Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam agar tercurah terhadap junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga teman dekat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.
Dalam suatu riwayat dijelaskan, bahwa pada masa Nabi Musa alaihi sallam, kaum bani Israil pernah ditimpa animo kemarau yang panjang, kemudian mereka berkumpul menemui Nabi Musa alaihi sallam dan berkata:
“Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami terhadap Tuhanmu agar Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!” Kemudian berdirilah Nabi Musa alaihi sallam bersama kaumnya dan mereka serentak berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu saran dibilang bahwa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.
Setelah mereka hingga ke kawasan yang dituju, maka Nabi Musa alaihi sallam mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah: “Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah terhadap kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami utamanya bagi belum dewasa kecil yang masih menyusu, binatang ternak yang membutuhkan rumput dan orang-orang bau tanah yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada ketika ini, langit sungguh cerah dan matahari makin panas.
Tuhanku, kalau seandainya Engkau tidak lagi menilai kedudukanku selaku Nabi-Mu, maka saya menginginkan keberkatan Nabi yang ummi yakni Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassallam yang mau Engkau utus untuk Nabi simpulan zaman.
Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: “Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kau mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan namun bareng denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melaksanakan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya agar ia keluar dari kumpulan orang-orang yang datang di kawasan ini! Orang itulah selaku penyebab terhalangnya turun hujan untuk kau semuanya.”
Nabi Musa kembali berkata: “Wahai Tuhanku, saya yakni hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan sanggup didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?” Allah berfirman: “Wahai Musa, kamulah yang mengundang dan Aku-lah yang mau menyampaikannya terhadap mereka!.”
Menuruti apa yang ditugaskan oleh Allah, maka Nabi Musa as secepatnya bangun dan berseru terhadap kaumnya: “Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kau dari rombongan kami ini, lantaran kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah terhadap kami semuanya!”
Mendengar permohonan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu bangun sambil menyaksikan kekanan kekiri. Akan tetapi, ia tidak menyaksikan seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah ia bahwa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa alaihi sallam itu yakni dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: “Jika saya keluar dari rombongan ini, pasti akan terbukalah segala kejahatan yang sudah saya lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan namun kalau saya tetap bertahan untuk tetap duduk bareng mereka, tentu hujan tidak akan diturunkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.”
Setelah berkata demikian dalam hatinya, laki-laki itu kemudian menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan meratapi segala perbuatan yang sudah dilakukannya sambil berdoa: “Ya Tuhanku, sesungguhnya saya sudah durhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, meskipun demikian Engkau masih menyediakan potensi kepadaku dan kini saya tiba kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini.” Beberapa ketika selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan ditumpahkan dari atas langit.
Melihat kondisi demikian maka Nabi Musa as berkata: “Tuhanku, mengapa Engkau menyediakan hujan terhadap kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?”
Allah berfirman: “Wahai Musa, saya menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya selaku alasannya yakni Aku tidak menurunkan hujan terhadap kamu.”
Nabi Musa berkata: “Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa bahu-membahu hamba-Mu yang taat itu?”
Allah berfirman: “Wahai Musa, dahulu ketika ia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika ia sudah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sungguh benci terhadap orang yang suka mengadu. Apakah kini Aku mesti menjadi pengadu?”
(Dikutip dari buku: “1001 Keinsafan “Kisah-kisah Insan Bertaubat.
0 Komentar untuk "40 Tahun Berbuat Dosa"