Sholat Dhuha ialah salah satu ibadah Sholat Sunnah yang sungguh diusulkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam. Sholat Dhuha dijalankan pada waktu Dhuha. Waktu Dhuha yakni waktu pada di saat matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta mulai dari terbitnya matahari sekitar pukul 07.00 pagi hingga waktu dhuhur sekitar pukul 12.00 siang. Sholat Dhuha menjadi amalan yang sungguh diusulkan alasannya di dalamnya memiliki banyak Keutamaan. Salah satunya memohon kelangsungan rezeki. Banyak dalil dalam Hadis yang menyediakan Keutamaan Sholat Dhuha, menyerupai memohon ampunan dosa. Kemudian apa saja Keutamaan serta kapan Waktu Terbaik menunaikan Sholat Duha ?
Keutamaan dan Waktu Terbaik menunaikan Sholat Dhuha :
1. Amal harian wasiat Rasulullah
Sholat dhuha diwasiatkan Rasulullah terhadap Abu Hurairah untuk menjadi amal harian.
أَوْصَانِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِثَلاَثٍ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ
“Kekasihku –Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- mewasiatkan tiga hal padaku: berpuasa tiga hari setiap bulannya, melaksanakan sholat dhuha dua raka’at dan sholat witir sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
2. Sholat awwabin
Sholat dhuha yakni sholat awwabin, yakni sholatnya orang-orang yang kembali (bertaubat) alias taat. Merutinkan shalat dhuha menyebabkan seseorang dicatat selaku orang-orang yang taat.
أوصاني خليلي بثلاث لست بتاركهن أن لا أنام إلا على وتر وأن لا أدع ركعتي الضحى فإنها صلاة الأوابين وصيام ثلاثة أيام من كل شهر
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku tiga kasus yang saya tidak meninggalkannya: biar saya tidak tidur kecuali setelah melaksanakan shalat witir, biar saya tidak meninggalkan dua rakaat shalat Dhuha alasannya ia yakni shalat awwabin serta biar saya berpuasa tiga hari setiap bulan” (HR. Ibnu Khuzaimah; shahih)
3. Dua rakaat Sholat Dhuha senilai 360 sedekah Keutamaan ini banyak dikaitkan dengan lancarnya rezeki, alasannya setara dengan 360 sedekah.
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Setiap pagi, setiap ruas anggota tubuh kalian wajib dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih yakni sedekah, setiap tahmid yakni sedekah, setiap tahlil yakni sedekah, setiap takbir yakni sedekah, memerintahkan terhadap kebaikan yakni sedekah, dan melarang berbuat munkar yakni sedekah. Semua itu sanggup diganti dengan shalat dhuha dua rakaat.” (HR. Muslim)
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِى مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِى أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di permulaan harimu, tentu Aku cukupkan untukmu di seharian itu.” (HR. Ahmad)
Hal ini sesuai dengan sabda Raulullah:
“Barang siapa yang menjalankan sholat Dhuha dan bisa menjaganya setiap waktu, tentu Allah mengampuni dosa-dosanya. Sekalipun dosa-dosanya itu banyak menyerupai buih di lautan.” (HR. Tirmidzi dari Abu Daud Ra)
Dari Abu Hurairah Ra berkata:
“Kekasihku Rasulullah saw sudah berpesan kepadaku agar berpuasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” ( HR. Buhkari dan Muslim).
5. Berpahala Umrah
Mengerjakan shalat dhuha pastinya akan mendapat pahala. Pahala dari shalat dhuha setara dengan pahala menjalankan umrah.Sesuai dengan isi hadist dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam kondisi bersuci untuk melaksanakan shalat wajib maka pahalanya menyerupai seorang yang melaksanakan haji. Barangsiapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha maka pahalanya menyerupai orang yang melaksanakan umrah. (Shahih al-Targhib : 673)
6. Shalat Duha dua rakaat selaku pengganti tasbih, tahmid dan tahlil Rasulullah bersabda:
“Setiap pagi ada keharusan untuk tiap-tiap persendian bersedekah. Tiap-tiap tasbih itu sedekah, tiap-tiap tahlil sedekah, tiap-tiap tahmid sedekah, tiap-tiap takbir sedekah, tiap-tiap merekomendasikan kebaikan sedekah, tiap-tiap menangkal yang mungkar sedekah dan cukup mengambil alih semua itu dengan dua rakaat shalat dhuha”. (HR Muslim)
Waktu Sholat Duha terhampar sejak matahari naik hingga cenderung ke barat. Di Indonesia, waktu ini terhampar selama berjam-jam sejak 20 menit setelah matahari terbit hingga 15 menit sebelum masuk waktu Dzuhur.
