Tanggung Jawab Orang Renta Berdasarkan Perspektif Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
Tanggung Jawab Orang Tua Menurut Perspektif Pendidikan Islam Tanggung Jawab Orang Tua Menurut Perspektif Pendidikan Islam


A.    Latar Belakang Masalah
Anak-anak merupakan anugerah dan karunia Allah Swt. kepada pasangan suami isteri yang secara fitrahnya menginginkan dan sentiasa mengharapkan karunia ini. Fitrah ini ada di kalangan muslim maupun bukan muslim. Bagaimanapun ibu bapak muslim sangat dituntut untuk mengetahui dan memahami nilai karunia Allah Swt. ini. Ketidakfahaman dalam problem ini mengakibatkan ibu bapak tidak sanggup melakukan peranan dan tanggung-jawab mereka, malah mungkin tidak menunaikan hak anak-anaknya.
Dalam berkeluarga mempunyai anak merupakan suatu kebahagian tersendiri bagi ayah dan ibu. Harapan keluarga dan tujuan final dari pernikahan telah terpenuhi. Berbagai harapan dan impian telah dinantikan oleh ayah dan ibu dalam mendampingi, merawat, mendidik sang buah hati. Agar kelak mempunyai kepribadian yang baik pada waktu besar atau dewasa nanti[1].
Anak dalam perkembangannya membutuhkan proses yang panjang, maka kiprah orang bau tanah dalam membentuk sikap yang beraklak mulia peran orang bau tanah sangat dibutuhkan. Karena mengasuh anak tidak hanya sekedar mengasuh tetapi ayah dan ibu perlu menawarkan perhatian sempurna kepada anaknya itu sejak dari masa mengandung, melahirkan hingga hingga masa remaja orang bau tanah berkewajiban mempersiapkan pertumbuhan jiwa, raga dan sifat anak supaya nantinya sanggup menghadapi pergaulan masyarakat. Memberikan anutan yang sempurna merupakan kiprah terbesar bagi orang tua. Kewajiban ini diberikan dipundaknya oleh agama dan aturan masyarakat. Karena seseorang yang tidak mau memperhatikan pendidikan anak dianggap orang yang mengkhianati amanah Allah dan etika social.           
Orang bau tanah mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan kawasan pertumbuhan anak yang pertama di mana ia mendapat imbas dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak gampang hilang atau berubah sudahnya.
            Pentingnya kepedulian orang bau tanah dalam proses pendidikan anak dicantumkan di dalam Al-Qur�an, yang mana Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Furqan ayat 74, sebagai berikut:
??????????? ?????????? ???????? ???? ????? ???? ???????????? ???????????????? ??????? ???????? ???????????? ?????????????? ???????) ???????: ??(
Artinya: Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs. Al-Furqan: 74 )

            Selanjutnya, bekerjasama dengan pentingnya kepedulian orangtua dalam pendidikan anak di dalam lingkungan keluarga ini juga dijelaskan Allah SWT sesuai dengan firman-Nya didalam surah At-Tahrim ayat 6, sebagai berikut:
??? ???????? ????????? ??????? ???? ??????????? ????????????? ?????? ?????????? ???????? ?????????????? ????????? ??????????? ??????? ??????? ??? ????????? ??????? ??? ?????????? ????????????? ??? ???????????) ???????: ?(
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang materi bakarnya ialah insan dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.( Qs. At-Tahrim: 6 )

            Ali Radhiallahu anhu  ketika menjelaskan kalimat  peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka� berkata, didiklah mereka dan ajarlah mereka. Ibnu Abbas berkata, Taatlah kepada Allah, jauhilah perbuatan maksiat dan perintahkan keluargamu untuk selalu dzikir (ingat kepada Allah), maka Allah akan menyelamatkanmu dari api neraka.
Abdurahman An-Nahlawi dalam bukunya Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat menjelaskan bahwa setiap orang Islam berkewajiban untuk mengajar keluarganya baik kerabatnya maupun pembantunya wacana apa-apa yang diwajibkan oleh Allah dari apa-apa yang dilarang-Nya.[2]       
            Rasulullah Saw. Juga memerintahkan orang bau tanah untuk peduli terhadap pendidikan agama anak, hal ini sesuai dengan sabdanya dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari Amru Bin Syuaib sebagai berikut:
???? ??????? ????? ????? ?????????? ?????? ??????? ???????? ????????? ?????? ?????????? ???????????? ????? ?????? ?????? ??????? ??????? ?????? ?????? ??????? ???????????? ????????? (???? ???????)
Artinya: Amru bin Syu�aib dari ayahnya dari neneknya ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : Suruhlah anakmu shalat pada waktu umur tujuh tahun, dan pukullah mereka lantaran meninggalkan sholat kalau telah berumur sepuluh tahun. Dan pisahkan anak laki- laki dengan anak wanita dalam kawasan tidur mereka (HR. Abu Daud). [3]

