Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam biar tercurah terhadap junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga kawan dekat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.
Cerita Indah Yang Penuh Pelajaran pada diri Nabi Ibrahim dan Bapaknya
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَبِيًّا. إِذْ قَالَ لأَبِيْهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لاَ يَسْمَعُ وَلاَ يُبْصِرُ وَلاَ يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا. يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا. يَا أَبَتِ لاَ تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا. يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُوْنَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا. قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيْمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا. قَالَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا. وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلاَّ أَكُوْنَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا. فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوْبَ وَكُلاًّ جَعَلْنَا نَبِيًّا. وَوَهَبْنَا لَهُمْ مِنْ رَحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا
“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur`an) ini, sebenarnya dia yakni orang yang sungguh membenarkan dan seorang nabi.
Ingatlah saat dia berkata terhadap bapaknya: ‘Wahai bapakku, mengapa kau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak sanggup menolongmu sedikitpun?
Wahai bapakku, sebenarnya sudah tiba kepadaku sebagian ilmu wawasan yang tidak tiba kepadamu, maka ikutilah aku, tentu saya akan menampilkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, jangan kau menyembah setan.
Sesungguhnya syaitan itu durhaka terhadap Rabb Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sebenarnya saya kalut bahwa kau akan ditimpa adzab dari Rabb yang Maha Pemurah, maka kau menjadi mitra bagi setan.’
Bapaknya: ‘Bencikah kau terhadap sesembahan-sesembahanku, hai Ibrahim? Jika kau tidak berhenti, tentu kau akan saya rajam dan tinggalkanlah saya untuk waktu yang lama.’ Ibrahim berkata: ‘Semoga keamanan dilimpahkan kepadamu, saya akan meminta ampun bagimu terhadap Rabbku. Sesungguhnya Dia sungguh bagus kepadaku.
Dan saya akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kau sembah selain Allah, dan saya akan berdoa terhadap Rabbku, semoga saya tidak akan kecewa berdoa terhadap Rabbku.’ Maka saat Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah,
Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qub, dan masing-masing kami angkat menjadi nabi. Dan kami anugerahkan terhadap mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka menjadi buah tutur yang bagus lagi tinggi.” (Maryam: 41-50)
Ingatlah saat dia berkata terhadap bapaknya: ‘Wahai bapakku, mengapa kau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak sanggup menolongmu sedikitpun?
Wahai bapakku, sebenarnya sudah tiba kepadaku sebagian ilmu wawasan yang tidak tiba kepadamu, maka ikutilah aku, tentu saya akan menampilkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, jangan kau menyembah setan.
Sesungguhnya syaitan itu durhaka terhadap Rabb Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sebenarnya saya kalut bahwa kau akan ditimpa adzab dari Rabb yang Maha Pemurah, maka kau menjadi mitra bagi setan.’
Bapaknya: ‘Bencikah kau terhadap sesembahan-sesembahanku, hai Ibrahim? Jika kau tidak berhenti, tentu kau akan saya rajam dan tinggalkanlah saya untuk waktu yang lama.’ Ibrahim berkata: ‘Semoga keamanan dilimpahkan kepadamu, saya akan meminta ampun bagimu terhadap Rabbku. Sesungguhnya Dia sungguh bagus kepadaku.
Dan saya akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kau sembah selain Allah, dan saya akan berdoa terhadap Rabbku, semoga saya tidak akan kecewa berdoa terhadap Rabbku.’ Maka saat Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah,
Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qub, dan masing-masing kami angkat menjadi nabi. Dan kami anugerahkan terhadap mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka menjadi buah tutur yang bagus lagi tinggi.” (Maryam: 41-50)
Faedah yang terkandung dalam kisah Ibrahim Abul Muwahhidin (bapak orang-orang yang bertauhid):
1. Bersemangat dalam berdakwah terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik terhadap keluarga yang bersahabat atau yang jauh, apalagi lagi terhadap kedua orang tua.