Waktu yang lebih utama yakni setelah seperempat siang, atau sekitar 9.00 WIB untuk wilayah Jakarta.
Di Arab, waktu itu ditandai dengan padang pasir terasa panas dan anak unta beranjak. Sebagaimana sabda Rasulullah:
أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ فِى غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ. إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
Bahwasanya Zaid bin Arqam menyaksikan orang-orang menjalankan shalat Dhuha (di permulaan pagi). Dia berkata, “Tidakkah mereka mengenali bahwa shalat di selain waktu ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Shalat orang-orang awwabin (taat; kembali pada Allah) yakni di saat anak unta mulai kepanasan’” (HR. Muslim)
Tata cara sholat dhuha
Bagaimana metode sholat dhuha? Sholat dhuha dijalankan dua rakaat salam – dua rakaat salam. Adapun jumlah rakaatnya, minimal dua rakaat. Rasulullah kadang menjalankan sholat dhuha empat rakaat, kadang delapan rakaat.
عَنْ أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِى طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ الْفَتْحِ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِىَ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjalankan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, dia mengucap salam (HR. Abu Dawud; shahih)
Tata caranya sama dengan sholat sunnah dua rakaat pada umumnya, yaitu:
Niat
Takbiratul ihram, kemudian membaca doa iftitah
Membaca surat Al Fatihah
Membaca surat atau ayat Al Qur’an
Ruku’ dengan tuma’ninah
I’tidal dengan tuma’ninah
Sujud dengan tuma’ninah
Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
Sujud kedua dengan tuma’ninah
Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
Membaca surat Al Fatihah
Membaca surat atau ayat Al Qur’an
Ruku’ dengan tuma’ninah
I’tidal dengan tuma’ninah
Sujud dengan tuma’ninah
Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
Sujud kedua dengan tuma’ninah
Tahiyat selesai dengan tuma’ninah
Salam
Demikian metode sholat dhuha. Setiap dua rakaat salam, diulang hingga bilangan rakaat delapan atau yang dikehendaki. Setelah sholat dhuha diusulkan berdoa. Bisa pula berdoa dengan doa sholat dhuha.
Baca juga: Sholat Jenazah
Doa sholat dhuha
Tidak ada doa sholat dhuha khusus yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga dalam kitab-kitab Fiqih populer, para ulama sama sekali tidak mencantumkan doa sholat dhuha. Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fikih Empat Madzhab maupun Fiqih Manhaji mazhab Imam Syafi’i, seluruhnya tidak mencantumkan doa sholat dhuha. Sehingga, kita boleh berdoa secara lazim dengan doa apapun yang baik.
Ada satu doa sholat dhuha yang sungguh populer, yaitu:
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
(Alloohumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Alloohumma inkaana rizqii fis samaa-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assiron fayassirhu, wa inkaana harooman fathohhirhu, wa inkaana ba’iidan faqorribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudrotika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shoolihiin)
Doa sholat dhuha selaku berikut di bawah ini.
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَللَّهُمَّ إِنَّ الضُّـحَى ضُحَـاؤُكَ وَالْجـَمَالَ جَمَالُكَ وَالْبَـهَاءَ بَـهَاؤُكَ وَالْقُـدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْقُوَّةَ قُـوَّتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ وَالْمَغْفِـرَةَ مَغْفِـرَتُكَ أَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّـمَاءِ فَأَنْـزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي اْلأَرْضِ فَأَخْـرِجْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْمَاءِ وَالْبَحْـرِ فَأَطْـلِعْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيـْداً فَقَـرِّبْهُ وَإِنْ كَانَ آجِـلاً فَعَجِّـلْهُ وَإِنْ كَانَ مُعَسَّـرًا فَيَسِّـرْهُ وَإِنْ كَانَ حَـرَامًا فَطَـهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ قَلِيْلاً فَكَـثِّرْهُ وَإِنْ كَانَ كَـثِيْرًا فَبَارِكْ لِي فِيْهِ وَأَوْصِلْهُ إِلَيَّ حَيْثُ كُنْتُ وَلاَ تَنْـقُلْنِي إِلَيْهِ حَيْثُ كَانَ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَجَمَالِكَ وَبـَهَائِكَ وَقـُدْرَتِكَ وَقُـوَّتِكَ أَللَّهُمَّ اجْعَلْ يَدِيَ الْعُلْيَا بِاْلإِعْطَاءِ وَلاَ تَجْعَلْهَا السُّـفْلَى بِاْلإِسْـتِعْطَاءِ أَللـَّهُمَّ آتِنِي مَاآتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَـالَمِيْنَ .
(allaahumma innadh dhuhaa dhuhaa uka waljamaala jamaaluka walbahaa a bahaa uka walqudrata qudratuka walquwwata quwwatuka wal’ishmata ‘ishmatuka walmaghfirata maghfiratuka allaahumma inkaana rizqii fis samaa i fa anzilhu wa inkaana fil ardhi fa akhrijhu wa inkaana filmaa i walbahri fa athli’hu wa inkaana ba’iidan faqarribhu wa inkaana aajilan fa’ajjilhu wain kaana mu’assaran fayassirhu wa inkaana haraaman fathahhirhu wa inkaana qaliilan fakatstsirhu wa in kaana katsiiran fabaariklii fiihi wa awshilhu ilayya haytsu kuntu walaa tanqulnii ilaihi haytsu kaana bihaqqi dhuhaa ika wajamaalika wabahaa ika waqudratika waquwwatika allaahummaj ‘al yadiyal ‘ulyaa bil i’thaa i walaa taj’alhas suflaa bil isti’ thaa i allaahumma aatinii maa aatayta ‘ibaadakash shaalihiin washallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhamadin wa aalihii washahbihi wasallam walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin).
Artinya : Ya Allah ya Tuhanku, bekerjsama waktu dhuha yakni milik engkau, keindahan yakni milik engkau, kemegahan yakni milik engkau, kekuasaan yakni milik engkau, kekuatan yakni milik engkau, pemeliharaan yakni milik engkau, dan ampunan yakni milik engkau.
“Ya Allah ya Tuhanku, apabila rizki saya berada di langit maka turunkanlah ia, apabila rizki saya berada di perut bumi maka keluarkanlah ia, apabila ia berada di dalam air atau di dalam bahari maka keluarkanlah, apabila ia berada di kawasan yang jauh maka dekatkanlah ia, apabila ia munculnya lambat maka percepatlah, apabila susah diperolehnya maka mudahkanlah, apabila ia rizki yang haram maka sucikanlah”.
“Apabila ia sedikit maka perbanyaklah, apabila ia banyak maka berkahilah untuk saya dan sampaikanlah ia terhadap saya di mana saya berada, janganlah Engkau bawa saya kepadanya di mana ia berada dengan kecerahan-Mu, dengan keindahan-Mu, dengan kemegahan-Mu, dengan kekuasaan-Mu, dan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah ya Tuhanku”.
“Jadikanlah tangan saya ini selaku tangan yang di atas dengan memberi dan janganlah engkau membuatnya selaku tangan yang di bawah dengan meminta. Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah terhadap saya apa-apa yang sudah Engkau berikan terhadap para hamba-Mu yang saleh. Sampaikanlah shalawat dan salam makmur terhadap penghulu kami Nabi Muhammad dan terhadap keluarganya serta para sahabatnya, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.
Meskipun bukan berasal dari hadits Nabi, doa sholat dhuha ini boleh-boleh saja dibaca. Boleh pula membaca doa yang lain yang penting isinya baik. Bahkan, diperbolehkan pula berdoa dengan bahasa Indonesia sekiranya tidak dapat bahasa Arab. Karena doa tersebut dibaca di luar sholat.
Baca juga: Doa Setelah Sholat
Bacaan sholat dhuha
Terkait bacaan sholat dhuha, kadang ada pertanyaan, surat apa yang mesti dibaca setelah selesai Surat Al Fatihah? Tidak ada hadits shahih yang menerangkan surat apa yang dibaca di saat sholat dhuha. Berbeda dengan sholat Jumat atau sholat Subuh yang ada hadits shahih menandakan sunnahnya membaca surat tertentu.