Realita masyarakat kita sanagat mengkhawatirkan. Para orang bau tanah mencicipi bahwa tanggung jawab utama mereka hanyalah menawarkan makan, minum dan pakaian anak, sedangkan mendidik anak untuk shalat atau beragama mereka anggap hanyalah komplemen saja, bahkan ada yang menganggap itu bukan kiprah mereka, tapi kiprah para ustadz dan ulama.
Orang bau tanah mencicipi bahwa tugasnya dalam mendidik dengan mentransfer pengatahuan yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari ibarat menghitung ,menbaca dan sebagainya,sementara pendidikan emosional dan spritual yang bermuara pada agama masih diabaikan.
Para orang bau tanah sangat merisaukan apa yang akan dimakan anaknya kelak kalau ia tidak sempat mewariskan harta yang banyak sebanyak bekal anak sepeninggal mereka; sebaliknya mereka tidak sedikitpun merasa risau kalau meninggalkan anaknya dalam keadaan tidak arif atau tidak pernah shalat, padahal shalat itulah yang akan dipertanggung jawabkan kelak. Jika orang bau tanah meninggal anaknya tanpa bekal yang akan dimakan, si anak akan arif mencari makan untuk dirinya dengan banyak sekali macam cara, akan tetapi bila ditinggalkan anak tidak tahu cara shalat, jangan dibutuhkan sepeninggal orang tuanya akan arif pula mencari kawasan berguru shalat.
Bukti lain ketidak pedulian orang bau tanah wacana pendidikan agama anaknya, dan bahkan tidak sedikit orang bau tanah yang mencabut anaknya dari madrasah atau taman pendidikan al-Qur�an lantaran anaknya akan masuk les bahasa Inggris atau les lainnya untuk mengejar prestasi akademik anak dengan mengorbankan pendidikan agama anaknya.Akibat dari pengabaian ketika ini sanggup kita lihat betapa banyak kriminal yang dilakukan remaja yang tidak mempunyai dasar agama yang berpengaruh .
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul � Tanggung Jawab Orang Tua Menurut Perspektif Pendidikan Islam.�
B.    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan problem dalam penulisan skripsi ini ialah sebagi berikut:
1.     Bagaimana dasar kewajiban orang bau tanah mendidik anak?                         
2.     Bagaimana pentingnya pendidikan islam dalam pendidikan keluarga?
3.     Bagaimana isyarat etik orang bau tanah sebagai pendidik dalam rumah tangga?
4.     Bagaimana langkah-langkah orang bau tanah dalam mendukung  perkembangan pendidikan anak?        
C.    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini ialah sebagi berikut:
1.     Untuk mengetahui dasar kewajiban orang bau tanah mendidik anak.                          
2.     Untuk mengetahui pentingnya pendidikan islam dalam pendidikan keluarga.
3.     Untuk mengetahui isyarat etik orang bau tanah sebagai pendidik dalam rumah tangga.
4.     Bagaimana langkah-langkah orang bau tanah dalam mendukung  perkembangan pendidikan anak.        
D.    Penjelasan Istilah
Adapun istilah yang terdapat dalam judul skripsi iniyang perlu penulis jelaskan ialah sebagai berikut:
1.     Tanggung Jawab
Tanggung jawab berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia ialah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Tanggung jawab timbul alasannya ialah sudah diterima wewenang. Tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu antara pemberi wewenang dan peserta wewenang. Kaprikornus tanggung jawab seimbang dengan wewenang.[4]. Adapun berdasarkan penulis, tanggung jawab ialah menawarkan perhatian sepenuhnya.
2.     Orang Tua
Dessy Anwar dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan Orang  tua ialah orang yang telah melahirkan anak dan mendidik serta membimbingnya dari kecil hingga dewasa�[5] Menurut Zakiyah Daradjat, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, Orang bau tanah ialah figur dan cermin bagi anak-anaknya, apa yang diperbuatdan dicontohkan orang bau tanah kepada anaknya itulah yang akan ditiru dan diikuti.[6]
Orang bau tanah ialah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang biasa disebut ibu/bapak.[7]Orang bau tanah yaitu orang-orang yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak.[8]Menurut Hery Noor Aly orang bau tanah ialah �ibu dan ayah dan masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama dalam pendidikan anak�.[9]Dalam hal ini Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa �orang bau tanah ialah pembina pribadi utama dalam hidup anak�[10]. Sedangkan M. Syafaat Habib menyampaikan bahwa �Orang bau tanah menempati kawasan pertama dan orang tualah yang mula-mula memperkenalkan adanya Tuhan kepada anaknya, kemudian mengajarkan shalat, puasa dan sebagainya�.[11]
Sedangkan berdasarkan penulis, orang bau tanah ialah suatu kompleks pengharapan insan terhadap caranya individu harus bersikap sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab dalam satu keluarga, dalam hal ini khususnya kiprah terhadap anaknya dalam hal pendidikan, keteladanan, kreatif sehingga timbul dalam diri anak semangat hidup dalam pencapaian keselarasan hidup di dunia ini.
3.     Pendidikan Islam
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, diberi awalah �pe� dan akhiran �an�, yang berarti �proses pengubahan sikap dalam perjuangan mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan latihan�.[12]Sedangkan arti mendidik itu ialah memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai moral dan kecerdasan.[13]
