Pengertian Prilaku


BAB II
KAJIAN TEORITIS
 prilaku ialah cara seseorang berintegrasi dengan orang lain Pengertian Prilaku

2.1  Pengertian Prilaku
            Menurut Sondang Siagian (2003:30) prilaku ialah cara seseorang berintegrasi dengan orang lain, dalam kehidupan organisasional. Menurut Walter Michel, Jemes F. Calhoun (1995:25) bahwa prilaku ialah hasil saling berafiliasi antara karakteristik pribadi dengan lingkungan.
            Selanjutnya Brim, James F. Calhoun (1995:41) menyampaikan prilaku seseorang lebih merupakan hasil kiprah yang kita mainkan pada ketika tertentu dan bukan potongan dalam �diri� yang terkait. Kita menyesuaikan sikap tidak hanya peran, tetapi juga pada masing-masing individu, dengan mengatur kata-kata dan tindakan kita untuk membuat kesan tertentu bagi siapa saja yang kita ajak bicara.

            Sedangkan Joan Ross Acocella (1995:19) dalam teori psikodinamika menjelaskan tingkah laris insan sebagai hasil tenaga yang beroprasi di dalam pikiran, kerap kali tanpa disadari individu, bila pada mulanya pandangan seseorang ihwal sikap orang lain didasarkan pada intuisi dan bukan fakta, berkat studi keprilakuan sekarang dimungkinkan memahami prilaku seseorang sedemikian rupa sehingga prilaku tertentu sanggup dijelaskan dan sanggup diduga sebelumnya.
           
            Prilaku seseorang sesungguhnya tidak timbul secara acak artinya seseorang berperilaku tertentu sebagai jawaban adanya keyakinan dalam diri orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui apa yang dipandang penting atau tidak penting oleh seseorang, prilaku orang ini akan lebih gampang diduga atau diperkirakan.
            Menurut Walter Mischel (James F. Calhoun, 1995: 25) menyampaikan prilaku merupakan hasil saling berafiliasi antara karakteristik pribadi dengan lingkungan.
            Prilaku yang penulis maksudkan dalam penelitian ini ialah bentuk tindak kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi, mensikapi para guru dalam menjalankan tugasnya.
            Nagalim Purwanto (2005;48) menyebutkan tiga sikap kepemimpinan, yaitu:
  1. Otoriter, kepemimpinan kepala sekolah yang diktatorial ialah pemimpin yang sangat egois, dengan egoisnya seorang pemimpin yang diktatorial melihat peranannya sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasi. Sedangkan sikap kepemimpinan kepala sekolah yang diktatorial yang penulis maksud ialah kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat: memerintah, egois, bertindak sebagai diktator dan menghukum.

  1. Demokratis, kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya semoga bekerja secara kooperatif untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud yaitu: partisipasi, memotivasi, tegas, membimbing dan mendapatkan saran/pendapat serta kritikan dari bawahan.

  1. Laissez faire, sikap kepemimpinan kepala sekolah yang laissez faire cendrung mengarah kepada tindak tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang penulis maksud yaitu: permisif, pasif, memberi kebebasan tanpa pengawasan dan tanpa rencana.
           
            Sigmound Freud (1999 : 90) menyampaikan bahwa sikap insan itu banyak dilalui dengan kondisi ketidaksadarannya dari pada kesadarannya. Adler pengikut Frued menyampaikan bahwa insan berperilaku sangat ditentukan oleh dorongan / hasrat / motivasi untuk mencapai keunggulan.

