Keutamaan Berdzikir Terhadap Allah

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sholawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam keluarga serta para kawan dan pengikut yang istiqamah menuruti Baginda sampai ke hari kiamat. Wahai Sahabatku yang senantiasa di rahmati oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.

Apa bekerjsama bekal penting bagi seorang muslim dan muslimah dalam menjalankan kehidupan tidak lain yakni dzikir terhadap Allah. 

Kedudukan dzikir dalam tuntunan Al-Qur`an dan Sunnah, yang keduanya sudah menerangkan ihwal keutamaan, tata cara, dan bentuk-bentuknya dengan uraian yang sungguh meluas dan mengesankan.

Adapun proposal dan kelebihan dzikir dan berdzikir, itu merupakan sebuah hal yang sungguh menerangi jiwa seorang hamba tatkala dicermati dan direnungi olehnya.

Dalam Al-Qur`an Al-Karim, terdapat beberapa segi klarifikasi ihwal kelebihan dzikir dan berdzikir, di antaranya:

1. Allah mengutus untuk berdzikir. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا.

“Berdzikirlah (dengan menyebut) nama Rabb-mu dan beribadahlah kepada-Nya dengan sarat ketekunan.” [Al-Muzzammil: 8]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا.

“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah terhadap Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat terhadap kalian, sedang malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian), agar Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan terhadap cahaya (yang terang). Dan yakni Dia Maha Penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” [Al-Ahzâb: 41-43]

وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ.

“Dan berdzikirlah terhadap Rabb-mu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah pada petang dan pagi hari.” [Ali Imrân: 41]

وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.

“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) nama Rabb-mu pada pagi dan petang.” [Al-Insân: 25]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), berteguhhatilah kalian dan berdzikirlah terhadap Allah sebanyak-banyaknya biar kalian beruntung.” [Al-Anfâl: 45]

2. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ melarang untuk melewatkan atau melupakan dzikir,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ.

“Dan berdzikirlah terhadap Rabb-mu pada dirimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dengan tidak mengeraskan suara, pada pagi dan petang, serta janganlah engkau tergolong selaku orang-orang yang lalai.” [Al-A’râf: 205]

Ibnul Qayyim rahimahullâh menyebutkan dua penafsiran frasa “pada dirimu”:

Bermakna dalam hatimu.
Bermakna dengan lisanmu sebatas memperdengarkan diri sendiri.
Allah Subhânahu berfirman pula,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.

“Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang lupa terhadap Allah, kemudian Allah membuat mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” [Al-Hasyr: 19]

Sifat orang-orang yang beriman yakni tidak terlewatkan dari dzikirnya oleh sebuah apapun. Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan,

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ. رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ.

“Bertasbih terhadap Allah di masjid-masjid, yang sudah ditugaskan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada pagi dan petang, pria yang tidak dilalaikan oleh perniagaan tidak pula oleh perdagangan dari mengingat Allah, (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut terhadap sebuah hari yang (pada hari itu) hati dan pandangan menjadi guncang.” [An-Nûr: 36-37]

3. Allah Ta’âlâ mengabarkan ancaman terhadap orang-orang yang berpaling dari dzikir,

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ.

“Barangsiapa yang berpaling dari dzikir terhadap (Allah) Yang Maha Pemurah (Al-Qur`an), Kami mengadakan syaithan (yang menyesatkan) baginya maka syaithan itulah yang menjadi sobat yang senantiasa menyertainya.” [Az-Zukhruf: 36]

لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا.

“Agar Kami memberi ujian terhadap mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari dzikir terhadap Rabb-nya, tentu beliau akan dimasukkan oleh-Nya ke dalam azab yang amat berat.” [Al-Jin: 17]

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

“Dan barangsiapa yang berpaling dari dzikir kepada-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari selesai zaman dalam kondisi buta.” [Thâhâ: 124]

4. Perintah Allah untuk menyingkir dari orang-orang yang ceroboh terhadap dzikir. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,

فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا.

“Maka berpalinglah engkau dari orang yang berpaling dari dzikir terhadap Kami dan tidak menghendaki (apa-apa), kecuali kehidupan duniawi.” [An-Najm: 29]

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا.

“Dan janganlah engkau mengikuti orang-orang yang hatinya sudah Kami lalaikan dari dzikir terhadap Kami serta yang menuruti hawa nafsunya, dan yakni keadaannya itu melalui batas.” [Al-Kahf: 28]

5. Allah Jalla Jalâluhu mengadakan keberuntungan bagi siapa pun yang memperbanyak atau terus menerus berdzikir kepada-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), berteguhhatilah kalian dan berdzikirlah terhadap Allah sebanyak-banyaknya biar kalian beruntung.” [Al-Anfâl: 45]

اذْهَبْ أَنْتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي.

