Berbuat Baik Lah Terhadap Kedua Orang Tua

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam mudah-mudahan tercurah terhadap junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga sobat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.

Durhaka kepadamu berdua tergolong dosa besar dan membuat masuk ke dalam neraka. Diriwayatkan dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ وَلاَ مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ وَلاَ مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلاَ مُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ

“Tidak akan masuk nirwana orang yang durhaka, orang yang beriman dengan sihir, orang yang kecanduan khamr, dan orang yang mendustakan taqdir.”

Diriwayatkan juga dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ اْلأُمَّهَاتِ وَوَأْدَ الْبَنَاتِ وَمَنْعًا وَهَاتِ وَكَرِهَ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ

“Sesungguhnya Allah sudah mengharamkan atas kalian kedurhakaan terhadap ibu-ibu kalian, mengharamkan mengubur hidup belum dewasa wanita, bakhil, rakus dan Allah tidak senang kalian untuk menyampaikan katanya-katanya, banyak mengajukan pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.”

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu:

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْكَبَائِرِ، قَالَ: اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya ihwal dosa-dosa besar, ia Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa, dan persaksian palsu’.”

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

  أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلاَثًا. قَالُوا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ. وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ. قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ 

“Maukah saya beritahukan terhadap kalian dosa-dosa yang paling besar?” Beliau mengulanginya tiga kali. Lalu mereka berkata: “Iya, wahai Rasululah.” Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua.” Beliau kemudian duduk yang tadinya ittika` seraya mengatakan: “Ketahuilah (termasuk juga) persaksian palsu.” Abu Bakrah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus mengulanginya sehingga kami mengatakan: ‘Duhai seandainya ia berhenti’.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia bersabda:

الْكَبَائِرُ اْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَقَتْلُ النَّفْسِ وَالْيَمِيْنُ الْغَمُوْسُ

“Dosa-dosa besar merupakan menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu.”

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِثْلُ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ

“Tidak ada dosa yang lebih patut untuk disegerakan adzabnya oleh Allah di dunia, berbarengan dengan adzab yang Allah simpan untuk di alam abadi nanti, ketimbang perbuatan dzalim dan menegaskan korelasi silaturrahim.”

Mencela mereka berdua tergolong kedurhakaan dan perbuatan yang menghadirkan kutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا

“Dan apabila keduanya sudah lanjut usia atau salah satu dari keduanya, maka janganlah kau menyampaikan terhadap mereka berdua “ah” dan jangan kau menghardiknya, dan katakanlah ucapan yang baik. Rendahkan sayap kehinaanmu di hadapan keduanya dan katakanlah: ‘Wahai Rabbku, berikanlah terhadap keduanya kasih sayang sebagaimana dia berdua sudah memeliharaku semenjak kecilku’.” (Al-Isra`: 24)

Diriwayatkan dari Abu Thufail ‘Amir bin Watsilah, ia berkata:

كُنْتُ عِنْدَ عَلِيٍّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسِرُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: فَغَضِبَ وَقَالَ: مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسِرُّ إِلَيَّ شَيْئًا يَكْتُمُهُ النَّاسَ غَيْرَ أَنَّهُ قَدْ حَدَّثَنِي بِكَلِمَاتٍ أَرْبَعٍ. قَالَ: فَقَالَ: مَا هُنَّ يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ؟ قَالَ: قَالَ: لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَهُ وَلَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ وَلَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ اْلأَرْضِ

“Di di saat saya berada di segi ‘Ali bin Abu Thalib, seseorang mengunjungi ia dan berkata: “Apakah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah merahasiakan sesuatu kepadamu?” (‘Amir bin Watsilah) berkata: Lalu ‘Ali murka dan berkata: “‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah merahasiakan sesuatupun kepadaku yang ia sembunyikan dari orang lain, cuma saja ia menyodorkan empat kalimat kepadaku.” Lalu orang itu berkata: “Apa keempat problem itu, wahai Amirul Mukminin?” ‘Ali berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melindungi pelaku bid’ah dan Allah melaknat orang yang merubah patok bumi’.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu 'anhuma, bersama-sama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ. قَالُوا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَهَلْ يَشْتُمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ

“Termasuk dosa besar merupakan seseorang mencaci kedua orang tuanya.” (Para shahabat) berkata: ‘Ya Rasulullah, apakah seseorang (tega) mencaci kedua orang tuanya?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Iya. (Yaitu dengan cara) dia mencaci bapak orang lain kemudian orang lain itu membalas mencaci bapaknya, dia mencaci ibu orang lain kemudian orang itu balas mencaci ibunya.”

