Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang setia dan Istiqomah.
Perlu untuk ditekankan bahwa ilmu dan adat yakni dua hal yang sungguh penting dan keduanya bermitra erat. Semakin tinggi ilmu seseorang secara lazim dia akan kian beradab dan juga sebaliknya, orang yang beradab akan berupaya untuk kian berilmu.
Orang yang mempunyai ilmu namun kurang beradab pasti tidak baik. Begitu juga sebaliknya, orang yang beradab namun minim ilmu. Seorang muslim hendaknya berupaya untuk terus menuntut ilmu dan juga mempertahankan adab.
Dulu para ulama’ terus menasehati para muridnya untuk berguru dan juga sebelum itu mereka juga menasehat untuk berguru adab. Imam Malik pernah menyampaikan pada seorang cowok Quraisy, “Wahai saudaraku, belajarlah adat sebelum engkau berguru ilmu.”
“Apakah orang yang beradab namun tak pandai lebih baik ketimbang orang yang pandai namun tidak beradab?” Allahu A’lam ini tergantung kadar dan juga hakikat dari adat dan ilmu yang dimaksud.
Ada ilmu-ilmu yang terang sungguh penting dan dilarang orang tidak tahu, menyerupai ilmu wacana tauhid. Jelas sulit dipercayai dibilang “orang yang beradab namun tidak mempunyai ilmu tauhid lebih baik ketimbang orang yang punya ilmu tauhid namun tidak beradab”.
Selain itu, tidak perlu kita berlebihan untuk mengenali sesuatu atau membandingkan sesuatu yang tidak terlampau penting untuk dibandingkan sehingga malah gegabah dari inti dari hal itu. Dalam hal ini, pada dasarnya yakni bahwa adat dan ilmu itu sama-sama penting.
Perlu dipahami juga sebagian orang sufi menyampaikan “Orang yang beradab namun tak pandai lebih baik ketimbang orang yang pandai namun tidak beradab”. Mungkin seolah perkataan ini ingin menyampaikan pentingnya adab.
Tetapi sejatinya yakni ingin mengecilkan dan menyepelekan ilmu. Mereka ingin berpaling dari ilmu dan berpaling dari menuntut ilmu. Beragama cuma menurut perasaan. Hati-hati dengan hal ini.
Makna adab
Adab secara bahasa artinya menerapakan etika mulia. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar menyebutkan:
وَالْأَدَبُ اسْتِعْمَالُ مَا يُحْمَدُ قَوْلًا وَفِعْلًا وَعَبَّرَ بَعْضُهُمْ عَنْهُ بِأَنَّهُ الْأَخْذُ بِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ
“Al adat artinya menerapkan segala yang disanjung oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinsikan, adat yakni menerapkan akhlak-akhlak yang mulia” (Fathul Bari, 10/400).
Dalil-dalil wacana perintah untuk berakhlak mulia
Diantaranya:
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أكملُ المؤمنين إيمانًا أحسنُهم خُلقًا
“Kaum Mu’minin yang paling tepat imannya yakni yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata: “hasan shahih”).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّما بعثتُ لأتمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ
“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan etika mulia” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, no. 45).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّ أثقَلَ ما وُضِع في ميزانِ المؤمِنِ يومَ القيامةِ خُلُقٌ حسَنٌ وإنَّ اللهَ يُبغِضُ الفاحشَ البذيءَ
“Sesungguhnya urusan yang lebih berat di timbangan amal bagi seorang Mu’min yakni etika yang baik. Dan Allah tidak menggemari orang yang mengatakan keji dan kotor” (HR. At Tirmidzi no. 2002, ia berkata: “hasan shahih”).
Dalil-dalil wacana perintah untuk memuliakan ilmu dan ulama
Diantaranya:
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ
“Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di segi Allah maka itu yakni lebih baik baginya di segi Tuhannya” (QS. Al Hajj: 30).
