Adam Dan Hawa Terpedaya Alasannya Ingin Hidup Abadi Di Surga

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam mudah-mudahan tercurah terhadap junjungan kita nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam keluarga kawan dekat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.


Kisah berikut ini dikutip dari karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman”

Ada yang bertanya: “Mengapa Allah membinasakan musuh-musuh para nabi, tetapi Dia membiarkan Iblis, lawan Adam, tetap hidup?”

Rasulullah sholallau 'alaihi wassallam bersabda, 
“Seandainya Allah menginginkan untuk tidak dimaksiati, pasti Dia tidak bikin Iblis". 

Alasan lain, Iblis dibiarkan hidup yakni untuk menampilkan eksekusi bagi orang-orang yang kafir dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. 

Sebab, Allah mengasihi mereka apabila mereka menentang Iblis. Lagipula, Iblis sudah meminta terhadap Tuhannya mudah-mudahan diberi tempo hingga Hari Kebangkitan.

Setelah Adam turun dari mimbar, ia duduk di antara para malaikat. Kemudian Allah memunculkan ia tertidur sebab di dalam tidur itu ada ketenangan bagi badan. Ketika tidur, ia menyaksikan Hawa di dalam mimpinya, padahal Hawa belum diciptakan.

Dia terpikat kepadanya di saat melihatnya. Kemudian Allah keluarkan dari tulang rusuknya yang sebelah kiri. Dari tulang rusuk itu diciptakanlah Hawa sama seumpama bentuk Adam. 

Allah bikin Hawa dengan seindah-indahnya dan memberikannya seribu keindahan bidadari. Maka, jadilah Hawa perempuan tercantik di antara sekian perempuan yang kemudian menjadi anak-anaknya hingga Hari Kiamat.

Dia memiliki 700 kepangan rambut. Tingginya seimbang dengan Adam. Dia diberikan busana dan pemanis dari nirwana sehingga ia sungguh bersinar lebih terperinci ketimbang matahari.

Karena mimpi itu, Adam terbangun dari tidurnya dan ternyata ia mendapat Hawa sudah berada di sampingnya dan menjadikannya takjub. 

Adam terasuki syahwat kepadanya. Maka, dibilang terhadap Adam, “Janganlah engkau laksanakan (mengumpulinya) hingga engkau mengeluarkan duit maskawinnya.” Adam bertanya, “Maskawinnya apa?” Allah menjawab, “Aku melarangmu mendekati pohon hinthah (gandum). Engkau jangan menyantap buahnya. Itulah maskawinnya.”

Menurut suatu riwayat, Allah berfirman, 

“Berikanlah dulu maskawinnya.” Adam bertanya, “Maskawinnya apa?” Allah berfirman, “Maskawinnya yakni selawat terhadap nabi-Ku dan kekasih-Ku, yakni Muhammad.” 

Adam bertanya, “Siapa gerangan Muhammad itu?” Allah berfirman, “Dia yakni salah satu dari anakmu. Dia yakni nabi terakhir. Seandainya tidak ada dia, pasti Aku tidak akan bikin makhluk.”

Selanjutnya, Allah mengusap punggung Adam. Dari Adam, Dia mengeluarkan keturunannya yang aneka macam seumpama debu. Ada yang putih, yang hitam; ada pria dan ada juga wanita. Dia mengalirkan cahaya terhadap mereka dari cahaya-Nya.

Barangsiapa menangkap cahaya itu, maka ia menjadi orang yang beriman (Mu’min); dan orang yang tidak mengambilnya, akan menjadi kafir. 

Di antara mereka ada orang-orang yang mendapat cahaya yang berkilau. Adam bertanya, “Wahai Tuhanku, siapakah mereka itu?” Allah menjawab, “Mereka yakni para nabi dari keturunanmu, wahai Adam.”

Kemudian Allah mengawinkan Adam dengan Hawa. Itu terjadi pada hari Jumat menjelang sore hari. Oleh sebab itu, disunnahkan ijab kabul dilakukan di hari Jumat.

Menurut suatu riwayat, Adam itu lebih menarik ketimbang Hawa, tetapi Hawa lebih lembut. Kemudian Allah mengutus malaikat Ridwan, juru kunci surga, untuk mendekorasi gedung dan mendandani wildan (anak-anak yang ada di surga) dan para bidadari. 

Adam diberi kuda yang diciptakan dari minyak kesturi yang sungguh harum baunya, yang diberi nama Maimun, yang larinya cepat bagaikan kilat yang menyambar.