Pendidikan ialah terjemahan dari bahasa Yunani pedagogie yang berarti �pendidikan� dan paedagogia yang berarti �pergaulan dengan anak-anak�. Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing dan mendidik dalam pertumbuhannya semoga sanggup berdiri sendiri disebut paedagogos. Istilah paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).[14]
S.A Branata, beropini ibarat yang dikutip oleh Alisuf Sabri Pendidikan ialah perjuangan yang disengaja diadakan baik pribadi maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.[15]Berpijak dari pendapat di atas, maka sanggup disimpulkan sebagaimana dikutip oleh Alisuf Sabri dalam bukunya ilmu pendidikan,"pendidikan ialah perjuangan sadar dari orang remaja untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/ peserta didik secara dan sistematis.[16]Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laris seseorang atau kelompok orang dalam perjuangan mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[17]
Pendidikan berdasarkan Soegarda Poerbakawatja ialah �semua perbuatan atau perjuangan dari generasi bau tanah untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda. Sebagai perjuangan menyiapkan semoga sanggup memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani�.[18]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laris seseorang atau kelompok orang dalam perjuangan mendewasakan insan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[19]Menurut Langevel pendidikan ialah mensugesti anak dalam perjuangan membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing ialah perjuangan yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang remaja dengan anak yang belum dewasa.[20] Dalam psikologi pendidikan disebutkan pendidikan adalah: �Proses pertumbuhan yang berlangsung berkat dilakukannya perbuatan belajar.�[21]Sedangkan agama ialah sistem, kepercayaan kepada Tuhan dan anutan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan.[22]
Istilah �pendidikan� dalam pendidikan Islam kadang kala disebut al�ta�lim. Al-ta�lim biasanya diterjemahkan dengan �pengajaran�. la kadang-�kadang disebut dengan ta�dib. At-ta�dib secara etimologi diterjemahkan dengan penjamuan makan malam atau pendidikan sopan santun.[23]Sedangkan Imam al-Ghazali menyebut �pendidikan� dengan sebutan al-riyadhah. Al-�riyadhah dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olahraga atau pelatihan. Term ini dikhususkan untuk pendidikan masa kanak-kanak, sehingga al-�Ghazali menyebutnya dengan riyadhah al-shibyan.[24]
Dalam bahasa Arab pendidikan diistilahkan dengan tarbiyah, istilah ini berarti mengasuh, memelihara, membuat, mengakibatkan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang. Pernahaman yang lebih rinci mengenai tarbiyah ini harus mengacu kepada substansial yaitu santunan pengetahuan, pengalaman dan kepribadian. Karena itu pendidikan Islam harus dibangun dari perpaduan istilah �ilm atau �allama (ilmu, pengajaran). 'adl (keadilan), 'amal (tindakan), haqq (kebenaran atau ketetapan hubungan dengan yang benar dan nyata, nuthq (nalar), nafs (jiwa), qalb (hati), 'aql (pikiran atau intelek), meratib dan darajat (tatanan hirarkhis), ayat (tanda-tanda atau symbol), tafsir dan ta'wil (penjelasan dan penerangan), yang secara keseluruhan terkandung dalam istilah adab.[25]
Pendidikan agama merupakan �Segala perjuangan orang remaja dalam pergaulan bawah umur untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan�.[26]Sedangkan berdasarkan D. Marimba mengemukakan Pendidikan Islam itu ialah �Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama berdasarkan ukuran Islam�.[27] Senada dengan pendapat diatas, berdasarkan Chabib Thoha pendidikan Islam ialah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melakukan praktek pandidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur�an dan Hadits.[28]
Menurut Achmadi mendefinisikan pendidikan Islam ialah segala perjuangan untuk memelihara dan membuatkan fitrah insan serta sumber daya insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya insan seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim.[29] Dari klarifikasi di atas, yang penulis maksudkan dengan pendidikan agama ialah suatu perjuangan atau perbuatan yang dilakukan oleh pendidik untuk membawa peserta didik kearah yang lebih dewasa,serta mempunyai kepribadian yang tepat dan melakukan segi perbuatan sesuai dengan tuntutan anutan agama Islam.
E.    Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan anjuran skripsi ini ialah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum sanggup menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai tanggung jawab orangtua berdasarkan perspektif pendidikan Islam. Selain itu  hasil pembahasan ini sanggup di jadikan materi kajian bidang study pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini sanggup menawarkan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan tanggung jawab orangtua berdasarkan perspektif pendidikan Islam ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan sanggup menjadi tambahan rujukan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
F.     Metodelogi Penelitian

