Khutbah Shalat Id Dimulai Dengan Hamdalah atau Takbir?
KHUTBAH SHALAT ID DIMULAI DENGAN HAMDALAH
Penanya:
H.M. Wahjudi Budihardjo, NBM. 739466,
Ponorogo, Jawa Timur
Pertanyaan:
Tuntunan Shalat Idain Keputusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah di Kota Garut Jawa Barat tanggal 18 s.d. 23 Rabiul Akhir 1396/ 18 s.d. 23 April 1976 Qarar 13:
وَلْيَخْطُبْ بَعْدَ الصَّلاَةِ خُطْبَةً وَاحِدَةً وَيَبْدَأُهَا بِاْلحَمْدِ ِللهِ وَيَذْكُرُ فِيْهَا اْلحَاضِرِيْنَ وَيَحُضُّهُمْ عَلَى اْلخَيْرِ.
Sesudah final shalat hendaklah Imam membaca khutbaah satu kali dimulai dengan Alhamdu lillah, dan memberikan nasehat kepada para hadirin dan menganjurkan untuk berbuat baik.
Tetapi masih ada sebagian khatib Persyarikatan yang memulai khutbahnya tidak dengan Alhamdu lillah melainkan dengan takbir.
Mohon pelengkap klarifikasi dalil yang mendukung qarar (13) tersebut dan sebutkan pula marajinya.
Terima kasih atas penjelasannya.
Jawaban:
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah pernah menjawab pertanyaan yang sama beberapa waktu lalu, dan telah dimuat di rubrik Fatwa Agama Majalah Suara Muhammadiyah No. 02 tahun ke-91/2006. Namun, alasannya ialah hal tersebut kami pandang cukup penting, tidak ada salahnya kami sampaikan kembali kepada saudara pada rubrik ini.
Sebelumnya perlu kami sampaikan terlebih dahulu bahwa Keputusan Muktamar Tarjih ke XX di Garut pada tanggal 18 s.d. 23 Rabiul Akhir 1396 H / 18 s.d. 23 April 1976, yang berbunyi: “Sesudah final shalat hendaklah Imam membaca khutbah satu kali, dimulai dengan “Al Hamdulillah” dan memberikan nasehat kepada para hadirin dan menganjurkan untuk berbuat baik.”, menurut dalil:
لِحَدِيْثِ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ. [رواه البخاري ومسلم واللفظ للبخاري].
Artinya: Beralasan hadits Abu Said yang mengatakan: “Pada hari raya Fithri dan Adlha Rasulullah saw kalau pergi ke kawasan shalat, maka yang pertama ia kerjakan ialah shalat, kemudian apabila telah final ia bangun menghadap orang banyak dikala mereka masih duduk pada shaf-shaf mereka. Lalu ia memberikan peringatan dan wejangan kepada mereka dan mengumumkan perintah-perintah pada mereka, dan jikalau ia hendak memberangkatkan angkatan atau mengumumkan ihwal sesuatu ia laksanakan kemudian pulang.” [HR. al-Bukhari dan Muslim, lafadz al-Bukhari].
وَلِحَدِيْثِ جَابِرٍ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلاَةَ يَوْمَ الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلاَلٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ ثُمَّ مَضَى حَتَّى أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ. الحديث [رواه مسلم والنسائى] وَفِى رِوَايَةٍ عَنْهُ عِنْدَ مُسْلِمٍ فَلَمَّا فَرَغَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ وَ أَتَى النِّسَاءَ فَذَكَرَهُنَّ ... الحديث.
Artinya: Beralasan pula hadits Jabir yang mengatakan: “Pernah saya mengalami shalat hari raya bersama Rasulullah saw, kemudian dimulai shalat sebelum khutbah tanpa adzan dan iqamah. Kemudian ia bangun bersandar pada Bilal, kemudian ia menganjurkan orang ihwal taqwa kepada Allah dan menyuruh patuh kepada-Nya dan memberikan nasehat dan peringatan kepada mereka. Lalu ia mendatangi para perempuan dan memberikan nasehat dan peringatan kepada mereka …” dan seterusnya hadits. [HR. Muslim dan an-Nasai]. Dalam riwayat Muslim dengan kalimat: “Setelah Nabiyullah saw selesai, ia turun dan mendatangi para perempuan dan memberikan peringatan-peringatan kepada mereka … dan seterusnya hadits.”
Dalam hadits-hadits yang telah disebutkan di atas, tidak ada keterangan ihwal memulai khutbah Id dengan takbir. Demikian pula tidak ada keterangan ihwal khutbah Id dengan dua khutbah. Oleh alasannya ialah dalam hadits tersebut tidak disebutkan bahwa khutbah Id dimulai dengan takbir, maka dalam khutbah Id ini, dipakai hadits yang menjelaskan praktik Rasulullah saw dalam memulai khutbah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا تَشَهَّدَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ ... [رواه أبو داود].
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Masud ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw jikalau memulai khutbah dengan mengucapkan al-hamdulillah …”. [HR. Abu Dawud].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ كَلاَمٍ لاَ يُبْدَأُ فِيهِ بِالْحَمْدُ لِلَّهِ فَهُوَ أَجْذَمُ. [رواه أبو داود].
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Setiap pidato yang tidak dimulai dengan al-hamdulillah, maka tidak barakah.” [HR. Abu Dawud].
Memang ada hadits yang menyatakan:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ قَالَ السُّنَّةُ أَنْ تُفْتَتَحَ اْلخُطْبَةُ بِتِسْعِ تَكْبِيْرَاتٍ تَتْرَى وَبِسَبْعِ تَكْبِيْرَاتٍ تَتْرَى. [رواه البيهقي].
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abdullah Ibnu Utbah ia berkata: Merupakan sebuah sunnah Nabi membuka khutbah dengan tujuh takbir secara pelan-pelan dan yang kedua dengan sembilan takbir secara pelan-pelan.” [HR. al-Baihaqi].
Asy-Syaukani dalam Nailul-Authar Juz III halaman 374 menyampaikan bahwa Abdullah Ibnu Abdullah ialah seorang tabiin, maka menurut ushulul-hadits ia tidak sanggup diterima kalau ia menyampaikan sebagai suatu sunnah Nabi. Dengan demikian sanggup kiranya dikatakan bahwa hadits ini termasuk hadits maqtu yang oleh risikonya hadits tersebut tidak maqbul, sehingga tidak sanggup diamalkan isinya. Dengan tegas Ibnul-Qayyim menyampaikan bahwa memulai khutbah Idain (Fithri dan Adlha) dengan takbir, sama sekali tidak ada sunnah yang sanggup dijadikan dasarnya. Sebaliknya yang disunnahkan ialah memulai segala macam khutbah dengan al-hamdu. Sejalan dengan pendapat itu, Prof. Dr. TM Hasbi Ash-Shiddieqy, menyampaikan tidak ada keterangan yang berpengaruh yang menandakan bahwa Nabi saw memulai khutbah dengan takbir (Pedoman Shalat, halaman 458).
Wallaahu alam bish-shawab.
0 Komentar untuk "Khutbah Shalat Id Dimulai Dengan Hamdalah Atau Takbir?"