Validitas Dan Reliabilitas Dalam Ptk



Menurut  Madya  (2007) terdapat 5 jenis validitas dalam PTK.
a.                   Validitas demokratik,
b.                  Validitas hasil,
c.                   Validitas proses,
d.                  Validitas katalitik, dan
e.                   Validitas dialogues



Validitas Demokratik berkenaan dengan kadar kekolaboratifan penelitian dan pencakupan aneka macam suara. Dalam PTK, idealnya Anda, guru lain/pakar sebagai kolaborator, dan murid-murid Anda masing-masing diberi kesempatan menyuarakan apa yang dipikirkan dan dirasakan serta dialaminya selama penelitian berlangsung. Pertanyaan kunci mencakup: Apakah semua pemangku kepentingan (stakeholders) PTK (guru, kolaborator, administrator, mahasiswa, orang tua) sanggup mengatakan pandangannya? Apakah solusi kasus di kelas Anda mengatakan manfaat kepada mereka? Apakah solusinya mempunyai relevansi atau keterterapan pada konteks kelas Anda? Semua pemangku kepentingan di atas diberi kesempatan dan/atau didorong lewat aneka macam cara yang cocok dalam situasi budaya setempat untuk mengungkapkan pendapatnya, gagasan-gagasannya, dan sikapnya terhadap problem pembelajaran kelas Anda, yang fokusnya yakni pencarian solusi untuk peningkatan praktik dalam situasi pembelajaran kelas Anda. Misalnya, dalam kasus penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Inggris, pada tahap refleksi awal guru-guru yang berkolaborasi untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang renta siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong untuk mengungkapkan pandangan dan pendapatnya wacana situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dilakukan untuk mencapai suatu kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki dan kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut kesepakatan wacana latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai kesepakatan wacana masalah-masalah apa yang ada, yaitu identifikasi masalah, dan wacana kasus apa yang akan menjadi fokus penelitian atau pembatasan kasus penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua penerima penelitian untuk mengungkapkan pandangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang mendorong setiap penerima penelitian untuk mengungkapkan atau menyuarakan pandangan, pendapat, dan gagasannya ini diciptakan sepanjang penelitian berlangsung.

Validitas Hasil mengandung konsep bahwa tindakan kelas Anda membawa hasil yang sukses di dalam konteks PTK Anda. Hasil yang paling efektif tidak hanya melibatkan solusi kasus tetapi juga meletakkan kembali kasus ke dalam suatu kerangka sedemikian rupa sehingga melahirkan pertanyaan baru. Hal ini tergambar dalam siklus penelitian di mana saat dilakukan refleksi pada tamat tindakan santunan kiprah yang menekankan aktivitas memakai bahasa Inggris lewat kiprah ‘information gap’, ditemukan bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dan sebagian besar siswa merasa takut salah, cemas, dan aib berbicara. Maka timbul pertanyaan baru, ‘Apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi biar siswa tidak takut salah, tidak cemas, dan tidak aib sehingga dengan suka rela aktif melibatkan diri dalam aktivitas pembelajaran?’ Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan gres timbul pada tamat suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. (Mohon dicermati uraian masing-masing tahap dan kesinambungan kasus yang timbul). Validitas hasil juga tergantung pada validitas proses pelaksanaan penelitian, yang merupakan kriteriaberikutnya.

