Setiap orang bau tanah niscaya punya prospek untuk anak mereka. Tetapi anak juga insan yang punya perasaan, pendapat, tujuan, dan kehidupannya sendiri. Harapan dan kenyataan yang berlainan kadang-kadang menghasilkan orang bau tanah dan anak sama-sama kecewa dan berujung pertentangan besar. Anak merasa tidak merdeka menuruti bisikan jiwanya.
Tidak ada insan yang sempurna, begitu juga orang tua. Kita tidak sanggup memutuskan ingin dilahirkan oleh siapa. Namun, orang bau tanah merupakan anugerah Tuhan yang diberikan terhadap kita. Bagaimanapun kondisi mereka.
Saya senang memiliki orang bau tanah yang tidak punya ambisi berlebih terhadap anak-anaknya. Tidak memaksakan kehendak sesuai prospek mereka. Tidak pernah menjumlah untung rugi terhadap apa yang sudah mereka upayakan. Termasuk ongkos pendidikan yang sudah dikorbankan. Ayah dan ibu aku sukar payah menyekolahkan ketiga putrinya sampai ke perguruan tinggi tinggi, namun ketiganya mengabdikan diri selaku Ibu rumah tangga.
Demi Allah, tidak pernah terdengar sekalipun di indera pendengaran saya, ia berdua berkata : "Rugi kami sekolahkan kau dengan ongkos tinggi, kesannya kau cuma memutuskan di rumah."
Tidak pernah.
Tidak cuma soal pekerjaan, orang bau tanah kami juga tidak pernah mengendalikan berlebihan dalam hal kandidat pendamping. Harus memiliki persyaratan ini dan itu. Harus ras ini, ras itu. Harus punya pekerjaan yang mapan.
Tidak pernah.
Ayah dan ibu aku memiliki paham yang sama. Bagi mereka, anak merupakan amanah. Amanah artinya dititipi, bukan dimiliki dan dikuasai. Mendidiknya merupakan ibadah. Biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan merupakan ibadah. Sedekah jariyah di jalan Allah. Sedangkan untuk hasil akhir, mereka serahkan semua opsi hidup pada anak-anaknya.
Saya pernah mendengar sebuah kali Ayah berkata pada Ibu:
"Anak-anak kita menyerupai burung. Jika sebuah di saat mereka sudah siap terbang, biarkan ia memutuskan jalannya sendiri. Tugas kita terhadap Allah sudah selesai."
Betapa keikhlasan terpancar terang dari tampang mereka berdua. Tidak pernah menuntut apapun atau sekedar berharap balik terhadap apa saja yang sudah mereka korbankan. Bagi orang tua, tidak penting berapa banyak harta yang kita miliki, namun seberapa senang hidup yang kita jalani.
Terima kasih Ayah dan Ibu.
Saya bahagia.
Kota Sabang, tamat Oktober 2020
Penulis: Ismi Marnizar
Hati yang rindu
0 Komentar untuk "Orang Renta Yang Tidak Menuntut Apa-Apa"