Mengendalikan Diri Bukan Melawan Hasrat Hati

Mengendalikan Diri Bukan Melawan Keinginan Hati Mengendalikan Diri Bukan Melawan Keinginan Hati


Siapapun tidak dapat memaksa orang lain untuk menggemari dirinya. Termasuk suatu tulisan. Begitu juga dengan goresan pena di bawah ini. Mungkin ada yang menganggapnya selaku suatu bentuk ke-irihati-an, kebencian, pem-bully-an ataupun ketidakmampuan, itu hak setiap orang. Tugas kita yaitu menyodorkan apa yang kita anggap perlu disampaikan dengan niat yang baik. Dan tentang hasilnya, takdirlah yang berbicara.

Manusia dikaruniai hawa nafsu, hati nurani juga nalar sehat mudah-mudahan kehidupannya seimbang. Oleh alasannya yaitu itu, di saat kehendak (hawa nafsu) tidak dapat dikendalikan, acap kali kita memerlukan orang lain untuk menasihati dengan akalnya yang sehat. Kita butuh kawan curhat. Kita butuh kawan diskusi. Kita butuh dorongan. Kita butuh peringatan. Kita butuh teguran.

Janganlah menilai orang yang memberi pesan yang tersirat itu selaku haters atau iri hati terhadap kita.

"Kenapa kamu yang sibuk? Ini uang aku, mau saya belanja banyak, belanja dikit, itu problem aku. Mau saya makan ini, makan itu, itu perut aku. Mau saya pakai baju ini, baju itu, itu hak aku. Ada berutang sama kau?"

Ada saatnya memang, jawaban-jawaban menyerupai di atas pantas kita berikan. Tetapi tidak terhadap semua orang. Ada orang-orang yang sungguh-sungguh tulus menyadarkan kita terhadap suatu sikap yang sudah dianggap keterlaluan. Kekeliruan. Karena apapun yang kita beli datang saatnya akan menjadi sampah. Makanan akan menjadi kotoran. Pakaian akan lusuh, bahkan ada busana setelah kita beli dengan harga mahal justru tidak terpakai, cuma termakan sesaat, selebihnya menjadi onggokan yang menyanggupi space lemari kita. Saya berupaya tidak mengatakan keladi di sini, ya! Serius saya sudah insaf. Ini wacana pengendalian diri. Jika keladi merasa termasuk, maka itu takdir beliau. Eh?!

Apapun akan terlihat sungguh indah sebelum dimiliki. Contoh erat saja, menyerupai mengharapkan sepasang gamis cantik, sungguh indah membayangkan betapa anggun di saat kita mengenakannya. Tetapi apa yang terjadi setelah menjadi milik kita? Biasa saja.

Begitu pula dengan rasa cinta. Memimpikan betapa indah mengarungi hidup bersamanya dalam hujan dan terik, dalam lapar dan kenyang, dalam senang dan marah. Lalu lihatlah, apa yang terjadi setelah kita miliki? Biasa saja. Jika dihentikan dibilang menyesal. Ups! (terkhusus yang mengharapkan milik orang lain).

Percayalah, hidup kita jauh lebih suka selama ada mimpi yang belum terwujud dan terus membayangkan betapa indah kalau suatu di saat bisa mewujudkannya.

Dan, sejatinya harta yang infinit yaitu apa yang kita donasikan demi kebaikan.

Mohon maaf kalau tidak berkenan.

-Penulis: Ismi Marnizar-

Related : Mengendalikan Diri Bukan Melawan Hasrat Hati

0 Komentar untuk "Mengendalikan Diri Bukan Melawan Hasrat Hati"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close