“Pergilah engkau beserta saudaramu dengan menjinjing ayat-ayat-Ku, serta janganlah kalian berdua ceroboh dalam berdzikir kepada-Ku.” [Thâhâ: 42]

6. Pujian Allah Subhânahu wa Ta’âlâ terhadap orang-orang yang berdzikir dan penyebutan pahala untuk mereka,

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ … وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا.

“Sesungguhnya pria dan wanita yang muslim,… pria dan wanita yang banyak berdzikir terhadap Allah, Allah sudah menawarkan ampunan dan pahala yang besar untuk mereka.” [Al-Ahzâb: 35]

7. Allah ‘Azza wa Jalla mengabarkan kerugian orang yang ceroboh terhadap dzikir,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta dan belum dewasa kalian melewatkan kalian dari berdzikir terhadap Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang rugi.” [Al-Munâfiqîn: 9]

8. Allah akan senantiasa mengingat dan menyebut orang-orang yang berdzikir selaku jawaban untuk amalan mereka. Allah Jallat ‘Azhamatuhu berfirman,

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ.

“Oleh alasannya yakni itu, berdzikirlah kalian kepada-Ku, tentu Aku mengingat kalian (pula), bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” [Al-Baqarah: 152]

9. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ mengabarkan bahwa dzikir lebih besar ketimbang segala sesuatu,

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

“Bacalah apa-apa yang sudah diwahyukan kepadamu, yakni Al-Kitab (Al-Qur`an), dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu menangkal dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya dzikir terhadap Allah yakni lebih besar. Dan Allah mengenali segala sesuatu yang kalian kerjakan.” [Al-‘Ankabût: 45]

Tentang makna “Dan sesungguhnya dzikir terhadap Allah yakni lebih besar”, ada beberapa penafsiran di kelompok ulama:

Bahwa dzikir terhadap Allah lebih besar ketimbang segala sesuatu alasannya yakni maksud segala ketaatan yang dijalankan untuk Allah yakni guna menegakkan dzikir kepada-Nya. Oleh alasannya yakni itu, dzikir yakni sebaik-baik, inti, dan ruh ketaatan.
Bahwa penyebutan kalian dengan dzikir terhadap Allah akan memicu Allah menyebut dan mengingat kalian, sedang penyebutan Allah terhadap kalian yakni lebih besar ketimbang dzikir kalian kepada-Nya.

Bermakna bahwa dzikir terhadap Allah itu sangatlah besar dan agung sehingga tidaklah layak ada kekejian dan kemungkaran yang menempel bersamanya. Bahkan, kalau dzikir sudah ditegakkan, sirnalah segala dosa dan maksiat.

Bahwa kandungan ayat menerangkan bahwa shalat mempunyai dua faedah:
1. Shalat itu menangkal dari kekejian dan kemungkaran,
 2. shalat mengumpulkan dan meliputi dzikir terhadap Allah. 

Sementara itu, dzikir yang terkandung dalam shalat lebih agung dan lebih besar ketimbang pencegahan shalat terhadap perbuatan keji dan mungkar.

10. Allah membuat dzikir selaku epilog amalan-amalan shalih, menyerupai perintah Allah Ta’âlâ untuk menutup shalat dengan dzikir dalam firman-Nya,

فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ.

“Jika kalian berada dalam kondisi takut (bahaya), kerjakanlah shalat sambil berlangsung atau berkendaraan. Kemudian, apabila kalian sudah aman, berdzikirlah terhadap Allah sebagaimana Allah sudah mengajarkan apa-apa yang belum kalian pahami terhadap kalian.” [Al-Baqarah: 239]

selaku epilog haji dalam firman-Nya,

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا.