Doa engkau berdua wahai ibu dan bapakku, cepat diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka doakanlah mudah-mudahan hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala tercurah padaku dan janganlah berdoa kutukan untukku.

Hal ini sudah diperingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala lewat verbal Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu sabdanya:

لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لاَ تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيْهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيْبُ لَكُمْ

“Jangan kalian berdoa keburukan untuk diri kalian, dan jangan berdoa keburukan untuk belum dewasa kalian, dan jangan berdoa keburukan untuk harta benda kalian, sebab tidaklah kalian berjumpa dengan waktu yang mustajab (bila minta terhadap Allah niscaya akan dikabulkan) melainkan Allah mengabulkan doa kalian.”

Bila engkau tersakiti oleh putra putrimu, janganlah secepatnya berdoa keburukan buat mereka. Karena doa kedua orang bau tanah tergolong sederetan doa yang mustajab, sebagaimana sudah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu sabda ia dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ؛ دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

“Tiga doa yang mustajab (dikabulkan) dan tidak ada keraguan padanya (yaitu) doa orang tua, doa orang yang sedang safar dan doa orang yang terdzalimi.”

Bila engkau sudah tiada, baktiku akan hingga kepadamu. Hal ini sudah di jelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sabda-sabdanya berikut: Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bersama-sama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ؛ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ

“Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya melainkan tiga problem (yaitu) shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak yang shalih yang mendoakan (kebaikan) baginya.”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma:

أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ أَفَيَنْفَعُهَا إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ فَقَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَإِنَّ لِي مَخْرَفًا وَإِنِّي أُشْهِدُكَ أَنِّي قَدْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا

“Seseorang berkata terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: ‘Sesungguhnya ibuku sudah meninggal dunia. Apakah akan berfaedah baginya jikalau saya berzakat atas namanya?’ Beliau menjawab: ‘Iya.’ Orang itu berkata: ‘Sesungguhnya saya memiliki kebun yang sudah berbuah dan saya mengangkatmu menjadi saksi bahwa saya sudah menyedekahkannya untuk ibuku.”

Jika engkau berdua kafir terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dengarlah pesan yang tersirat dari Rabbku kepadamu!

وَوَصَّيْنَا اْلإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Dan Kami sudah wasiatkan terhadap insan mudah-mudahan berbuat oke terhadap kedua orang tua, dan jikalau keduanya memaksamu untuk menyekutukan-Ku dan kau tak punya ilmu tentangnya, maka janganlah kau menaati keduanya dan kepadaku kalian akan dikembalikan dan Aku akan mengabarkan terhadap kalian apa yang sudah kalian perbuat.” (Al-’Ankabut: 8)

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا

“Dan jikalau keduanya memaksamu untuk menyekutukan-Ku sedangkan kau tak punya ilmu tentangnya, maka janganlah kalian menaati keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (Luqman: 15)

Diriwayatkan dari Asma` binti Abu Bakar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata:

قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّي وَهِيَ مُشْرِكَةٌ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَفْتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قُلْتُ: وَهِيَ رَاغِبَةٌ أَفَأَصِلُ أُمِّي؟ قَالَ: نَعَمْ، صِلِي أُمَّكِ

“Ibuku tiba menjengukku dan dia dalam kondisi musyrik di masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian saya mengajukan pertanyaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saya mengatakan: ‘Dia sungguh berhasrat (untuk berjumpa denganku), apakah saya boleh menyambung korelasi dengan ibuku?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Iya, sambunglah korelasi dengan ibumu’.” 

