Konflik Antarkelas
Karl Marx sudah menguraikan teori konflik yang menggambarkan adanya usaha antarkelas.
Dalam pandangannya, paham kapitalisme sudah memunculkan dua kelas penduduk yang kontradiksi, yakni para buruh (kaum proletar) di satu segi berhadapan dengan para pemodal (kaum borjuis) di segi yang lain.
Menurut teori ini, korelasi yang terjalin antara kaum buruh dengan kaum pemodal ialah korelasi antara si mempunyai pengaruh yang berkuasa dengan si lemah yang dikuasai.
Kaum buruh yang melakukan pekerjaan dengan keras dan menciptakan beraneka macam barang buatan cuma dibayar amat murah.
Sementara yang menikmati laba dari kesibukan buatan yakni para pemodal. Keadaan ini dipandang oleh Karl Marx selaku sebuah ketidakadilan.
Oleh alasannya yakni itu kaum buruh (kaum proletar) mesti bangun melawan ketidakadilan menghadapi kaum pemodal (kaum borjuis). Inilah yang dimengerti dengan perumpamaan usaha kelas.
Konflik Antarras
Konflik-konflik rasial, yakni konflik yang menghadapkan antara ras yang satu dengan ras yang lain, meningkat dalam bentuk perang suku.
Fenomena konflik antarras ini sering terjadi dalam kehidupan bangsa-bangsa di Afrika.
Secara garis besar, konflik antarras sanggup digolongkan atas dua macam, yakni: (1) konflik rasial vertikal, dan (2) konflik rasial horizontal.
Konflik rasial vertikal terjadi antara kelompok rasial yang mayoritas dan mempunyai peranan yang besar berhadapan dengan kelompok rasial yang lemah.
Konflik antara orangorang kulit putih yang berhadapan dengan orang-orang kulit gelap di tanah-tanah jajahan ialah teladan dari konflik rasial vertikal.
Konflik antara bangsa Yahudi yang berhadapan dengan bangsa-bangsa Arab di Palestina juga tergolong teladan dari konflik rasial vertikal.
Sedangkan konflik rasial horisontal ialah konflik yang terjadi antara kelompok rasial yang mana satu sama lain tidak berada dalam korelasi mayoritas (kuat) dan bawahan (lemah).
Dalam konflik rasial horisontal, antara kelompok ras yang saling berlainan mempunyai tingkat yang sama.
Konflik suku-suku yang terjadi dalam kehidupan penduduk Afrika tergolong dalam jenis konflik rasial horisontal.
Konflik Antarkelompok Horisontal
Sesungguhnya tidak mudah untuk membedakan antara konflik antar kelompokver- tikal dengan konflik antarkelompok horisontal.
Namun secara fundamental sanggup dikatakan, bahwa konflik antarkelompok vertikal melibatkan beberapa kelompok yang mana yang satu berada pada posisi yang mayoritas sedangkan yang yang lain berada pada posisi yang lemah.
Sementara, konflik antar kelompok horisontal ialah konflik yang terjadi antara beberapa kelompok yang mana keduanya berada dalam keadaan yang sama, menyerupai konflik antara dua keluarga, konflik antara suku-suku, konflik antara partai-partai politik, konflik antara kelompok ideologis, dan sebagainya.
Konflik Antarkelompok Teritorial
Pada lazimnya insan membentuk komunitas-komunitas sedemikian rupa sehingga terbentuklah kelompok teritorial.
Kelompok teritorial misalnya yakni suku bangsa, propinsi kabupaten, kecamatan, dan lain sebagainya.
Persaingan-persaingan yang terjadi antara kelompok territorial tersebut sanggup memunculkan antagonisme yang sewaktu-waktu sanggup meletus menjadi konflik sosial.
Konflik Antarkelompok Korporatif
Seperti halnya kelompok-kelompok territorial, kelompok-kelompok korporatif mempunyai solidaritas yang dibangun menurut kesamaan, yang mana solidaritas tersebut sukses menyatukan orang-orang yang mengambil bab pada jenis kesibukan yang sama.
Kelompok-kelompok profesional ialah kelas dari kelompok koorporatif yang paling penting, walaupun bukan satu-satunya kelompok korporatif.
Kelompok korporatif mempersatukan orang-orang yang terlibat dalam kesibukan professional tertentu yang biasanya berlatar belakang dari pendidikan atau training yang sama.
Profesi yang serupa akan menciptakan kedekatan dan solidaritas yang mempunyai pengaruh di kelompok mereka.
Biasanya, anggota-anggota dari sebuah profesi akan menjaga pertumbuhan korporat melawan anggota dari profesi yang lain.
Dengan demikian, berkembanglah antagonisme antara banyak sekali profesi. Dalam keadaan menyerupai inilah konflik antarkelompok korporatif akan berkembang.
Konflik Antarkelompok Ideologis
Kelompok ideologis sanggup dibilang selaku kelompok yang mempunyai kepercayaan yang sama, menyerupai sekte-sekte, penduduk intelektual, partai-partai politik.
Suatu akidah akan bermetamorfosis ideologi kalau terdapat sebuah kelompok sosial yang menganutnya.
Secara biasa kelompok ideologi sanggup kita kelompokkan menjadi dua bagian, yakni kelompokkelompok politik dan kelompok-kelompok non-politik.
Ideologi politik ialah ideologi-ideologi yang berafiliasi dengan hakikat kekuasaan dan pelaksanaannya.
Oleh alasannya yakni itu, ideologi politik mempunyai imbas yang besar kepada perkembangan antagonisme politik.
Pada satu sisi, ideologi politik sanggup menyatu- kan komunitas dengan mendorong anggotanya untuk menerima kekuasaan yang memerin- tahnya dan dengan membuatkan rasa kepatuhan kepada perintah.
Di segi lain, ideologi sanggup membagi sebuah komunitas kalau beberapa ideologi berada dalam sebuah daerah yang sama. Dewasa ini, partai-partai politik ialah kelompok ideologis utama.
Sedangkan ideologi-ideologi non-politik ialah sebuah ideologi yang tak punya korelasi eksklusif dengan kekuasaan, menyerupai filosofi, agama, artistik, dan sebagainya.
Ideologi non-politik ini juga mempunyai potensi untuk membentuk kelompok-kelompok yang terorganisir.
Misalnya, agama melahirkan sekte-sekte, kesenian melahirkan aliran-aliran, filsafat melahirkan gerakan-gerakan, dan sebagainya.
Sekte-sekte, aliran-aliran, gerakan-gerakan, dan sebagainya itulah yang sanggup memunculkan konflik antarkelompok.
0 Komentar untuk "Sebutkan Bentuk-Bentuk Pertentangan Sosial"