Bagaimana dengan usulan yang merekomendasikan rakaat pertama sholat dhuha membaca surat Asy Syams dan rakaat kedua membaca surat Adh Dhuha? Agaknya usulan itu bersumber dari riwayat berikut ini:
صلوا ركعتى الضحى بسورتيهما والشمس وضحاها والضحى
“Shalatlah dua rakaat dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yakni surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat Adh dhuha.” (HR. Ad Dailami dari Uqbah bin Amr, dicantumkan dalam Jami’ul Ahadits)
Menurut para ulama, hadits tersebut derajatnya dhaif. Bahkan menurut Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Jami’us Shaghir, hadits tersebut maudhu’ (palsu).
Jadi, tidak duduk kasus bagi kita untuk membaca surat atau ayat manapun dari Al Qur’an dalam shalat dhuha, baik pada rakaat pertama maupun rakaat kedua.
Sedangkan bacaan pada gerakan sholat (ruku’, sujud dan lainnya) sama menyerupai sholat pada umumnya. Lebih rinci bisa dibaca pada postingan Bacaan Sholat.
Keajaiban shalat dhuha
Banyak dongeng kasatmata ihwal keajaiban sholat dhuha. Berangkat dari kelebihan yang sudah diuraikan di atas, keajaiban ini lazimnya terkait dengan rezeki. Bahwa siapa yang mendawamkan sholat sunnah ini, rezekinya dimudahkan Allah, dilancarkan dan diberkahiNya.
Ustadz Yusuf Mansur mengalami keajaiban itu sejak pertama kali menjalankan empat rakaat dhuha. Didasari ilmu yang didapatnya bahwa siapa yang menjalankan empat rakaat dhuha akan dicukupkan rezekinya, bahkan diantar. Dan ternyata benar, hari itu juga dia mendapat rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Yakni lewat orang yang mengajukan pertanyaan alamat makelar rumah. Beliau sanggup komisi yang terbilang mengagumkan di hari itu.
Ustadz Yusuf Mansur juga punya pengalaman menawan dari jamaahnya. Ada yang sudah menikah beberapa tahun tetapi belum punya anak. Ia mendawamkan sholat dhuha selama satu tahun dan kemudian diberi Allah anak sesuai doanya. Kisah selengkapnya bisa dibaca di Kisahikmah.
Demikian bimbingan lengkap sholat dhuha mulai dari keutamaan, waktu, tata cara, niat sholat dhuha, doa dan keajaibannya. Semoga berfaedah bagi kita semua. Wallahu a’lam bish shawab.
Tata cara sholat dhuha
Bagaimana metode sholat dhuha? Sholat dhuha dijalankan dua rakaat salam – dua rakaat salam. Adapun jumlah rakaatnya, minimal dua rakaat. Rasulullah kadang menjalankan sholat dhuha empat rakaat, kadang delapan rakaat.
عَنْ أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِى طَالِبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ الْفَتْحِ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِىَ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjalankan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, dia mengucap salam (HR. Abu Dawud; shahih)
Tata caranya sama dengan sholat sunnah dua rakaat pada umumnya, yaitu:
Niat
Takbiratul ihram, kemudian membaca doa iftitah
Membaca surat Al Fatihah
Membaca surat atau ayat Al Qur’an
Ruku’ dengan tuma’ninah
I’tidal dengan tuma’ninah
Sujud dengan tuma’ninah
Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
Sujud kedua dengan tuma’ninah
Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
Membaca surat Al Fatihah
Membaca surat atau ayat Al Qur’an
Ruku’ dengan tuma’ninah
I’tidal dengan tuma’ninah
Sujud dengan tuma’ninah
Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
Sujud kedua dengan tuma’ninah
Tahiyat selesai dengan tuma’ninah
Salam
Demikian metode sholat dhuha. Setiap dua rakaat salam, diulang hingga bilangan rakaat delapan atau yang dikehendaki. Setelah sholat dhuha diusulkan berdoa. Bisa pula berdoa dengan doa sholat dhuha.
Baca juga: Sholat Jenazah
Doa sholat dhuha
Tidak ada doa sholat dhuha khusus yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga dalam kitab-kitab Fiqih populer, para ulama sama sekali tidak mencantumkan doa sholat dhuha. Fiqih Sunnah, Fiqih Islam wa Adillatuhu, Fikih Empat Madzhab maupun Fiqih Manhaji mazhab Imam Syafi’i, seluruhnya tidak mencantumkan doa sholat dhuha. Sehingga, kita boleh berdoa secara lazim dengan doa apapun yang baik.