Ummu Abdillah Al-Wadi’iyyah (putri Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wad’i) berkata: “Jika seorang perempuan memiliki salah satu dari mahramnya atau keluarganya kafir, dia boleh berbuat baik kepadanya. Dalilnya merupakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

لاَ يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

“Allah tidak melarang kalian dari orang-orang kafir yang tidak memerangi kalian dalam agama dan tidak menghalau kalian dari negeri-negeri kalian untuk kalian berbuat baik terhadap mereka dan berbuat adil terhadap mereka. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berbuat adil.” (Al-Mumtahanah: 8) 

Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan: “Allah  tidak melarang kalian untuk berbuat baik terhadap orang-orang kafir yang tidak memerangi kalian dalam agama, menyerupai kaum perempuan dan orang-orang lemah dari mereka; أَنْ تَبَرُّوْهُمْ (untuk kalian berbuat baik terhadap mereka) dan وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ (kalian berbuat adil).” Lalu ia menyebutkan hadits Asma` binti Abu Bakar di atas. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/363) 

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan ihwal orang kafir yang kita dilarang berbuat baik terhadap mereka:

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ قَاتَلُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ وَأَخْرَجُوْكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُوْنَ

“Sesungguhnya Allah melarang kalian (untuk berbuat baik) terhadap orang-orang kafir yang memerangi kalian dalam agama dan mengeluarkan kalian dari negeri-negeri kalian dan mereka dengan terang-terangan menghalau kalian untuk kalian berloyalitas terhadap mereka. Dan barangsiapa yang berloyalitas terhadap mereka maka merekalah orang-orang yang berbuat aniaya.” (Al-Mumtahanah: 9)

Ibnu Katsir menjelaskan: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kalian dari berloyalitas terhadap mereka yang memancangkan permusuhannya terhadap kalian, memerangi kalian, dan menghalau kalian dengan terang-terangan. Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang kalian mengasihi mereka, dan mendelegasikan mudah-mudahan kalian memerangi mereka.” Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata: “Telah turun empat ayat dalam Al-Qur`an berhubungan denganku: Pertama: Ibuku bersumpah tidak akan makan dan minum hingga saya meninggalkan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka turunlah ayat:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا

“Dan jikalau kedunya memaksamu untuk menyekutukan Aku sedangkan kau tak punya ilmu tentangnya maka janganlah kalian menaati keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (Luqman: 15)

Kedua: Sesungguhnya dahulu saya pernah mengambil pedang yang sungguh saya inginkan, kemudian saya berkata: “Ya Rasulullah, berikan saya ini.” Lalu turunlah:

يَسْأَلُوْنَكَ عَنِ اْلأَنْفَالِ

“Mereka akan meminta kepadamu harta rampasan perang.” (Al-Anfal: 1)

Ketiga: Aku sakit, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku. Lalu saya mengatakan: 

“Ya Rasulullah, sesungguhnya saya ingin membagikan hartaku. Apakah saya boleh berwasiat dengan setengah hartaku?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak.” Lalu saya berkata: “Sepertiganya?” Lalu ia diam, maka sepertiga (harta) sehabis itu boleh (diwasiatkan).

Keempat: Sesungguhnya saya minum khamr bareng sekelompok Anshar. Lalu seseorang dari Anshar menghantam hidungku dengan rahang unta. Lalu saya mengunjungi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sehabis itu Allah menurunkan ayat ihwal aturan haramnya khamr.

Jika engkau mati dalam kondisi musyrik, engkau tidak mendapat baktiku untuk mendoakanmu. Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan dalam suatu firman-Nya:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِيْنَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيْمِ

“Tidak patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memintakan ampun bagi kaum musyrikin meskipun mereka merupakan saudara yang paling akrab sehabis terperinci baginya bahwa mereka menjadi penghuni neraka Jahim (mati dalam kondisi kafir).” (At-Taubah: 113)


Related : Berbuat Baik Lah Terhadap Kedua Orang Tua

0 Komentar untuk "Berbuat Baik Lah Terhadap Kedua Orang Tua"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close