2.2   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
1)     Faktor pembawaan (Hereditas)
Pembawaan sanggup diartikan sebagai kecendrungan untuk tumbuh dan berkembang bagi insan berdasarkan pola-pola, ciri-ciri, sifat-sifat tertentu yang timbul ketika konsepsi dan berlaku sepanjang hidup seseorang.
2)     Faktor Lingkungan (Environment)
Lingkungan ialah segala sesuatu yang melinkungi atau mengelilingi individu sepanjang hidupnya. Suatu kenyataan bahwa pribadi-pribadi atau individu-individu sebagai potongan dari alam sekitarnya, tidak sanggup lepas dari lingkungannya itu. Bahkwan beberapa mahir menyampaikan bahwa individu tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhinya, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
            Oleh lantaran itu setiap kelompok kolaborasi terdiri dari personel dengan kemampuan yang berbeda-beda harus mempunyai seorang pemimpin (kepala sekolah) yang bisa (trampil) dalam menggerakkan kiprah guru, hal ini merupakan suatu skill dalam seni kepemimpinan, skill ini terdiri dari 4 (empat) unsur yang menentukan prilaku seorang pemimpin. Burhanuddin (1994:74) yaitu :
1)     Otoritas atau kekuatan penelitian. Unsur ini menentukan pada wewenang atau otoritas dan kekuatan pemimpin. Kedua istilah ini diambil dari kata �authority� dan �power�. Power memperlihatkan pada konsep yang lebih luas yang berarti suatu kemampuan individu atau kelompok dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang atau kelompok lain. Ada beberapa cara yang harus dipenuhi untuk mencapai �power� ini contohnya melalui legalitas, keahlian seseorang �referen power� (yang sanggup menawarkan imbas pada orang banyak atau kelompok sehingga mereka mau menerapkan ide-idenya). Reward power biasanya dimiliki oleh seseorang yang mendapatkan penghargaan besar dan ada pula kekuasaan itu diperoleh melalui paksaan sehingga sering disebut dengan �coereive power�.
2)     Kemampuan dalam menyatupadukan sumber tenaga insan yang mempunyai daya-daya motivasi yang bervariasi setiap waktu dan situasi.
Dengan bekal pengenalan dasar motivasi ini memungkinkan pemimpin punya persepsi terhadap hakikat dan kekuatan kebutuhan-kebutuhan insan sehingga bisa membatasi dam merencanakan cara-cara memuaskan mereka, maupun mengelolanya secara efektif semoga memperoleh respon yang diinginkan.

3)     Kemampuan dalam mengembangkan iklim kerja dalam merespon dan membangkitkan / menjadikan motivasi. Unsur ini memperlihatkan kemampuan dalam membangkitkan semangat bawahan segenap kemampuan mereka sepenuhnya dalam menuntaskan suatu kegiatan.

4)     Kemampuan dalam mengembangkan gaya-gaya kepemimpinan  yang tepat. Unsur ini lebih menekankan pada kemampuan pemimpin dalam menentukan bentuk (tips kepemimpinan) yang sesuai dengan situasi atau iklim organisasi untuk menggerakkan bawahannya secara berhasil.

2.3  Pengertian Kinerja Guru
            Menurut Whitmore (2001 :3) menyampaikan kinerja ialah suatu perbuatan prestasi dan keterampilan seseorang atau guru dalam mencapai prestasi sebagaimana yang telah dituntut dan ditentukan. Kinerja yang penulis maksudkan dalam penelitian ini ialah guru harus sanggup menjalankan kiprah dan tanggung jawab dalam meningkatkan prestasi berguru siswa sehingga mencapai hasil berguru yang optimal.
            Guru ialah satu dari sekian banyak unsur yang ikut menentukan berhasil tidaknya berguru siswa. Guru harus mempunyai kamampuan dalam mengelola kelas serta memakai metode yang sesuai. Tanpa adanya guru proses berguru mengajar mustahil sanggup berjalan, lantaran itu kiprah guru dalam proses berguru mengajar sangatlah penting. Guru tidak sanggup diganti dalam proses berguru mengajar.
            Djamarah (2002 : 73) guru ialah salah satu unsur insan dalam proses pendidikan lantaran guru orang yang mendidik peserta didik atau siswa.




2.4  Pengertian Kepala Sekolah
            Kata �kepala� sanggup diartikan sebagai �ketua� atau �pemimpin�. Dalam suatu organisasi atau sebuah forum dimana menjadi kawasan mendapatkan dan memberi pelajaran.
            Sedangkan sekolah merupakan forum yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks lantaran sekolah sebagai organisasi  didalamnya terdapat aneka macam dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan sifat unik memperlihatkan bahwa sekolah sebagai organisasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Wahjo Sumidjo, (2001:81) dimana dalam lingkup sekolah terjadi proses berguru mengajar, kawasan terselenggarakan pembudayaan kehidupan umat manusia.
            Menurut Wahjo Sumidjo (2001 :83) dengan demikian secara sederhana kepala sekolah sanggup didefenisikan sebagai �seorang tenaga fungsional guru yang diberikan kiprah untuk memimpin suatu sekolah dalam menyelenggarakan proses berguru mengajar atau kawasan terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan siswa yang mendapatkan pelajaran.
            Menurut Schermerhorn, Jonh R (2001 :84) kepala sekolah ialah pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang-orang tanpa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan. Siapapun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui mekanisme serta persyaratan tertentu menyerupai latar belakang pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas. Oleh alasannya ialah itu kepala sekolah pada hakikatnya ialah pejabat formal, alasannya ialah pengangkatan melalui suatu proses yang didasarkan atas peraturan yang berlaku.
            Perosedur pengangkatan menawarkan petunjuk ihwal sumber dari mana calon kepala sekolah dicalonkan : (1) siapa yang harus mencalonkan mulai dari tingkat sekolah, Kabupaten, Provinsi hingga pada tingkat pusat. (2) Intansi-intasi terkait mana saja yang terlibat dalam proses pencalonan tersebut. Sedangkan peraturan yang dimaksud lebih ditekankan pada persyaratan atau kriteria yang perlu dipenuhi oleh para calon, Wahjo Sumidjo (2001 : 84-85)
           