Ada satu doa sholat dhuha yang sungguh populer, yaitu:
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
(Alloohumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrota qudrotuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Alloohumma inkaana rizqii fis samaa-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana mu’assiron fayassirhu, wa inkaana harooman fathohhirhu, wa inkaana ba’iidan faqorribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudrotika aatinii maa aataita ‘ibaadakash shoolihiin)
Doa sholat dhuha selaku berikut di bawah ini.
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَللَّهُمَّ إِنَّ الضُّـحَى ضُحَـاؤُكَ وَالْجـَمَالَ جَمَالُكَ وَالْبَـهَاءَ بَـهَاؤُكَ وَالْقُـدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْقُوَّةَ قُـوَّتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ وَالْمَغْفِـرَةَ مَغْفِـرَتُكَ أَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّـمَاءِ فَأَنْـزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي اْلأَرْضِ فَأَخْـرِجْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْمَاءِ وَالْبَحْـرِ فَأَطْـلِعْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيـْداً فَقَـرِّبْهُ وَإِنْ كَانَ آجِـلاً فَعَجِّـلْهُ وَإِنْ كَانَ مُعَسَّـرًا فَيَسِّـرْهُ وَإِنْ كَانَ حَـرَامًا فَطَـهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ قَلِيْلاً فَكَـثِّرْهُ وَإِنْ كَانَ كَـثِيْرًا فَبَارِكْ لِي فِيْهِ وَأَوْصِلْهُ إِلَيَّ حَيْثُ كُنْتُ وَلاَ تَنْـقُلْنِي إِلَيْهِ حَيْثُ كَانَ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَجَمَالِكَ وَبـَهَائِكَ وَقـُدْرَتِكَ وَقُـوَّتِكَ أَللَّهُمَّ اجْعَلْ يَدِيَ الْعُلْيَا بِاْلإِعْطَاءِ وَلاَ تَجْعَلْهَا السُّـفْلَى بِاْلإِسْـتِعْطَاءِ أَللـَّهُمَّ آتِنِي مَاآتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَـالَمِيْنَ .
(allaahumma innadh dhuhaa dhuhaa uka waljamaala jamaaluka walbahaa a bahaa uka walqudrata qudratuka walquwwata quwwatuka wal’ishmata ‘ishmatuka walmaghfirata maghfiratuka allaahumma inkaana rizqii fis samaa i fa anzilhu wa inkaana fil ardhi fa akhrijhu wa inkaana filmaa i walbahri fa athli’hu wa inkaana ba’iidan faqarribhu wa inkaana aajilan fa’ajjilhu wain kaana mu’assaran fayassirhu wa inkaana haraaman fathahhirhu wa inkaana qaliilan fakatstsirhu wa in kaana katsiiran fabaariklii fiihi wa awshilhu ilayya haytsu kuntu walaa tanqulnii ilaihi haytsu kaana bihaqqi dhuhaa ika wajamaalika wabahaa ika waqudratika waquwwatika allaahummaj ‘al yadiyal ‘ulyaa bil i’thaa i walaa taj’alhas suflaa bil isti’ thaa i allaahumma aatinii maa aatayta ‘ibaadakash shaalihiin washallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhamadin wa aalihii washahbihi wasallam walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin).
Artinya : Ya Allah ya Tuhanku, bekerjsama waktu dhuha yakni milik engkau, keindahan yakni milik engkau, kemegahan yakni milik engkau, kekuasaan yakni milik engkau, kekuatan yakni milik engkau, pemeliharaan yakni milik engkau, dan ampunan yakni milik engkau.
“Ya Allah ya Tuhanku, apabila rizki saya berada di langit maka turunkanlah ia, apabila rizki saya berada di perut bumi maka keluarkanlah ia, apabila ia berada di dalam air atau di dalam bahari maka keluarkanlah, apabila ia berada di kawasan yang jauh maka dekatkanlah ia, apabila ia munculnya lambat maka percepatlah, apabila susah diperolehnya maka mudahkanlah, apabila ia rizki yang haram maka sucikanlah”.
