dia menyayangi keindahan”. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyayangi hamba-hamba-Nya, yang beribadah kepada-Nya dengan memperbagus diri dan penampilan. Inilah syariat-Nya yang Maha Bijaksana, agama-Nya yang senantiasa mengorganisir makhluk-Nya, dan jalan Allah Tabaraka wa Ta’ala yang lurus.

Sabda Nabi bahu-membahu Allah Jalla wa ‘Ala menyayangi keindahan termasuk seluruh syariat Allah. Jadi, Allah menggemari biar seseorang indah dalam perkataannya, hatinya, dan amal perbuatannya. Memperindah hati dengan keimanan, memperbaiki hati dengan ketenangan, dan sebaik-baik amalan yang memperindah hati seseorang merupakan doktrin terhadap Allah, terhadap malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir. Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ

“Tetapi Allah memicu kau “cinta” terhadap keimanan dan memicu keimanan itu indah di dalam hatimu.” (QS. Al-Hujurat: 7).

Dalam suatu doa disebutkan,

اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ

“Ya Allah, hiasilah kami dengan suplemen doktrin dan jadikanlah kami orang-orang yang diberi isyarat dan memberi isyarat (kepada orang lain).”

Hati dihiasi dan dibentuk indah dengan amalan-amalan hati; menyerupai cinta terhadap Allah, berharap kepada-Nya, tawakkal, meminta tolong cuma kepada-Nya, dll. Dan hati juga dibentuk sakit atau rusak dengan amalan-amalan yang buruk, seperti: dengki, hasad, dll. Sifat-sifat jelek ini akan menetralisir sifat-sifat yang indah yang ada di dalam hati.

Di antara keindahan yang lain yang Allah cintai merupakan memperbagus ucapan dan menghiasi verbal dengan kalimat-kalimat yang bagus dan obrolan yang terpuji. 

Berdzikir terhadap Allah ‘Azza wa Jalla, bertasbih, bertahmid, bertakbir, bertahlil, membaca Alquran, mewakilkan terhadap kebaikan dan menangkal keburukan, berdakwah, dan mengajarkan hal-hal yang baik, semua itu merupakan bentuk memperindah dan menghiasi lisan.

Demikian juga anggota tubuh dihiasi dengan hal-hal yang Allah cintai, seperti: bederma shaleh, mempertahankan hal-hal yang menjadi bangunan Islam: shalat, puasa, haji, zakat, dan semua bentuk ketaatan yang mendekatkan diri seseorang terhadap Allah Jalla wa ‘Ala, maka ia merupakan memperindah amalan, yang perbuatan tersebut dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ketika seseorang menghiasi diri dengan etika dan moral yang terpuji, maka ia sudah menjalankan hal yang paling optimal dalam memperindah dirinya. Dan syariat Islam merupakan anutan yang sungguh menjunjung tinggi moral dan adab, orang yang mempertahankan etika dan moral yang cocok dengan tuntunan syariat Islam, maka dia sudah berhias diri dengan sebaik-baik perhiasan.

Termasuk juga menghiasi dan memperindah diri merupakan menjauhi hal-hal yang diharamkan dan perbuatan dosa. Dosa dan maksiat akan menghemat bahkan menetralisir keindahan seseorang. Sejauh mana ia menjalankan pelanggaran dan dosa, sejauh itulah seseorang akan kehilangan keindahan dan suplemen dirinya.

Di antara perbuatan memperindah diri yang yang lain yang Allah cintai, yakni seseorang memiliki perhatian terhadap sunnah fitrah yang sudah diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu menetralisir bulu atau rambut yang kurang disukai. Seperti mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, memotong ujung-ujung kumis, menggunting kuku, dll. Yang semua itu merupakan bentuk memperindah dan menghiasi diri yang Allah Tabaraka wa Ta’ala cintai.

Memperhias dan memperindah diri juga bisa dalam bentuk seseorang berbelanja pakaian-pakaian yang anggun selaku bentuk menampilkan lezat Allah yang sudah Allah berikan. Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

“Sesungguhnya Allah senang menyaksikan bekas nikmat-Nya pada seorang hamba.” (HR. Tirmidzi).

Dari Malik bin Auf radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

رَآنِي رسول الله صلى الله عليه وسلم رَثَّ الثِّيَابِ ، فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ مَالٍ؟ قُلْتُ: نَعَمْ مِنْ كُلِّ الْمَالِ» قَالَ : ((فَإِذَا آتَاكَ اللَّهُ مَالًا فَلْيُرَ أَثَرُهُ عَلَيْكَ))

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku memakai busana yang usang, maka dia bertanya, “Apakah engkau memiliki harta?” Aku menjawab, “Iya Rasulullah, saya memiliki seluruh jenis harta (yaitu jenis harta yang dipahami dikala itu).” Beliau bersabda, “Jika Allah menampilkan harta kepadamu, maka hendaknya terlihat tanda harta tersebut pada dirimu.” (HR. Tirmidzi).