“Apabila kalian sudah menyelesaikan ibadah haji, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah sebagaimana kalian menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyang kalian, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak ketimbang itu.” [Al-Baqarah: 200]

dan setelah shalat Jum’at,

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

“Apabila shalat sudah ditunaikan, bertebaranlah kalian di tampang bumi; serta carilah karunia Allah dan berdzikirlah terhadap Allah sebanyak-banyaknya agar kalian beruntung.” [Al-Jumu’ah: 10]

11. yang sanggup mengerti dan mengambil faedah dari ayat-ayat Allah hanyalah orang-orang yang berdzikir,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ. الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat gejala bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang senantiasa berdzikir terhadap Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam kondisi berbaring, dan mereka menimbang-nimbang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Wahai Rabb kami, tiadalah Engkau bikin ini secara sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami terhadap siksa neraka.” [Ali ‘Imrân: 190-191]

12. Dzikir yakni penyejuk hati dan penenang jiwa bagi orang-orang yang beriman sebagaimana dalam firman-Nya,

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi nyaman dengan dzikir terhadap Allah. Ingatlah, cuma dengan dzikir terhadap Allah-lah, hati menjadi tenteram.” [Al-Ra’d: 28]

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ.

“Allah sudah menurunkan perkataan yang paling baik, (yaitu) Al-Qur`an yang (ayat-ayatnya) serupa lagi berulang-ulang. Gemetar karenanya, kulit orang-orang yang takut terhadap Rabb-nya, kemudian menjadi damai kulit dan hati mereka menuju dzikir terhadap Allah. Itulah hidayah Allah yang, dengan (kitab) itu, Dia memberi hidayah terhadap siapa pun yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, tiada seorang pun pemberi isyarat baginya.” [Az-Zumar: 23]

13. Allah membedakan antara orang-orang beriman dan Ahlul Kitab dalam hal berdzikir terhadap Allah. Allah Jalla Sya`nuhu berfirman,

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ.

“Belumkah tiba waktu bagi orang-orang yang beriman untuk hati mereka tunduk dalam berdzikir terhadap Allah dan terhadap kebenaran yang sudah turun (kepada mereka)? Janganlah mereka menyerupai orang-orang yang sebelumnya sudah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, tetapi hati mereka menjadi keras. Dan pada biasanya di antara mereka yakni orang-orang fasik.” [Al-Hadîd: 16]

14. Sedikit atau melupakan berdzikir yakni salah satu sifat orang-orang munafik sebagaimana yang diterangkan dalam firman-Nya,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu mendustai Allah, tetapi (Allah) akan membalas tipuan mereka. Apabila bangun untuk melaksanakan shalat, mereka bangun dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan melaksanakan shalat) di hadapan manusia, dan tidaklah mereka berdzikir terhadap Allah, kecuali sedikit sekali.” [An-Nisâ`: 142]

اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ.

“Syaithan sudah menguasai mereka kemudian membuat mereka melupakan dzikir terhadap Allah; mereka itulah golongan syaithan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan syaithan itulah golongan yang merugi.” [Al-Mujâdilah: 19]

15. Allah menerangkan ihwal upaya syaithan dalam hal memalingkan insan dari dzikir. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ.

“Sesungguhnya syaithan itu hendak memicu permusuhan dan kebencian di antara kalian karena (meminum) khamar dan berjudi itu, serta membatasi kalian dari dzikir terhadap Allah dan dari shalat; tidakkah kalian berhenti (dari melaksanakan perbuatan itu)?” [Al-Mâ`idah: 91]

16. Banyak berdzikir yakni salah satu abjad orang yang mengambil suri pola dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam firman-Nya,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.

“Sesungguhnya sudah ada suri pola yang bagus bagimu pada (diri) Rasulullah itu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari selesai zaman serta banyak berdzikir terhadap Allah.” [Al-Ahzâb: 21]

17. Celaka terhadap orang yang hatinya membatu terhadap dzikir terhadap Allah sebagaimana dalam firman-Nya,

أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ.

“Maka apakah orang-orang, yang hatinya dibukakan oleh Allah untuk (menerima) agama Islam kemudian mendapat cahaya (hidayah) dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka kecelakaan besarlah bagi mereka yang hatinya sudah membatu terhadap dzikir terhadap Allah. Mereka itu berada dalam kesesatan yang nyata.” [Az-Zumar: 22]

Demikian beberapa segi kelebihan berdzikir terhadap Allah dalam uraian Al-Qur`an. 
Tentunya masih banyak keterangan yang luput diterangkan di sini. Sunnah Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam juga mengandung sejumlah kelebihan lain. 

Semoga Allah membuat kita semua selaku orang yang senantiasa mengingat Allah, memuji, dan mengagungkan-Nya. Kita memohon pula kepada-Nya biar dijauhkan dari golongan orang-orang yang ceroboh terhadap dzikir dan mengingat Allah. Innahu Jawwâdun Karîm.

Related : Keutamaan Berdzikir Terhadap Allah

0 Komentar untuk "Keutamaan Berdzikir Terhadap Allah"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close