Validitas Proses berkenaan dengan ‘keterpercayaan’ dan ‘kompetensi’, yang sanggup dipenuhi dengan menjawab sederet pertanyaan berikut: Mungkinkah memilih seberapa memadai proses pelaksanaan PTK Anda? Misalnya, apakah Anda dan kolaborator Anda bisa terus mencar ilmu dari proses tindakan tersebut? Artinya, Anda dan kolaborator secara terus menerus sanggup mengkritisi diri sendiri dalam situasi yang ada sehingga sanggup melihat kekurangannya dan segera berupaya memperbaikinya. Apakah kejadian atau sikap dipandang dari perspektif yang berbeda dan melalui sumber data yang berbeda biar terjaga dari bahaya penafsiran yang ‘simplistik’ atau ‘rancu’? Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang disebut di atas, para peneliti sanggup memilih indikator kelas bahasa Inggris yang aktif, mungkin dengan menghitung berapa siswa yang aktif terlibat mencar ilmu memakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi lewat tugas-tugas yang diberikan guru, dan berapa banyak bahasa Inggris yang diproduksi siswa, yang bisa dihitung dari jumlah kata/kalimat yang diproduksi dan usang waktu yang digunakan siswa untuk memproduksinya, serta adanya upaya guru memfasilitasi pemelajaran siswa. Kemudian jikalau keaktifan siswa terlalu rendah yang tercermin dalam sedikitnya ungkapan yang diproduksi, guru secara kritis merefleksi bersama kolaborator untuk mencari sebab-sebabnya dan memilih cara-cara mengatasinya. Kalau diperlukan, siswa yang tidak aktif didorong untuk menyuarakan apa yang dirasakan sehingga mereka tidak mau aktif dan siswa yang aktif diminta mengungkapkan mengapa mereka aktif. Perlu juga ditemukan apakah ada perubahan pada diri siswa sesuai dengan indikator bahwa para siswa berubah lewat tindakan pertama berupa santunan kiprah ‘information gap’ dan tindakan kedua berupa pembelakuan kriteria penilaian, dan perubahan pada diri guru dari kiprah pemberi pengetahuan ke kiprah fasilitator dan penolong. Begitu seterusnya sehingga pemantauan terhadap perubahan hendaknya dilakukan secara cermat dan disimpulkan lewat obrolan reflektif yang demokratik.

Perlu dicatat bahwa kompetensi peneliti dalam bidang terkait sangat memilih kualitas proses yang diinginkan dan tingkat kemampuan untuk melaksanakan pengamatan dan menciptakan catatan lapangan. Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, misalnya, kualitas proses akan sangat ditentukan oleh wawasan, pengetahuan dan pemahaman sejati peneliti wacana (1) hakikat kompetensi komunikatif, (2) pembelajaran bahasa yang komunikatif yang meliputi pendekatan komunikatif bersama metodologi dan teknik-tekniknya, dan (3) karakteristik siswanya (intelegensi, gaya belajar, variasi kognitif, kepribadian, motivasi, tingkat perkembangan/pemelajaran) dan pengaruhnya terhadap pembelajaran bahasa asing. Jika wawasan, pengetahuan dan pemahaman tersebut kuat, maka peneliti akan sanggup dengan lebih gampang memilih perilaku-perilaku mana yang menunjang tercapainya perubahan yang diinginkan dengan indikator yang tepat, dan juga perilaku-perilaku mana yang menghambatnya.

Namun demikian, hal ini masih harus didukung dengan kemampuan untuk mengumpulkan data, contohnya melaksanakan pengamatan dan menciptakan catatan lapangan dan harian. Dalam mengamati, tim peneliti dituntut untuk sanggup bertindak seobjektif mungkin dalam memotret apa yang terjadi. Artinya, selama mengamati perhatiannya terfokus pada tanda-tanda yang sanggup ditangkap lewat pancainderanya saja, yaitu apa yang didengar, dilihat, diraba (jika ada), dikecap (jika ada), dan tercium, yang terjadi pada semua penerima penelitian, dalam kasus di atas pada peneliti, guru dan siswa. Dalam pengamatan tersebut harus dijaga biar jangan hingga peneliti melaksanakan evaluasi terhadap apa yang terjadi. Seperti telah diuraikan di depan, perlu dijaga biar tidak terjadi penyampuradukan antara deskripsi dan penafsiran. Kemudian, diharapkan kompetensi lain untuk menciptakan catatan lapangan dan harian wacana apa yang terjadi. Akan lebih baik jikalau para peneliti merekamnya dengan kaset audio atau audio-visual sehingga catatan lapangan sanggup lengkap. Singkatnya, kompetensi peneliti dalam bidang yang diteliti dan dalam pengumpulan data lewat pengamatan partisipan sangat memilih kualitas proses tindakan dan pengumpulan data wacana proses tersebut.