1.     Jenis penelitian
Adapun jenis penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (Library Research). Metode ini dipakai untuk memperoleh data yang ada berkaitan dengan teori-teori pendidikan, khususnya tanggung jawab orang bau tanah berdasarkan perspektif pendidikan Islam. Di samping literatur wacana metodologi penelitian dan rujukan lainnya yang bekerjasama dengan variabel penelitian dengan cara membaca, menelaah dan menganalisa.
2.     Metode Penelitian
Adapun metode yang penulis dipakai dalam penulisan ini ialah metode deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan problem yang ada masa kini mencakup pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada, sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan tanggung jawab orangtua berdasarkan perspektif pendidikan Islam.
3.     Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
NO
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan
1
Dasar kewajiban orang bau tanah mendidik anak.          
1.     Al-qur�an
2.     Al-hadist
2
Pentingnya pendidikan islam dalam pendidikan keluarga
1.     Pengertian
2.     Tujuan
3
Kode etik orang bau tanah sebagai pendidik dalam rumah tangga.

1.     Pengertian
2.     Tujuan
4
Langkah-langkah orang bau tanah dalam mendukung  perkembangan pendidikan anak.
1.     Perhatian
2.     Pendidikan
3.     Pengawasan

4.     Sumber Data

1)     Data primer ialah sumber data yang pribadi dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[30]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini ialah Ali Qaimi, Peranan Ibu Dalam mendidik Anak, Bogor: Cahaya, 2003, Abdurahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (terj.), Jakarta: Gema Insani Press, 2006. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad fil-Islam, terj. Saifullah Kamalie dan Hery Noer Ali, Semarang : Asy-Syifa�, 1992.
2)     Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis karya M. Ngalim Purwanto Cet. XVI, yang diterbitkan Remaja Rosdakarya, 2004, Bagaimana Membimbing,  Mendidik dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif, karya Schaefer, Charles, Terj. R. Turman Sirait, yang diterbitkan Restu Agung, 1997, Metode Pengembangan Moral Anak Prasekolah karya Dwi Siswoyo dkk, yang diterbitkan FIP UNY. 2005, Konsep Pendidikan dalam Islam (Pendidikan Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Anak), karya Fauji Saleh, (mengutip Ahmad Husain al-Liqaini), yang diterbitkan Yayasan Pena, 2005.
5.     Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan ialah teknik Library Research yaitu menelaah buku-buku, teks dan literature-literature yang berkaitan dengan permasalahan di atas.[31]Suatu metode pengumpulan data atau materi melalui perpustakaan yaitu dengan membaca dan menganalisa buku-buku, majalah-majalah yang ada kaitannya dengan problem yang penulis teliti. Selain itu juga akan memanfaatkan kemudahan internet untuk memperoleh literatur-literatur yang bekerjasama dengan skripsi ini.
6.     Tehnik Analisa Data
Teknik analisis data ialah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu menawarkan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Menurut Lexy J. Moleong, analisis data ialah yakni suatu teknik penelitian untuk menciptakan inferensi dengan mengidentifikasi aksara khusus secara obyektif dan sistematik yang menghasilkan deskripsi yang obyektif, sistematik mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi.[32]
G.   Kajian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang mengungkap wacana pendidikan anak, antara lain::
Nama: Rizky Dasilva Nim: 210 615 863 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-raniry Banda Aceh dengan judul dengan judul skripsi Kepedulian Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Anak di Desa Juli Tambo Tanjong Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen metode yang dipakai dalam penelitiannya ialah metode Deskritif dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.   Pembinaan Islam bagi anak pada masyarakat Gampong Juli Tambo Tanjong dilakukan didalam keluarga, masyarakat dan sekolah / pengajian. Dalam hal pengajian, terlihat dengan ramainya para keluarga mengantarkan anak-anaknya kelembaga pengajian. Materi pembinaan Islam yang diajarkan pada anak meliputi: penanaman aqidah, ibadah dan moral dan pengajian Al-Qur�an.