2. Bersabar dalam menerima segala cobaan di jalan dakwah.
3. Memakai uslub (metode) lemah lembut dalam berdakwah, apalagi terhadap orang tua. Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mencontohkan perilaku lemah lembut di dalam dakwah di mana Nabi Ibrahim tidak mengajak bicara bapaknya dengan kata:
“Wahai bapakku, saya ini orang cendekia dan kau orang bodoh,” atau menyampaikan “Kamu tak punya ilmu sedikitpun.” Namun dia memakai bentuk obrolan dengan kata yang menampilkan bahwa dia dan bapaknya mempunyai ilmu, tetapi ilmu yang hingga terhadap dia belum hingga terhadap bapaknya.
4. Allah Subhanahu wa Ta'ala sudah mengutus kita untuk mengikuti millah (agama) Nabi Ibrahim. Di antara bentuk mengikuti millah-nya yakni menempuh jalan dia dalam berdakwah terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan jalan ilmu dan hikmah, lemah lembut lagi sarat kemudahan.
Secara sedikit demi sedikit dari satu tingkatan terhadap tingkatan yang lain, bersabar di jalan dakwah itu, tidak bosan, bersabar dari segala gangguan makhluk yang diarahkan kepadanya, baik dengan ucapan atau perbuatan. Sebaliknya, menampilkan ampunan dan maaf serta simpel berbuat baik dengan ucapan atau perbuatan. (lihat Tafsir As-Sa’di, hal. 443-444)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَإِنَّ مِنْ شِيْعَتِهِ لإِبْرَاهِيْمَ. إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ. إِذْ قَالَ لأَبِيْهِ وَقَوْمِهِ مَاذَا تَعْبُدُوْنَ. أَئِفْكًا آلِهَةً دُوْنَ اللهِ تُرِيْدُوْنَ. فَمَا ظَنُّكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ. فَنَظَرَ نَظْرَةً فِي النُّجُوْمِ. فَقَالَ إِنِّي سَقِيْمٌ. فَتَوَلَّوْا عَنْهُ مُدْبِرِيْنَ. فَرَاغَ إِلَى آلِهَتِهِمْ فَقَالَ أَلاَ تَأْكُلُوْنَ. مَا لَكُمْ لاَ تَنْطِقُوْنَ. فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِيْنِ. فَأَقْبَلُوا إِلَيْهِ يَزِفُّوْنَ. قَالَ أَتَعْبُدُوْنَ مَا تَنْحِتُوْنَ. وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ. قَالُوا ابْنُوا لَهُ بُنْيَانًا فَأَلْقُوْهُ فِي الْجَحِيْمِ. فَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ اْلأَسْفَلِيْنَ. وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِيْنِ. رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِيْنَ. فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلاَمٍ حَلِيْمٍ. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ. فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْنِ. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيْمُ. قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاَءُ الْمُبِيْنُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي اْلآخِرِينَ. سَلاَمٌ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ. كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ. إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ. وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِيْنَ. وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِنَفْسِهِ مُبِيْنٌ
“Dan sebenarnya Ibrahim sungguh-sungguh tergolong golongannya (Nuh). (Ingatlah) saat ia tiba terhadap Rabbnya dengan hati yang suci. (Ingatlah) saat ia berkata terhadap bapaknya dan kaumnya: ‘Apakah yang kau sembah itu? Apakah kau mengharapkan sesembahan-sesem-bahan selain Allah dengan jalan berbohong?
Maka apakah anggapanmu terhadap Rabb semesta alam?’ Lalu ia menatap sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata: ‘Sesungguhnya saya sakit.’ Lalu mereka berpaling darinya dengan membelakang. Kemudian ia pergi dengan rahasia terhadap berhala-berhala mereka;
Lalu ia berkata: ‘Apakah kau tidak makan? Kenapa kau tidak menjawab?’ Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat). Kemudian kaumnya tiba kepadanya dengan bergegas.
Ibrahim berkata: ‘Apakah kau menyembah patung-patung yang kau pahat itu? Padahal Allah-lah yang bikin kau dan apa yang kau perbuat itu.’
