Orientasi Zuhud Dalam Perspektif Adat Tasawuf Selaku Penyelesaian Menanggulangi Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Dalam Menempuh Pendidikan Oleh Zulia Muchofifah, Uin Sunan Ampel Surabaya

Publikasikaryatulis, salamedukasi.com - Quarter Life Crisis atau krisis seperempat kurun ialah suatu perumpamaan dalam bidang psikologi yang mengarah pada suasana emosional yang lazimnya dialami oleh orang-orang dalam rentang usia 20-30 tahun, seumpama hadirnya keraguan terhadap potensi diri, kebingungan menyeleksi tujuan dan arah hidup, dan kekalutan yang yang lain (Wikipedia, 2021). Hal ini juga selaras dengan rekomendasi Robbin & Wilner (2001) bahwa Quarter Life Crisis dimaknai selaku suatu tanggapan  atau respon terhadap ketidakstabilan yang memuncak, pergantian yang tetap, terlampau banyak dan bervariasi pilihan, dan dibarengi perasaan ketakutan dan tidak berdaya (Sense Of Helplessness) yang condong timbul pada individu di rentang usia 18-29 tahun.


Tentu saja dengan menyaksikan rentang usia dalam definisi quarter life crisis menurut para ahli, usia tersebut tentu sanggup dikategorikan dalam kelompok mahasiswa. Jadi, kemungkinan atau pasti, quarter life crisis ini banyak dialami oleh mahasiswa yang tengah menempuh pendidikannya atau berkuliah. Namun, bukan bermakna permasalahan quarter life crisis ini timbul alasannya yakni faktor pendidikan yang ditempuh saja. Melainkan banyak hal yang sanggup menjadi faktor penyebabnya. Seperti finansial yang dihubungkan dengan pendidikan alasannya yakni keduanya saling berkesinambungan. Pendidikan memerlukan kanal lewat finansial juga selaku sumbangan akomodasi yang cukup, dan selanjutnya seumpama permasalahan sosial yang merujuk pada permasalahan interaksi. Hal ini juga akan terlihat bahwa menempuh pendidikan perlu menempuh interaksi antar teman, dosen, dan kelompok lainnya. Sehingga saat faktor-faktor ini tidak sanggup ditangani dengan baik, maka quarter life crisis ini akan dialami, alasannya yakni kebingungan-kebingungan dalam mengerjakan faktor-faktor tersebut.



Lalu, apa korelasinya terhadap ilmu tabiat tasawuf yang mengarah pada sifat zuhud? Menurut Imam Ahmad Bin Hambal (2000) zuhud secara bahasa, berasal dari lafadz zahida fiihi wa ‘anhu, zuhdan wa zahaadatan yang bermakna berpaling dari sesuatu, meninggalkannya alasannya yakni kehinaannya atau alasannya yakni kekesalan kepadanya atau untuk membunuhnya. Dan  sanggup berasal dari lafadz zahuda fi asy-syai’i yang bermakna tidak membutuhkannya. 


Jadi, saat dibilang zahida fi addunyaa, maka artinya yakni meninggalkan sesuatu yang halal di dunia alasannya yakni takut akan hisabnya dan meninggalkan sesuatu haram dari dunia alasannya yakni takut akan siksaannya. Sedangkan secara terminologis atau istilah, menurut Ibnul-Jauzy yang diringkas dari kitab Minhajul-Qaashidiin bahwa Az-Zuhd ialah suatu perumpamaan mengenai pengalihan kehendak dari sesuatu terhadap sesuatu lain yang lebih baik darinya. Sehingga zuhud itu bukan cuma meninggalkan harta dan mengeluarkannya dengan suka rela, saat tubuh memiliki pengaruh dan ada kecenderungan hati padanya. Namun, zuhud ialah suatu perilaku yang meninggalkan dunia atas dasar wawasan mengenai kehinaannya kalau dibandingkan dengan nilai akhirat. Bahkan selaras dengan rekomendasi Yunus bin Maysarah yang menyampaikan bahwa Zuhud terhadap dunia itu bukanlah mengharamkan yang halal dan menolak harta, tapi zuhud terhadap dunia ialah sifat yang lebih percaya dan percaya terhadap apa yang ada di sisi Allah dibandingkan dengan apa yang ada pada diri dan kondisi dibarengi dengan perilaku yang tidak berubah drastis ke hal-hal baik saat memperoleh musibah. Hal ini tentu sanggup dibilang suatu hal yang sepadan dan netral.