2.   Penggunaan metode pendidikan islam pada masyarakat Gampong Juli Tambo Tanjong belum begitu maksimal, ini terlihat dari hasil penelitian yang memperlihatkan masih ada sebagian orang bau tanah kurang peduli kepada pendidikan islam anaknya. Sebagian orang bau tanah masih ada yang beranggapan bahwa pendidikan Iislam anak itu ialah kiprah sekolah/pengajian, sedangkan orang bau tanah cuma mengarahkan.
3.   Dalam menawarkan pendidikan kepada bawah umur orang bau tanah tentunya mengalami hambatan. Hambatan yang dihadapi orang bau tanah dalam menawarkan pendidikan agama kepada anak-anaknya berupa terpengaruhnya anak terhadap lingkungan dan tabiat sianak yang sulit diatur.



               [1]Muhammad Nur Abdul Hafidzh, Mendidik Bersama Rasulullah, (Jakarta: Al-Bayan, 2002), hal. 44.
               [2] Abdurahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat (terj.), Bahrun Abu Bakar Ihsan, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), hal. 28.

               [3] Abu Daud, Sunan Abu Dawud, (Jakarta: Al-fitiyan, 1980), Hadist no. 495.
[4] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), hal. 518.

[5] Hasan, Pendidikan�, hal. 320.

               [6] Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 56.
[7]Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution, Peranan Orang Tua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, (Yogyakarta: Kanisius, 1985), hal. 1.

[8] M. Syafaat Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1982), hal. 56.

[9]Departemen Agama RI., Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Proyek Pemgbinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1982), hal. 34.

[10]Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 88.

[11]Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 56.

               [12]Yadianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-1, (Bandung: M2s, 1996), hal. 88.

               [13] Ibid., hal. 88.

               [14]Armai Arif, Reformulasi Pendidikan Islam, Cet. Ke-2, (Ciputat: CRSD PRESS, 2007), hal. 15.

               [15] M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), hal. 5.

               [16] Ibid., hal. 5.

[17]Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai  Pustaka, 2002), hal. 263.
[18]Soegarda Poerbakawatja, et. al. Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), hal. 257

[19]Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai  Pustaka, 2002), hal. 263.

[20] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal.  69.

[21]H.C.Whtherington, Psikologi Pendidikan,Terj. Bukhari, Cet IV, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), hal. 12.

[22]Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. X, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 10.

[23] Ramayulis, llmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hal. 2.

[24] Ibid.

[25] Khursyid Ahmad, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, terj. A.S Robith (Surabaya: Pustaka Progresif, 1992), hal. 14.

[26]Rayamulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 1.

[27]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma�rifat 1974), hal. 128.

[28]M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 99.

[29]Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya media, 1992), hal. 14.
[30]Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,             (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.
[31]Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 28.

[32]Lexy J., Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 44.

Related : Tanggung Jawab Orang Renta Berdasarkan Perspektif Pendidikan Islam

0 Komentar untuk "Tanggung Jawab Orang Renta Berdasarkan Perspektif Pendidikan Islam"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close