Mereka berkata: ‘Dirikanlah sebuah bangunan untuk (membakar) Ibrahim; kemudian lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.’ Mereka hendak melakukan tipu budi bulus kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
Dan Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya saya pergi menghadap terhadap Rabbku, dan Dia akan memberi isyarat kepadaku. Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang tergolong orang-orang yang shalih.
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu hingga (pada umur sanggup) berupaya bahu-membahu Ibrahim,
Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sebenarnya saya menyaksikan dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang ditugaskan kepadamu; insya Allah kau akan mendapatiku tergolong orang-orang yang sabar.’
Tatkala keduanya sudah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah ketekunan keduanya). Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sebenarnya kau sudah membenarkan mimpi itu,’ sebenarnya demikianlah Kami memberi respon terhadap orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini sungguh-sungguh sebuah cobaan yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di golongan orang-orang yang tiba kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.’
Demikianlah Kami memberi respon terhadap orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia tergolong hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang tergolong orang-orang yang shalih. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.” (Ash-Shaffat: 83-113)
Maka apakah anggapanmu terhadap Rabb semesta alam?’ Lalu ia menatap sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata: ‘Sesungguhnya saya sakit.’ Lalu mereka berpaling darinya dengan membelakang. Kemudian ia pergi dengan rahasia terhadap berhala-berhala mereka;
Lalu ia berkata: ‘Apakah kau tidak makan? Kenapa kau tidak menjawab?’ Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat). Kemudian kaumnya tiba kepadanya dengan bergegas.
Ibrahim berkata: ‘Apakah kau menyembah patung-patung yang kau pahat itu? Padahal Allah-lah yang bikin kau dan apa yang kau perbuat itu.’
Mereka berkata: ‘Dirikanlah sebuah bangunan untuk (membakar) Ibrahim; kemudian lemparkanlah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.’ Mereka hendak melakukan tipu budi bulus kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina.
Dan Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya saya pergi menghadap terhadap Rabbku, dan Dia akan memberi isyarat kepadaku. Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang tergolong orang-orang yang shalih.
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu hingga (pada umur sanggup) berupaya bahu-membahu Ibrahim,
Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sebenarnya saya menyaksikan dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang ditugaskan kepadamu; insya Allah kau akan mendapatiku tergolong orang-orang yang sabar.’
Tatkala keduanya sudah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah ketekunan keduanya). Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sebenarnya kau sudah membenarkan mimpi itu,’ sebenarnya demikianlah Kami memberi respon terhadap orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini sungguh-sungguh sebuah cobaan yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di golongan orang-orang yang tiba kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.’
Demikianlah Kami memberi respon terhadap orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia tergolong hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang tergolong orang-orang yang shalih. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.” (Ash-Shaffat: 83-113)
Faedah yang diambil dalam kisah Isma’il:
1. Sifat-sifat terpuji yang dimiliki oleh dia di antaranya al-hilm. Sifat ini meliputi kesabaran, adat yang baik, dada yang lapang dan menampilkan maaf terhadap siapa yang berbuat aniaya kepadanya.
2. Kesabaran dalam merealisasikan ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Keberanian yang sejati dalam menjunjung tinggi amanat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
4. Keyakinan yang tinggi dalam melakukan perintah yang sungguh berat.
5. Anak yang shalih tidak akan membatasi orang tuanya untuk melakukan perintah.
6. Ketabahan dan ketekunan dalam melakukan kiprah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menerima ganjaran yang besar, baik di dunia ataupun di akhirat. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat penyebutan sang anak dan sang bapak dengan kebanggaan yang tinggi hingga hari kiamat.
7. Keberkahan hidup akan didapat dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan. (lihat Tafsir As-Sa’di hal. 651-652)
Itulah dongeng yang Indah yang Penuh dengan pelajaran yang sanggup kita teladani untuk mengarungi samudra kehidupan yang sedang dan akan kita jalani sehingga menjadi langsung yang bagus dan mulia.
0 Komentar untuk "Cerita Indah Yang Sarat Pelajaran"