Sebagian ibu merasa tertekan jikalau semua pekerjaan rumah tangga tidak terkaver dengan sempurna. Bagi mereka, memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, menyapu lantai yakni sepaket kiprah wajib harian yang dihentikan alpa satu item pun.
Tetapi berlainan dengan beberapa ibu yang lain. Golongan ini teramat santai dalam bertugas. Bila hari ini cuma sempat memasak, ya mengolah masakan saja. Bila besoknya cuma sempat mencuci piring dan menyapu lantai, ya itu saja yang dikerjakan. Bila kadang kala bisa dijalankan semuanya, ya syukur. Intinya, kelompok ini tidak mau membebankan diri dan fikiran mereka cuma terpusat pada terselesaikannya pekerjaan rumah tangga. Ada hal lain yang perlu dilakukan demi aktualisasi diri biar terhindar dari kebosanan aktivitas harian. Dan kelompok itu tergolong saya.
Jadi hari ini, saya cuma sempat merencanakan masakan dan membersihkan rumah. Sementara piring tidak sempat saya cuci. Tiba jam makan siang, bawah umur protes :
"Ngga ada satupun piring yang higienis ya, Mak?"
"Belum sempat mak cuci. Itu ada rantang tersusun di lemari, ambil saja, bagikan satu seorang buat daerah makan."
"Cuma ada tiga ini, mana cukup?"
"Buat Ayah kasih tutupnya."
Tanpa protes, Ayah eksklusif menyendok nasi ke dalam tutup rantang.
"Sudah, makan saja! Anggap saja lagi piknik. Makan dalam rantang." Kata Ayah.
Ibu yang mendengarnya merasa haru. Rasa cintanya terhadap ayah berlipat-lipat beribu-ribu.
Sesungguhnya kehidupan seorang ibu rumah tangga itu sungguh simple, cuma sebagian suami saja yang suka menjadikannya menjadi difficult.
Selamat Hari Ayah buat kau yang rela makan siang dalam tutup rantang.
Penulis: Ismi Marnizar
0 Komentar untuk "Tutup Rantang"