Allah menyayangi seseorang yang berhias dengan busana yang indah selama dalam batasan yang dibolehkan dan dihalalkan syariat. Allah ‘Azza wa Jalla menganugerahkan terhadap hamba-hambanya dua macam suplemen yakni suplemen yang terlihat dengan memakai busana yang bagus dan suplemen di batin berupa ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami sudah menurunkan kepadamu busana untuk menutup auratmu dan busana indah untuk perhiasan. Dan busana takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebahagian dari gejala kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka senantiasa ingat.” (QS. Al-A’raf: 26).

Barangsiapa yang kehilangan suplemen takwa, maka tidak berfaedah baginya suplemen yang zhahir yang tampak. Karena suplemen yang hakiki  dan keindahan yang sejati merupakan takwa terhadap Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Jika fitrah seseorang sudah hilang, kemudian ia menaati setan dan mengikuti hawa nafsunya yang condong menyeru terhadap keburukan, maka sesuatu yang bagus tidak lagi ia pandang selaku kebaikan. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا

“Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menilai baik pekerjaannya yang jelek kemudian dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)?” (QS. Fathir: 8).

Allah Tabaraka wa Ta’ala juga berfirman wacana perkataan setan,

وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ

“Dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), kemudian betul-betul mereka meubahnya.” (QS. An-Nisa: 119).

Ketika fitrah seseorang berubah, dikala ia sudah menaati setan, dan memperturutkan hawa nafsunya, ia akan menerka bahu-membahu sudah menghiasi diri dengan kebaikan, padahal apa yang ia laksanakan sama sekali bukan menghiasi diri. Karena sulit dipercayai dibilang indah dan menghiasi diri, padahal tidak menaati Allah.

Oleh alasannya itu, segala yang tidak boleh dan diharamkan oleh syariat pastilah tidak ada keindahan dan kebaikan dalam hal itu, walaupun orang-orang menyangkanya kebaikan dan keindahan. 

Mencukur alis, menata gigi, dan mentato yang merupakan perbuatan yang diharamkan oleh syariat bukanlah keindahan sama sekali. Perbuatan itu merupakan merubah ciptaan Allah, merubah fitrah, menaati setan, dan mengikuti hawa nafsu.

Bentuk keindahan bagi pria merupakan janggutnya, ia pelihara dan jaga sebagaimana Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam mewakilkan demikian. Dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiallahu ‘anha, dalam sumpahnya dia pernah berkata, “Demi Dzat, yang menghiasi pria dengan janggut…”

Ada juga perilaku lainnya, yang orang kira itu merupakan memperbagus diri, yakni kesombongan. Sikap ini sama sekali tidak ada baiknya, ini merupakan puncak kejelekan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sombong itu merupakan menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Menolak kebenaran yakni dengan cara membantahnya. Dan meremehkan orang lain dengan mengecilkan dan melecehkan mereka. Sifat ini akan menetralisir seluruh keindahan yang ada pada seseorang.

Betapa agungnya memperbaiki diri dan betapa mulianya seseorang beribdah terhadap Allah dengan cara memperindah diri mereka. Memperindah diri ini akan mendekatkan seseorang terhadap Yang Maha Indah, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala memperindah dan menghiasi diri kita dengan sesuatu yang Dia cintai dan ridhai. 

Menghiasi kita dengan perkataan yang benar dan amal yang shaleh. Semoga Dia juga menghiasi hati kita dengan keimanan, anggota tubuh kita dengan ketaatan, dan memperbaiki semua kondisi kita serta melindungi kita dari setan dan hawa nafsu yang mengajak terhadap kejelekan.

Ketahuilah, sesungguhnya sebaik-baik perkataan merupakan firman Allah dan sebaik-baik isyarat merupakan isyarat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Seburuk-buruk kasus merupakan sesuatu yang gres dalam agama, setiap yang gres dalam agama merupakan bid’ah, setiap bid’ah merupakan kesesatan, dan kesesatan tempatnya di neraka. Berpegang teguhlah terhadap jamaah kaum muslimin, alasannya tangan Allah menaungi jamaah tersebut.

Related : Allah Itu Maha Indah Dan Menyayangi Keindahan

0 Komentar untuk "Allah Itu Maha Indah Dan Menyayangi Keindahan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close