            Klasifikasi persyaratan yang perlu diperhatikan yaitu :
  1. Bersifat administratif, yang meliputi: usia minimal dan maksimal, pangkat, masa kerja, pegalaman, berkedudukan sebagai tenaga fungsional guru.
  2. bersifat akademis, yaitu: latar belakang pendidikan formal dan pembinaan terakhir yang dimiliki oleh calon.
  3. Keperibadian, yaitu : babas dari perbuatan tercela (integritas), loyal terhadap pancasila dan pemerintah.

2.5  Syarat-syarat Kepemimpinan  Kepala Sekolah
            Dibidang kekepalasekolahan kualitas-kualitas kepemimpinan  yang penting sanggup diklasifikasikan menjadi katagori pokok yang saling berafiliasi dan interdependen, berdasarkan Elsbree, Burhanuddin (1994:78) ialah sebagai berikut:
1)     Personality merupakan �totalitas karakteristik-karakteristik individu�, melalui sifat-sifat keperibadian tersebut, seseorang sanggup memperoleh legalisasi dari orang lain dan sekaligus menjadi penentu bagi kepemimpinannya. Hasil studi juga telah pertanda bahwa para kepala sekolah yang sangat efektif dalam memelihara korelasi daik dalam organisasi pada umumnya ialah mereka yang punya sikap dekat (ramah), responsive, periang, antusias, berani, murah hati, spontan, percaya diri, menerima, dan bebas dari rasa takut atau kebimbangan.
2)     Purpose, apabila kepala sekolah sendiri tidak begitu memahami tujuan pendidikan secara jelas, maka kepemimpinannya akan lemah dan penuh keraguan. Sebagai pemimpin kelompoknya ia harus sanggup memikirkan, merumuskan tujuan oganisasinya (sekolah) secara teliti serta menginformasikannya kepada para anggota semoga mereka sanggup menyadarinya dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan itu. Disamping itu hendaknya mempunyai kemampuan dalam menawarkan dorongan kepada anggota kelompok untuk melaksakan tugas-tugas yang telah digariskan sesuai dengan planning demi tercapaianya tujuan organisasi.
3)     Knowledge, suatu kelompok akan menaruh kepercayaan pada sang pemimpin apabila mereka menyadari bahwa otoritas kepemimpinannya diperlengkap dengan skop pengetahuan yang laus dan bisa menawarkan keputusan-keputusan yang mantap.
4)     Profesional skill, kepala sekolah haru mempunyai ketrampilan-ktrampilan professional yang efektif dalam fungsi manajemen pendidikan.
            Menjadi seorang pemimpin yang ideal yaitu seorang pemimpin yang sanggup bertindak secara tegas, cepat mengambil keputusan ketika mendesak, bisa menjadi seorang yang bijaksana terhadap bawahan.
Ngalim Purwanto (2005 : 48) menyebutkan tiga bentuk kepemimpinan  yang sangat ekstrim; Pertama : bentuk otoriter, seorang pemimpin yang diktatorial akan menerjemahkan disiplin kerja yang tinggi yang ditujukan oleh para bawahan kepadanya, padahal sesungguhnya disiplin kerja itu didasarkan kepada ketakutan bukan kesetiaan. Kedua  : bentuk demokrasi, seorang pemimpin yang demokrasi dalam kehidupan organisasi perilakunya mendorong para bawahan menumbuhkan dan mengembangkan daya penemuan dan kreatifitasnya. Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan kritik orang lain, terutama para bawahannya. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya semoga bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. Bentuk demokratis merupakan bentuk kepemimpinan  yang paling ideal, dan dianggap paling baik terutama untuk kepemimpinan  dalam pendidikan. Ketiga : bentuk Laissez faire, sikap seorang pemimpin Laissez faire cendrung mengarah kepada tindak tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan sekerja, hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin diharapkan sebagai jawaban dari adanya struktur dan hirarki organisasi. Tingkat keberhasilan organisasi atau forum yang dipimpin dengan bentuk Laissez faire semata-mata disebabkan kesadaran dan pengabdian beberapa anggota kelompoknya. Di dalam bentuk kepemimpinan  ini, biasanya struktur organisasinya tidak terang dan kabur. Segala acara dilakukan tanpa planning terarah dan tanpa pengawasan dari pemimpin.

