Ingatan Kita Terlalu Pendek

Berapa jumlah rakyat Aceh yang meninggal dunia di saat  pertentangan vertikal menghumbalang Aceh Ingatan Kita Terlalu Pendek


Berapa jumlah rakyat Aceh yang meninggal dunia di saat pertentangan vertikal menghumbalang Aceh? Berapa permasalahan pelanggaran HAM yang terdokumentasi dan tercatat di dalam buku? Berapa monumen yang pernah dibangun sehabis tenang untuk mengenang kebringasan perang di masa lalu?

Perlawanan rakyat Aceh baik yang digerakkan oleh DI/TII maupun GAM sudah memicu Aceh selaku kubangan darah, bila tak manis disebut danau darah. Orang-orang seberang pulau atas nama nasionalisme, sudah banyak merenggut nyawa rakyat Aceh baik di saat menghentikan perlawanan gerilyawan yang mereka sebut pemberontak etno.

Hingga di saat ini, selain pengadilan koneksitas untuk menghukum pelaku pembantaian Bantaqiyah di Beutong Ateuh--yang sarat permainan-- sampai sekarang tidak ada lagi pengadilan untuk menghukum para pelaku pelanggaram HAM di Aceh. Mereka yang sudah memperabukan rumah kita, membunuh kerabat kita, memperkosa kerabat kita, merampok kita, siapapun mereka, sampai sekarang belum dihukum. Bahkan belum dihadapkan untuk meminta maaf.

Semua diam, bahkan mereka yang dulunya mengampanyekan keadilan, penegakan hukum, tiba-tiba seumpama orang amnesia. Bahkan tiba-tiba menjadi orang-orang yang ultra nasionalis. Tidak ada lagi suara-suara yang menyerukan penegakan HAM, pemenuhan hak korban secara gamblang. Tugas-tugas kemanusiaan yang dulunya diperjuangkan bareng sekarang diserahkan secara mutlak terhadap forum KKR Aceh, yang kehadirannya bukanlah impian para pembesar. 

Maka tidak mengherankan forum tersebut tetap selaku "unit kerja" forum lain yang "lemah gemulai sesuai ritme anggaran. Setali tiga duit dengan BRA, yang meskipun sudah berupa badan, tetapi sibuk dengan kegiatan-kegiatan yang sampai sekarang tidak bermuara pada pemenuhan hak-hak reintegrasi secara utuh. Bahkan, sering kali disalahgunakan seumpama rencana tour moge untuk perayaan Damai Aceh pada 15 Agustus lalu. Sekalipun acara itu sudah dibatalkan, tetapi tidak menetralisir jejak betapa acara reintegrasi tidak mencapai apa yang sebaiknya diintegrasikan.

Benarlah kata orang kita mewarisi watak buruk indatu. Cepat lupa pada kekejaman orang lain terhadap kita. Ataukah kita mewarisi perilaku pengecut alasannya yakni kita tidak punya keberanian yang cukup di hadapan orang lain yang pernah menghajar kita tanpa ampun. Kita terlalu penakut membela diri, terlalu penakut menegakkan marwah. Dasar inlander!

Bila kita seumpama ini, seribu perang pun tidak akan pernah sukses menyediakan kita ruang untuk berdiri sama tegak, duduk sama rendah. Sejuta pertentangan pun kita gelar, bangsa ini tetap kalah. Bukan alasannya yakni tangan dan kaki kita yang lemah. Tapi hati kita yang terlalu ringkih untuk menuntut siapapun yang menjalankan kejahatan terhadap kita.

Sahabat, sudah lupakah engkau pada bencana kemanusiaan di masa lalu, mengenai kekejaman pelaku perang atas nama nasionalisme. Atas nama kedaulatan, atas nama bangsa dan negara. Belum satupun di antara mereka yang meminta maaf. Belum satupun di antara mereka yang gagah berani berdiri di depan kita, mengakui semua kekejamannya terhadap kita di masa lalu. Bahkan, untuk menghasilkan tugu perayaan kekejaman itu, kita masih belum berani.

Konon lagi mendirikan Institut Perdamaian Aceh yang pernah digagas di permulaan tenang Aceh 15 tahun lalu.

Geutanyo bek lage kuk, asai kana cangguk ka meumada.

Penulis: Muhajir Juli

Related : Ingatan Kita Terlalu Pendek

0 Komentar untuk "Ingatan Kita Terlalu Pendek"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close