Ketika kuda itu sudah ada di hadapan Adam, maka Adam menungganginya. Dan Hawa diberi unta dari nirwana yang di atasnya ada haudah dari permata. Hawa naik ke haudah yang ada di atas unta itu. Selanjutnya, Jibril as memegang kontrol kuda. 

Mikail berlangsung di sebelah kanannya dan Israfil di sebelah kirinya. Mereka membawanya jalan-jalan ke semua pelosok langit.

Setiap kali melalui malaikat, Adam menampilkan salam terhadap mereka. Para malaikat berkata, “Betapa mulianya makhluk Allah ini.” Hawa ikut bersamanya, tetapi ia menunggangi unta. Para malaikat menjinjing mereka berkeliling hingga akibatnya mereka tiba ke pintu surga. Mereka berhenti sejenak di depan pintu surga.

Allah mewahyukan terhadap Adam, “Inilah surga-Ku dan rumah kemuliaan-Ku, masuklah kalian berdua ke dalamnya, dan makanlah kalian berdua makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kalian berdua sukai, dan janganlah kalian berdua dekati pohon ini, yang memunculkan kalian berdua tergolong orang-orang zalim.” (QS Al-Baqarah : 35).

Mereka berdua disaksikan oleh para malaikat; kemudian keduanya masuk ke dalam surga. Para malaikat menjinjing mereka berkeliling dan menampilkan tempat-tempat para nabi.

Tatkala mereka berdua hingga ke nirwana Firdaus, mereka berdua menyaksikan ranjang dari permata yang memiliki 700 kaki dari yakut merah dan di atasnya ada kasur dari sutera hijau.

Malaikat berkata, “Wahai Adam, tinggallah di sini bareng Hawa!” Maka, keduanya turun dan duduk di atas ranjang tersebut. Lalu mereka berdua disuguhi dua petikan anggur. Satu petikannya panjangnya sama dengan menempuh perjalanan sehari semalam.

Mereka berdua makan, minum, dan bermain-main di taman surga. Apabila Adam ingin berhubungan intim dengan Hawa, maka ia masuk ke dalam kubah yang yang dibikin dari permata dan zabarjud. Mereka berdua ditutupi oleh satir yang yang dibikin dari sutera. 

Dan apabila Hawa berjalan-jalan di dalam istana, maka di belakangnya diiringi oleh bidadari yang tidak terhitung jumlahnya.

Ibnu as-Sunni mengatakan, “Buah-buahan nirwana yang pertama kali dikonsumsi oleh Adam yakni nabq (rupanya seumpama teratai).” Ibnu Abbas ra mengatakan, “Yang pertama kali dikonsumsi oleh Adam yakni anggur dan buah-buahan surga; yang terakhir dikonsumsi olehnya yakni gandum.”

Di surga, Adam suka meminum arak. Apabila ia meminumnya, maka ia mendapat kebahagiaan yang bertambah. Barangsiapa meminum arak dunia, maka ia tidak akan sanggup meminum arak dari surga. Abu Nuwwas mengatakan:

Arak (merah) takkan sanggup meminimalisir kesedihan di sekitarnya. Ketika orang yang meminumnya terkena marabahaya, yang terasa olehnya yakni kebahagiaan.

Dia mengatakan, orang yang menanam gandum selalu tertimpa kepayahan dan kelelahan, baik dalam menanam maupun menuainya, hingga menjadikannya menjadi tepung sebab buah tersebut pertama kali dikonsumsi secara durhaka.

Diriwayatkan bahwa masakan yang pertama kali dikonsumsi oleh orang-orang mukmin di nirwana yakni anggur. An-Naisaburi mengatakan, “Yang pertama kali dikonsumsi oleh mereka yakni hati ikan yang memikul bumi sehingga penduduk nirwana tahu bahwa dunia sudah musnah.”

Dia mengatakan, di surga, Adam suka berkeliling-keliling. Ketika hingga ke tempat pohon hinthah (gandum), ia menjauhinya sebab perjanjian yang sudah dibuatnya dengan Allah untuk tidak menyantap buah pohon itu. Pohon gandum ini ialah pohon paling besar yang ada di surga. 

Tangkainya sarat dengan biji-bijian. Setiap bijinya seukuran kepala unta dan rasanya lebih manis ketimbang manisnya madu. Warnanya lebih putih dari susu.

Ketika Iblis mengenali Adam dan Hawa masuk ke dalam nirwana dan ia tahu bahwa Adam dihentikan menyantap buah dari pohon gandum, ia tiba mendekati pintu surga. Berdiri di sana sekitar 300 tahun dengan perkiraan waktu akhirat.