            Untuk sanggup membimbing maupun menggerakkan para guru, kepemimpinan  kepala sekolah harus mempunyai kelebihan daripada orang yang dipimpinnya. Serta harus ada penerimaan secara sukarela dari pengikutnya.
            Namun sehabis mengadakan studi pendahuluan (31 Desember 2005) peneliti menemukan bahwa kepala sekolah menganut aneka macam bentuk kepemimpinan, yang pertama bentuk kepemimpinan  otoriter, dimana kepala sekolah sebagai pemegang mutlak terhadap keputusan dan peraturan di sekolah sehingga guru menjadi kaku dan takut untuk bereaksi dalam mengajar dan akan terbatas dalam pengembangan ide dan pendapat untuk pengembangan proses berguru mengajar.
            Kedua bentuk kepemimpinan  demokratis, bentuk kepemimpinan  ini mempunyai karakteristik mau berdiskusi, mendapatkan pendapat dari orang lain dan terbuka terhadap saran serta kritikan terhadap orang lain. Bentuk kepemimpinan  kepala sekolah menyerupai ini akan menghasilkan guru yang bisa mengembangkan ide, kritis dan memberi kesempatan kepada guru untuk berkembang lebih maju. Dan pemimpin menyerupai ini akan mejadi faktor motikator bagi guru-gurunya.
            Ketiga bentuk kepemimpinan laissez faire (perilaku santai), pemimpin ini hanya memimpin berdasarkan tuntutan organisasi dan jabatan. Pemimpin laissez faire membiarkan orang-orang/guru berbuat sekehendaknya, asalkan tujuan yang ditetapkan tercapai, dan kepala sekolah kurang memberi pengawasan dan koreksi bagi guru sehingga guru dalam bekerja tanpa koordinasi dari atasan.
            Hal tersebut di atas merupakan sikap pemimpin yang kurang ideal dalam lingkungan pendidikan serta bukan kepemimpinan  kepala sekolah yang dikehendaki. Perilaku tersebut lebih banyak terjadi pada kemampuan manajerial dan administrasi, serta kepemimpinan. Sehingga kompetensi kepala sekolah yang bersifat administrative dan pengawasan belum dengan sanggup diwujudkan.
            Burhanuddin (1994:77-78) mengetengahkan dua syarat-syarat kepemimpinan kepala sekolah, yaitu : (1) Kepala sekolah atau pemimpin seharusnya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi daripada orang-orang yang dipimpinnya, terutama dalam melaksanakan kepemimpinan  dibidang kependidikan. (2) Kepala sekolah harus mempunyai kesiapan dan pembinaan yang mantap.


