Pada dasarnya, semua hayati di dunia ini memiliki nilai tertentu, yakni nilai ekonomi eksklusif dan nilai ekonomi tidak langsung.
Nilai Ekonomi Langsung
Nilai ekonomi eksklusif sanggup diperhatikan dari aktivitas sebuah penduduk yang memanen dan mempergunakan hayati secara langsung, misalnya ada binatang yang bertindak selaku pemangsa alami hama.
Burung pemangsa, burung hantu, dan ular sanca menertibkan hama tikus di tempat yang ditanami. Nilai ekonomi eksklusif termasuk nilai kegunaan konsumtif dan nilai kegunaan produktif.
Nilai kegunaan Konsumtif diberikan untuk hayati yang dimakan penduduk setempat yang tidak terlihat di pasar nasional maupun internasional.
Hayati yang dimakan sesuai dengan keperluan penduduk tradisional di negara berkembang, yakni untuk kayu bakar, sayur-sayuran, buah-buahan, daging, obatan-obatan, tali-temali, dan materi bangunan.
Nilai Kegunaan Konsumtif Keanekaragaman Hayati credit: digtara.com |
Nilai kegunaan produktif, yakni nilai untuk hayati yang diambil di alam, dan dijual ke pasar pada tingkat nasional maupun internasional.
Produk dinilai dengan sistem ekonomi standar.
Hayati dengan nilai kegunaan produktif digunakan untuk materi baku obat, materi bangunan, industri pakaian, perhiasan, dan keperluan lainnya.
Banyak sekali hayati khas Indonesia yang memiliki nilai kegunaan produktif, di antaranya:
- meranti untuk materi bangunan;
- eboni (kayu hitam) untuk bangunan dan alat rumah tangga;
- jati untuk materi bangunan;
- karet untuk materi alat rumah tangga, industri otomotif;
- rotan untuk alat rumah tangga;
- buah-buahan untuk konsumsi masakan pelengkap, misalnya durian, sirsak, jambu biji, avokad, delima, kesemek, salak, sawo, nangka, rambutan, mangga, manggis, markisa, melon, pisang, pepaya, dan kenari;
- Tanaman penyegar, misalnya asam, jahe, kunir, kencur, vanili, teh, dan kopi.
Nilai Ekonomi Tidak Langsung
Nilai ekonomi tidak eksklusif sanggup dibagi menjadi nilai kegunaan nonkomsumtif, nilai pilihan, dan nilai eksistensi.
1. Nilai Kegunaan Nonkonsumtif
Nilai ini diberikan untuk aneka macam jasa lingkungan yang kita nikmati tanpa lewat penggunaan secara langsung, misalnya:
- orang utan untuk kebun binatang, selaku keperluan wisata dan ekoturisme;
- aneka jenis burung endemik, menyerupai cendrawasih, jalak Bali, rajawali Jawa, dan burung hantu untuk ekoturisme dan wisata serta nilai pendidikan dan ilmiah;
- ayam pelung, aneka macam jenis ular untuk ekoturisme, wisata serta nilai pendidikan dan ilmiah;
- komodo dan maleo untuk nilai pendidikan dan ilmiah;
- damar, rasamala, aneka macam pohon kayu yang lain selaku pinjaman sumber air dan tanah, pengatur iklim, dan monitor lingkungan;
- anggrek, bunga bangkai (Amorpophalus titanum), kantung semar (Nepen- thes), teratai, mawar, melati padma (Rafflesia arnoldi), dan bunga yang lain untuk rekreasi, tumbuhan hias, ekoturisme, pendidikan, dan ilmiah.
2. Nilai Pilihan
Nilai opsi dari spesies yakni potensi sebuah spesies dalam memamerkan laba ekonomi bagi penduduk pada sebuah dikala di masa depan.
Solusi dengan adanya pergeseran keperluan penduduk dikala ini kadang kala ada pada tumbuhan atau binatang yang belum tersentuh.
Untuk itu dilakukanlah telaah daya guna keragaman hayati, dimengerti dengan perumpamaan biodiversity prospecting, yakni penelaahan potensi jenis tumbuhan dan satwa liar beserta gen dan produk kimiawinya yang berdaya guna, misalnya selaku berikut.
- Eceng gondok sungguh menjanjikan dimanfaatkan untuk menyanggupi keperluan alat rumah tangga, pakaian, perhiasan rumah, dan sebagainya.
- Rumput alang-alang untuk buatan pemanis pengganti gula tebu.
- Kelompok alga (Spirulina, Chlorella, Nostoc, Oscillatoria, Gloeocapsa, Ana- baena) menjanjikan untuk menyanggupi keperluan gizi, pupuk biologis, pembersih polutan, buatan cat, dan pewarna tekstil.
- Kelompok basil dan jamur.
Margasatwa bernilai ekonomi tinggi menjadi barang untuk jual beli dalam negeri dan internasional, serta menjadi sumber pangan penting untuk penduduk setempat.
Perburuan tradisional adakala bermitra dengan upacara adat, misalnya perburuan aneka macam jenis burung dan mamalia.
Burung, primata, mamalia, dan reptil dikenali selaku barang perdagangan. Primata ialah binatang laboratorium yang penting untuk percobaan.
Mamalia dan reptil digunakan di aneka macam macam industri. Ikan air tawar dimanfaatkan untuk keperluan setempat dan perikanan.
Banyak basil dan jamur yang dimanfaatkan untuk materi bioteknologi, baik selaku fermenter maupun jasa rekayasa genetik, misalnya yoghurt, anggur, keju dan antibiotik.
3. Nilai Eksistensi
Nilai eksistensi ialah nilai eksistensi sebuah spesies.
Saat ini di seluruh dunia, orang peduli kepada kehidupan liar dan sungguh prihatin atas perlindungannya.
Contoh: komodo, maleo, anoa, cendrawasih, kakaktua, orang utan, harimau, tapir, Coelacanth, tarsius, rajawali Jawa, jalak Bali, badak, duyung, lumba-lumba, pesut, meranti, eboni, matoa, Rafflesia arnoldi, Amorpophalus tianum, edelweiss (Anaphalis javanica), anggrek, dan masih banyak lagi.
Khusus untuk Coelacanth, penduduk dunia menerka bahwa ikan tersebut ialah ikan purba yang sudah usang punah.
Namun ternyata ikan ini masih eksis di perairan Bunaken, dikejar dan dijadikan sumber masakan oleh nelayan dan penduduk sekitar.
Selain di Bunaken, Coelancanth cuma didapatkan di Madagaskar.
Agar nilai-nilai biodiversitas tetap terjaga, kita perlu mengenali ancaman apa saja yang membahayakan kelestarian biodiversitas.
Credit gambar:
https://www.digtara.com/nusantara/pasar-buah-berastagi-tutup-ribuan-ton-buah-terancam-membusuk/
0 Komentar untuk "Sebutkan Teladan Nilai Ekonomi Pribadi Dan Tidak Pribadi Keragaman Hayati Indonesia"