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka bersamaan itu muncul dari ketakwaan hati” (QS. Al Hajj: 32).
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka bersamaan mereka sudah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. Al Ahzab: 58).
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إنَّ اللهَ قال : من عادَى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحربِ
“Sesungguhnya Allah berfirman: barangsiapa yang menentang wali-Ku, ia sudah menyatakan perang terhadap-Ku” (HR. Bukhari no. 6502).
Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan:
إن لم يكن الفقهاء العاملون أولياء الله فليس لله ولي
“Jika para fuqaha (ulama) yang mengamalkan ilmu mereka tidak disebut wali Allah, maka Allah tidak mempunyai wali” (diriwayatkan Al Baihaqi dalam Manaqib Asy Syafi’i, dinukil dari Al Mu’lim hal. 21).
Adab dalam menuntut ilmu yakni lantaran yang membantu mendapat ilmu
Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan:
علم بلا أدب كنار بلا حطب، و أدب بلا علم كروح بلا جسد
“Ilmu tanpa adat menyerupai api tanpa kayu bakar, dan adat tanpa ilmu menyerupai jasad tanpa ruh” (Adabul Imla’ wal Istimla’ [2], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [10]).
Yusuf bin Al Husain rahimahullah mengatakan:
بالأدب تفهم العلم
“Dengan adab, engkau akan mengetahui ilmu” (Iqtidhaul Ilmi Al ‘Amal [31], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).
Sehingga berguru ada sungguh penting bagi orang yang akan menuntut ilmu syar’i. Oleh lantaran itulah Imam Malik rahimahullah mengatakan:
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Belajarlah adat sebelum berguru ilmu” (Hilyatul Auliya [6/330], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17])
Adab dalam menuntut ilmu yakni lantaran yang membantu berkahnya ilmu
Dengan adat dalam menuntut ilmu, maka ilmu menjadi berkah, yakni ilmu terus meningkat dan menghadirkan manfaat.
Imam Al Ajurri rahimahullah sehabis menerangkan beberapa adat penuntut ilmu dia mengatakan:
حتى يتعلم ما يزداد به عند الله فهما في دينه
“(hendaknya amalkan semua adat ini) sampai Allah menyertakan kepadanya pengertian wacana agamanya” (Akhlaqul Ulama [45], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [12]).
Adab ialah ilmu dan amal
Adab dalam menuntut ilmu ialah pecahan dari ilmu, lantaran bersumber dari dalil-dalil. Dan para ulama juga menghasilkan kitab-kitab dan pecahan tersendiri wacana adat menuntut ilmu. Adab dalam menuntut ilmu juga sesuatu yang harus diamalkan tidak cuma diilmui. Sehingga urusan ini meliputi ilmu dan amal.
Oleh lantaran itu Al Laits bin Sa’ad rahimahullah mengatakan:
أنتم إلى يسير الأدب احوج منكم إلى كثير من العلم
“Kalian lebih memerlukan adat yang sedikit, dari pada ilmu yang banyak” (Syarafu Ash-habil Hadits [122], dinukil dari Min Washaya Al Ulama liThalabatil Ilmi [17]).
Adab terhadap ilmu ialah adat terhadap Allah dan Rasul-Nya
Sebagaimana dalil-dalil wacana memuliakan ilmu dan ulama yang sudah kami sebutkan.
Adab yang bagus ialah tanda diterimanya amalan
Seorang yang beradab dikala menuntut ilmu, sanggup jadi ini ialah tanda amalan ia menuntut ilmu diterima oleh Allah dan mendapat keberkahan. Sebagian salaf mengatakan:
الأدب في العمل علامة قبول العمل
“Adab dalam amalan ialah tanda diterimanya amalan” (Nudhratun Na’im fi Makarimi Akhlaqir Rasul Al Karim, 2/169).
Terima kasih agar sanggup memperbesar wawasan kita.
0 Komentar untuk "Adab Dan Ilmu Sama-Sama Penting"