2.6  Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
            Sebagai seorang pejabat formal kepala sekolah mempunyai kiprah tanggung jawab terhadap atasan, terhadap sesama rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait dan kepada bawahan.
1)     Kepada Atasan
Seorang kepala sekolah mempunyai atasan, yaitu atasan eksklusif dan atasan yang lebih tinggi. Karena kedudukannya yang terkait pada atasan/sebagai bawahan, maka seorang kepala sekolah;
a)     Wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan oleh atasan
b)     Wajib berkonsultasi atau menawarkan laporan mengenai pelaksanaan kiprah yang menjadi tanggung jawabnya.
c)     Wajib selalu memelihara korelasi yang bersifat hirarki antara kepala sekolah dan atasan.
2)     Kepada sesama rekan kepala sekolah dan instansi terkait
a)     Wajib memelihara korelasi kolaborasi yang baik dengan para kepala sekolah yang lain.
b)     Wajib memelihara korelasi kolaborasi yang sebaik-baiknya dengan lingkungan, baik dengan instansi terkait maupun tokoh-tokoh masyarakat dan BP3.
3)     Kepada Bawahan
Kepala sekolah berkewajiban membuat korelasi yang sebaik-baiknya dengan para guru, staf dan siswa, alasannya ialah esensi kepemimpinan  adalah kepengikutan.
Peran kepala sekolah sebagai pejabat formal, secara singkat sanggup disimpulkan sebagai berikut:
a)     Kedudukan sebagai pejabat formal, kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku.
b)     Sebagai pejabat formal mempunyai kiprah dan tanggung jawab yang terang serta hak-hak dan hukuman yang perlu dilaksanakan dan dipatuhi.
c)     Sebagai pejabat formal kepala sekolah secara hirarki mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan mempunyai bawahan.
d)     Sebagai pejabat formal kepala sekolah terikat atas kewajiban, peraturan atau ketentuan yang berlaku.
e)     Sebagai pejabat formal kepala sekolah berkewajiban dan bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah dalam pencapaian tujuan/misinya.
f)      Sebagai pejabat formal, karier kepala sanggup dikembangkan ke jabatan yang lebih tinggi.
g)     Sebagai pejabat formal jabatan kepala sekolah sewaktu-waktu sanggup diganti, diberhentikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.7  Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah
            Untuk mencapai visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Meskipun pengangkatan kepala sekolah dilakukan dengan testing dan saringan yang begitu sulit bahkan diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin sudah usang menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak dengan sendirinya membuat kepala sekolah mejadi profesional dalam melaksanakan tugas. Berbagai kasus memperlihatkan masih banyak kepala sekolah yang masih terpaku dengan urusan-urusan administrasi, yang bergotong-royong masih bisa dilimpahkan kepada tenaga manajemen dalam pelaksanaannya kepala sekolah merupakan pekerja berat yang menuntut kemampuan ekstra.
            Agar lebih terang di sini dijelaskan ihwal kiprah kepala sekolah secara lebih rinci.

a.     Kepala Sebagai Edukator (Pendidik)
            Dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai edukator kepala sekolah harus mempunyai seni manajemen yang sempurna untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, menawarkan nasehat kepada warga sekolah, menawarkan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
            Sumidjo (1999:122) mengemukakan bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam defenisi pendidik saja melainkan juga harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, dan bagaimana seni manajemen yang dilaksanakan, untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus menanamkan, memajukan dan meningkatkan setidaknya dua macam nilai yaitu pembinaan mental, moral.
            Sebagai educator kepala sekolah harus melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi berguru peserta didik sanggup dideskripsikan sebagai berikut:
1.     Mengikut sertakan guru-guru dalam penataran untuk menambah wawasan para guru.
2.     Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim penilaian hasil berguru peserta didik lebih ulet bekerja, kemudian jadinya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di padan pengumuman.
3.     Menggunakan waktu berguru secara efektif di sekolah dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri: pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efesien untuk kepentingan pembelajaran.

b.     Kepala Sekolah Sebagai Manajer
            Manajer pada hakikatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan perjuangan para anggota organisasi serta mendaya gunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c.      Kepala Sekolah Sebagai Supervisor.
            Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efesiensi dan efektivitas pembelajaran, oleh lantaran itu salah satu kiprah kepala sekolah ialah sebagai supervisor yaitu mensurpervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

d.     Kepala Sekolah Sebagai Leader
            Kepala sekolah sebagai leader harus bisa menawarkan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga pendidik, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan kiprah dalam implementasinya kepala sekolah sebaga kader sanggup dianalisa dari tiga sifat yaitu: demokrtis, otoriter, laissez fire, sehingga kepala sekolah gampang dalam melaksanakan kepemimpinannya.
            Menurut Kootz (2001:104) kepala sekolah sebagai pemimpin harus bisa :
1)     Mendorong timbulnya kemauan yang berpengaruh dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan kiprah masing-masing.
2)     Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta menawarkan dorongan memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan menawarkan ilham sekolah dalam mencapai tujuan.

e.     Kepala Sekolah Sebagai Innovator
            Dalam rangka melaksanakan kiprah dan fungsinya sebagai innovator, harus mempunyai seni manajemen yang sempurna untuk menjalin korelasi yang serasi dengan lingkungan mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap acara menawarkan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan model-model pembelajaran inovatif.