“Apabila ia sedikit maka perbanyaklah, apabila ia banyak maka berkahilah untuk saya dan sampaikanlah ia terhadap saya di mana saya berada, janganlah Engkau bawa saya kepadanya di mana ia berada dengan kecerahan-Mu, dengan keindahan-Mu, dengan kemegahan-Mu, dengan kekuasaan-Mu, dan dengan kekuatan-Mu. Ya Allah ya Tuhanku”.
“Jadikanlah tangan saya ini selaku tangan yang di atas dengan memberi dan janganlah engkau membuatnya selaku tangan yang di bawah dengan meminta. Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah terhadap saya apa-apa yang sudah Engkau berikan terhadap para hamba-Mu yang saleh. Sampaikanlah shalawat dan salam makmur terhadap penghulu kami Nabi Muhammad dan terhadap keluarganya serta para sahabatnya, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”.
Meskipun bukan berasal dari hadits Nabi, doa sholat dhuha ini boleh-boleh saja dibaca. Boleh pula membaca doa yang lain yang penting isinya baik. Bahkan, diperbolehkan pula berdoa dengan bahasa Indonesia sekiranya tidak dapat bahasa Arab. Karena doa tersebut dibaca di luar sholat.
Baca juga: Doa Setelah Sholat
Bacaan sholat dhuha
Terkait bacaan sholat dhuha, kadang ada pertanyaan, surat apa yang mesti dibaca setelah selesai Surat Al Fatihah? Tidak ada hadits shahih yang menerangkan surat apa yang dibaca di saat sholat dhuha. Berbeda dengan sholat Jumat atau sholat Subuh yang ada hadits shahih menandakan sunnahnya membaca surat tertentu.
Bagaimana dengan usulan yang merekomendasikan rakaat pertama sholat dhuha membaca surat Asy Syams dan rakaat kedua membaca surat Adh Dhuha? Agaknya usulan itu bersumber dari riwayat berikut ini:
صلوا ركعتى الضحى بسورتيهما والشمس وضحاها والضحى
“Shalatlah dua rakaat dhuha dengan membaca dua surat dhuha, yakni surat Was syamsi wadhuhaa haa dan surat Adh dhuha.” (HR. Ad Dailami dari Uqbah bin Amr, dicantumkan dalam Jami’ul Ahadits)
Menurut para ulama, hadits tersebut derajatnya dhaif. Bahkan menurut Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Jami’us Shaghir, hadits tersebut maudhu’ (palsu).
Jadi, tidak duduk kasus bagi kita untuk membaca surat atau ayat manapun dari Al Qur’an dalam shalat dhuha, baik pada rakaat pertama maupun rakaat kedua.
Sedangkan bacaan pada gerakan sholat (ruku’, sujud dan lainnya) sama menyerupai sholat pada umumnya. Lebih rinci bisa dibaca pada postingan Bacaan Sholat.
Keajaiban shalat dhuha
Banyak dongeng kasatmata ihwal keajaiban sholat dhuha. Berangkat dari kelebihan yang sudah diuraikan di atas, keajaiban ini lazimnya terkait dengan rezeki. Bahwa siapa yang mendawamkan sholat sunnah ini, rezekinya dimudahkan Allah, dilancarkan dan diberkahiNya.
Ustadz Yusuf Mansur mengalami keajaiban itu sejak pertama kali menjalankan empat rakaat dhuha. Didasari ilmu yang didapatnya bahwa siapa yang menjalankan empat rakaat dhuha akan dicukupkan rezekinya, bahkan diantar. Dan ternyata benar, hari itu juga dia mendapat rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Yakni lewat orang yang mengajukan pertanyaan alamat makelar rumah. Beliau sanggup komisi yang terbilang mengagumkan di hari itu.
Ustadz Yusuf Mansur juga punya pengalaman menawan dari jamaahnya. Ada yang sudah menikah beberapa tahun tetapi belum punya anak. Ia mendawamkan sholat dhuha selama satu tahun dan kemudian diberi Allah anak sesuai doanya. Kisah selengkapnya bisa dibaca di Kisahikmah.
Demikian bimbingan lengkap sholat dhuha mulai dari keutamaan, waktu, tata cara, niat sholat dhuha, doa dan keajaibannya. Semoga berfaedah bagi kita semua. Wallahu a’lam bish shawab.
0 Komentar untuk "Keutamaan Sholat Dhuha"