Siapa yang mengangka, Tragedi langka ini terjadi. Saya mendengar bencana langka ini dari pak mawardi driver SDIT Muhammadiyah Bireuen, disekolah terkenal di panggil "pak wa". Pak wa driver ini salah satu karyawan sekolah yang baik, tangggung jawab, setia, santun dan sungguh jujur. Mencari orang jujur memang makin langka didunia ini. Pak wa ini mesti secepatnya di lindungi selaku marga jujur yang yang mesti sayang dan diselamatkan.
Tragedi ini antara pak wa dengan pimpinan kami, dr Athaillah Latief yang terjadi ditoilet masjid taqwa Muhammadiyah Bireuen. Setelah bencana itu, ia pulang ke sekolah menceritakan ke aku dengan gemetar dan rasa malu. Mendengar dongeng itu, aku tidak berhenti tertawa, namun juga mengandung rasa kagum, kaget, prihatin menjadi bercampur menjadi satu. Tapi bencana ini mengajarkan aku dan guru-guru wacana kesederhanaan dan keteladanan.
Berawal dari pak wa driver ingin shalat ashar berjama'ah di masjid taqwa muhammmadiyah Bireuen. Pak wa masuk ke toilet untuk mencampakkan air kecil. Setelah misi air kecil keluar, pakwa memperoleh bencana alam besar, ternyata air kran untuk bersuci tidak hidup, mati total. Mungkin air PDAM lagi bermasalah. Beliau sungguh kebingungan, timbullah inspirasi kreatifnya. Memanggil siapa pun yang akrab dengan ia "So na iluwa, mee ie siat keu no, hana ie nyoe ta rah iek" (siapa ada di luar? tolong bawa air ke sini, gak ada air untuk aku bersihkan). Sontak di luar seseorang menjawab. "Get, neu preh siat" (iya, tunggu sebentar).
Setelah sekian usang menunggu, dengan nada agak membentak, ternyata pak wa tidak sabar, mengundang ulang, "Hai treb tat lagoe?"(hai kok usang sekali?). Seseorang di luar menjawab, "Iya neu preh siat" (iya tunggu sebentar). Tiba timbul seseorang pimpinan yang paling kami segani di sekolah, dr Athaillah A Latief, ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bireuen. Membawa segayung air untuk beliau. Pak wa pun kaget, jantung berdegup kencang, ia mulai layu bareng rasa malunya, seumpama kembang-kembang mawar yang bersemi menjelma layu, kering tak berwarna.
Dokter pimpinan tersenyum simpul, sambil menampilkan segayung air untuk pak wa bersuci. Seumur hidup saya, aku belum pernah di bantu sama pimpinan seumpama ini. Pak wa driver memang sungguh keren. Beliau sudah dibantu oleh ustaz dokter alasannya yakni bencana alam yang besar ini. "Man han mungkin geujak pu plung pu plung ata nyan, geu jak mita ie" nyoe hana payah ta translet alasannya yakni ata nyan hana lam kamus🤣🤣🤣".
Sekian kalinya dr Athaillah mengajarkan aku dan guru-guru akhlak, kesederhanaan dan keteladanan. Jubah kepemimpinan yakni amanah bukan keangkuhan. "Bek bacut jabatan ka meu ung, lagee si puntong merempek jaroe, ka peutimang raya tat, ka luat teuh" Peran selaku pimpinan yakni jalan dakwah yang ia emban. Melayani dan juga saling membantu. Terima kasih pak dokter sudah mengajarkan kami guru.
Rizki Dasilva
0 Komentar untuk "Tragedi Driver Dan Pimpinan Di Toilet"