Sesuai dengan apa definisi dari keduanya yakni quarter life crisis dan zuhud. Tentu sanggup digambarkan hubungan keduanya secara sederhana, bahwa zuhud yakni selaku penyelesaian dan sifat yang mesti ditanamkan untuk menangani quarter life crisis yang sekarang banyak dialami oleh mahasiswa dalam menempuh pendidikannya. Zuhud mengorientasikan bahwa hal-hal berbau duniawi itu tidak semata-mata sanggup menyanggupi ekspektasi kebahagiaan dalam diri manusia. Dan bahwa kebingungan-kebingungan mengenai sisi sosial, ekonomi, pendidikan, dan yang lain yang disebut selaku quarter life crisis itu pula tidak sanggup terjawab secara sederhana dengan adanya harta duniawi juga. Sehingga dari sini sifat zuhud sangatlah sempurna untuk terus diimplementasikan dalam kehidupan mahasiswa saat menempuh pendidikannya, bahkan seterusnya. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah dalam Q.S  An-Nisa ayat 77 :

“Katakanlah, kesenangan di dunia ini cuma sedikit dan darul abadi itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kau tidak akan didzalimi sedikitpun.”


Pembahasan ini tidak lepas dari faktor-faktor penyebab quarter life crisis sendiri, yakni dilansir dari www.aladokter.com yang menyebutkan salah satu balasannya mengalami duduk permasalahan pekerjaan dan finansial yang lazim dialami mahasiswa dari tingkat permulaan maupun tingkat akhir. Kemudian efeknya tentu ada rasa iri dengki, bingung, cemas akan masa depan, dan lainnya. Padahal hal-hal seumpama itu tidak perlu dipikirkan secara berlebihan. Mungkin memang perlu untuk dipikirkan, tapi kalau telah dalam batas kewajaran dalam mempertimbangkan tentu merugikan pula bagi diri sendiri. Maka dari itu, dengan adanya sifat zuhud yang diorientasikan dan diimplementasikan secara mendalam pastinya akan menjadi penyelesaian yang sempurna dalam menangani quarter life crisis. Cenderung bagi mahasiswa akan bertanggung jawab dan konsentrasi dengan apa yang menjadi tujuan di awal. 


Tanpa menoleh pada hal-hal yang menghasilkan iri dan dengki serta menyingkir dari hal-hal yang merugikan aspek-aspek lainnya. Mungkin definisi dari zuhud sendiri menggambarkan proposal untuk menyingkir dari hal-hal bersifat duniawi. Namun, kalau diimplementasikan di masa kini bergotong-royong kekompleksan zuhud ini terletak pada tanggung jawab seseorang dalam mengurus harta dunia yang dimiliki untuk kebaikan. Dan tidak seperti menggambarkan insan menuhankan hartanya. Maka, hal tersebut akan dibilang sepadan antara dunia dan akhirat. Dan sanggup ditentukan kalau zuhud dipraktekkan selaku solusi  dalam menghadapi quarter life crisis ini pada mahasiswa saat menempuh pendidikan, dijamin akan memberi imbas yang bagus dengan kesimpulan bahwa fokus, tanggung jawab, dan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain akan menggambarkan bahwa mahasiswa konsentrasi terhadap niat dan tujuan kebaikannya, bertanggung jawab atas apa yang diperintahkan dalam kiprah pendidikannya, dan tidak iri pada hasil orang lain dengan bukti prestasinya yang diraih dengan perilaku kreatifnya sendiri. Sehingga quarter life crisis akan lebih gampang dihadapi.

Dikirimkan oleh : Zulia Muchofifah (07020320087@student.uinsby.ac.id), Ig : @zulia_muchofifah

Ingin karya tulis Anda terpublikasi di situs web di sini.


Sumber https://www.salamedukasi.com

0 Komentar untuk "Orientasi Zuhud Dalam Perspektif Adat Tasawuf Selaku Penyelesaian Menanggulangi Quarter Life Crisis Pada Mahasiswa Dalam Menempuh Pendidikan Oleh Zulia Muchofifah, Uin Sunan Ampel Surabaya"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close