Validitas Katalitik terkait dengan kadar pemahaman yang Anda capai realitas kehidupan kelas Anda dan cara mengelola perubahan di dalamnya, termasuk perubahan pemahaman Anda dan murid-murid terhadap kiprah masing-masing dan tindakan yang diambil sebagai akhir dari perubahan ini.
Dalam kasus penelitian tindakan kelas bahasa Inggris yang dicontohkan di atas, validitas katalitik sanggup dilihat dari segi peningkatan pemahaman guru terhadap faktor-faktor yang sanggup menghambat dan factor-faktor yang memfasilitasi pembelajaran.
Misalnya faktor-faktor kepribadian (lihat Brown, 2000) menyerupai rasa takut salah dan aib melahirkan inhibition dan kecemasan. Sebaliknya, upaya-upaya guru untuk mengorangkan siswa dengan mempertimbangkan pikiran dan perasaan serta mengapresiasi perjuangan belajarnya merupakan faktor aktual yang memfasilitasi proses pembelajaran. Selain itu, validitas katalitik sanggup juga ditunjukkan dalam peningkatan pemahaman terhadap kiprah gres yang mesti dijalani guru dalam proses pembelajaran komunikatif. Peran gres tersebut meliputi kiprah fasilitator dan kiprah penolong serta kiprah pemantau kinerja. Validitas katalitik juga tercermin dalam adanya peningkatan
pemahaman wacana perlunya menjaga biar hasil tindakan yang dilaksanakan tetap memotivasi semua yang terlibat untuk meningkatkan diri secara stabil alami dan berkelanjutan. Semua upaya memenuhi tuntutan validitas katalitik ini dilakukan melalui siklus perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Validitas Dialogik sejajar dengan proses review sejawat yang umum digunakan dalam penelitian akademik. Secara khas, nilai atau kebaikan penelitian dipantau melalui tinjauan sejawat untuk publikasi dalam jurnal akademik. Sama halnya, review sejawat dalam PTK berarti obrolan dengan guru-guru lain, bisa lewat sarasehan atau obrolan reflektif dengan ‘teman yang kritis’ atau pelaku PTK lainnya, yang semuanya sanggup bertindak sebagai ‘jaksa tanpa kompromi’.

Kriteria validitas dialogis ini sanggup juga mulai dipenuhi saat penelitian masih berlangsung, yaitu secara beriringan dengan pemenuhan kriteria demokratik. Yaitu, sesudah seorang penerima mengungkapkan pandangan, pendapat, dan/atau gagasannya, beliau akan meminta penerima lain untuk menanggapinya secara kritis sehingga terjadi obrolan kritis atau reflektif. Dengan demikian, kecenderungan untuk terlalu subjektif dan simplistik akan sanggup dikurangi hingga sekecil mungkin. Untuk memperkuat validitas dialogik, menyerupai telah disebut di atas, proses yang sama dilakukan dengan sejawat peneliti tindakan lainnya, yang jikalau memerlukan, diijinkan untuk menyidik semua data mentah yang terkait dengan yang sedang dikritisi.

RELIABILITAS PTK
Terkait dengan reliabilitas dalam PTK, Madya  (2007)  menjelaskan bahwa reliabilitas dilakukan dengan: menyajikan (dalam lampiran) data orisinil menyerupai transkrip wawancara dan catatan lapangan (bila hasil penelitian dipublikasikan), memakai lebih dari satu sumber data untuk mendapat data yang sama dan kerja sama dengan sejawat atau orang lain yang relevan.

Sumber Bacaan:

Madya,   Prof. Dr. Suwarsih (2007). Penelitian Tindakan Kelas.

Related : Validitas Dan Reliabilitas Dalam Ptk

0 Komentar untuk "Validitas Dan Reliabilitas Dalam Ptk"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close