f.      Kepala Sekolah Sebagai Motivator
            Sebagai motivator kepala sekolah harus mempunyai seni manajemen yang sempurna untuk menawarkan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melaksanakan aneka macam kiprah dan fungsinya, motivasi ini sanggup ditimbulkan melalui pengetahuan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan aneka macam sumber berguru melalui pengembangan sentra sumber belajar.
            Dalam teori Harry Mintzberg yang secara terang mengungkapkan ada tiga macam peranan seorang pemimpin, yaitu interpersonal, informational, dan decisional roles.
1)     Peran korelasi antar perseorangan (interpersonal roles)
Peran ini timbul jawaban otoritas formal dari seorang pemimpin, meliputi; fugurehead, leadership dan liasion.
a)     Fugurehead
Fugurehead artinya lambang. Dalam pengertian sebagai lambang kepala sekolah mempunyai kedudukan yang selalu menempel dengan sekolah. Kepala sekolah dianggap sebagai lambang sekolah. Oleh alasannya ialah itu seorang kepala sekolah harus selalu sanggup memelihara integritas diri semoga peranannya sebagai lambang tidak menodai nama baik sekolah.
b)     Kepemimpinannya (leadership)
Peranan sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, sehinga lahir etos kerja dan produktifitas yang tinggi dalam mencapai tujuan.
Fungsi kepemimpinan ini amat penting, alasannya ialah disamping berperan sebagai pencetus juga beperan untuk melaksanakan kontrol segala akifitas guru, staf dan siswa sekaligus untuk meneliti persoalan-persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.
c)     Penghubung (leasion)
Dalam fungsi ini, kepala sekolah berperan menjadi penghubung antara kepentingan sekolah dengan lingkungan diluar sekolah. sedangkan secara internal fungsi liasion kepala sekolah menjadi alat mediator antara wakil-wakil para guru, staf dan siswa dalam menuntaskan kiprah mereka. Tujuan liaison (penghubung) ialah untuk memperoleh informasi dari aneka macam pihak untuk keberhasilan kepala sekolah.
2)     Peranan informasional (infromational roles)
Kepala sekolah berperan untuk mendapatkan dan menyebar luaskan atau meneruskan informasi kepada guru, staf, siswa dan orang siswa. Dalam fungsi informasional kepala sekolah berfungsi sebagai �pusat urat syaraf�(never center) sekolah.
      Menurut  Wahjosumidjo (2001:91), ada tiga macam kiprah kepala sekolah sebagai urat syaraf, yaitu:
a)     Sebagai monitor
kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan (observasi) terhadap lingkungan, yaitu kemungkinan adanya imformasi-imformasi yang imbas terhadap penampilan sekolah, seperti: gosip, khabar angin (hearsay)
b)     Sebagai disseminator
      Kepala sekolah bertanggung jawab menyebarluaskan dan membagi                   imformasi kepada guru, staf, siswa dan orang bau tanah siswa.
c)   Spokesman
kepala sekolah berbagi (transmits) imformasi kepada lingkungan diluar yang diangap perlu. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperan sebagai wakil resmi sekolah. 

3)     Sebagai pengambil keputusan
Peran ini merupakan peranan yang paling penting dari kedua macam kiprah yang lain, yaitu interpersonal roles dan inrtotional roles.
      Menurut Wahjosumidjo (2001:92) ada empat macam kiprah kepala sekolah sebagai pengambilan keputusan yaitu:    
a)     Entrepreneur
Dalam kiprah ini kepala sekolah selalu berusaha untuk memperbaiki penampilan sekolah melalui aneka macam macam permikiran program-prgoram yang baru, serta melaksanakan survey. Untuk mempelajari aneka macam masalah yang timbul di lingkungan sekolah.
b)     Orang yang memperhatikan gangguan (distrubance handler)
Gangguan yang timbul pada suatu sekolah, tidak hanya diakibatkan oleh kepala sekolah yang tidak memperhatikan situasi, tetapi juga jawaban kepala sekolah yang tidak bisa mengantisipasi semua jawaban pengambilan keputusan yang telah diambil.
c)     Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater).
Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menentukan siapa yang akan memperoleh atau mendapatkan sumber-sumber yang disediakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup sumber daya manusia, dana, peralatan dan sebagainya. Seorang kepala sekolah harus secara continue meneliti dan menentukan bagaimana sumber-sumber tersebut sanggup diadakan dan dibagikan.

d)     A Nagotiator Roles
Dalam fungsi ini kepala sekolah harus bisa untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar, untuk menjalin dan memenuhi kebutuhan baik untuk sekolah maupun dunia usaha.




Related : Pengertian Prilaku

0 Komentar untuk "Pengertian Prilaku"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close