Iblis menanti yang tiba ke arah pintu surga. Setelah beberapa lama, datanglah seekor burung berbulu indah berjulukan Thawus (burung merak). 

Burung itu ialah raja burung yang ada di surga. Setelah melihatnya, si Iblis mendekatinya seraya berkata, “Wahai burung yang diberkahi, dari mana engkau datang?” Burung itu menjawab, “Dari kebunnya Adam.”

“Aku memiliki saran untukmu dan saya ingin engkau membawaku masuk ke sana bersamamu,” ujar Iblis membujuk.

“Mengapa engkau tidak masuk saja sendiri?” tanya Thawus.

“Aku ingin masuk secara sembunyi-sembunyi,” jawab Iblis.

“Tidak ada cara untuk itu, tetapi saya sanggup membawamu terhadap yang sanggup memasukkanmu secara sembunyi-sembunyi,” ujar Thawus menjanjikan.

Maka, berangkatlah Thawus menuju seekor ular yang di nirwana tidak ada yang lebih indah bentuknya daripadanya. Kepalanya berasal dari yakut merah. Kedua matanya berasal dari zabarjud hijau. Lidahnya berasal dari kafur, dan posturnya seumpama postur unta.

Thawus berkata kepadanya, “Di pintu nirwana ada seorang malaikat yang dimuliakan yang memiliki saran untukmu.”

Dengan cepat si ular tiba kepadanya. Maka, si Iblis berkata, “Bisakah engkau memasukkanku ke dalam nirwana secara sembunyi-sembunyi, saya punya saran untukmu.”

“Bagaimana cara menyiasati malaikat Ridwan?” ular bertanya.

“Bukakan mulutmu,” pinta iblis. Si ular membuka mulutnya kemudian Iblis masuk ke dalamnya dan berkata kepadanya, “Letakkan saya di akrab pohon gandum.”

Kemudian si ular menaruh Iblis di akrab pohon tersebut. Setelah keluar dari ekspresi ular, Iblis mengeluarkan seruling dan membunyikannya.

Adam dan Hawa mendengar bunyi seruling itu. Mereka pun mengunjungi asal bunyi itu. Ketika keduanya sudah hingga ke tempat pohon gandum, si Iblis berkata, “Wahai Adam, mendekatlah ke pohon ini.”

“Aku dihentikan mendekatinya,” jawab Adam menolak.

Iblis kemudian berkata, “Tuhanmu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan mudah-mudahan kau berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang awet (dalam surga).” (QS Al-A’raaf:20). Sebab, orang yang sudah menyantap buah dari pohon ini tidak akan menua dan tidak akan pikun.”

Lalu si Iblis bersumpah atas nama Allah bahwa pohon itu tidak akan membahayakan mereka berdua dan ia yakni orang yang menampilkan saran terhadap mereka berdua. 

Adam menyangka tidak akan ada satu pun yang berani bersumpah bohong atas nama Allah dan ia menyangka bahwa si Iblis tergolong yang menampilkan nasehat. Semakna dengan ini ada suatu syair berikut:

Sesungguhnya orang yang meminta saran terhadap para musuh, pastinya ia akan diberi balasan tipuan dan kerusakan.

Karena Hawa sungguh ingin awet berada di dalam surga, ia mendekati pohon tersebut dan menyantap buahnya. Ketika Adam menyaksikan Hawa sudah memakannya dan ternyata selamat tidak terjadi apa-apa, Adam pun maju dan menyantap buah itu setelah Hawa. 

Ketika buah itu hingga ke perutnya, maka hilanglah mahkota dari kepalanya dan lenyap juga perhiasan-perhiasannya.

Mengapa di saat Hawa sudah menyantap buah pohon itu pakaiannya tidak terlepas di saat itu juga, sementara di saat Adam memakannya, saat itu juga itu juga pakaiannya terlepas?

Seandainya busana Hawa terlepas di saat itu juga, pasti Adam akan kembali dan tidak akan menyantap buah pohon itu. 

Di samping itu, denda itu diberikan terhadap orang yang bersangkutan sebab perintah tersebut pertama kali diberikan terhadap Adam.

Sebagian ulama menyampaikan bahwa Adam menyantap sesuatu dari pohon itu di saat ia lupa. Allah berfirman: Dan sebenarnya sudah Kami perintahkan terhadap Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu)… (QS Thaha : 115). Dalam hal ini ada suatu syair berikut:

Sungguh saya sudah melupakanmu,
lupa toh sanggup dimaafkan.
Manusia yang pertama kali lupa
yakni insan yang pertama.

Setelah Adam as menyantap dari pohon tersebut, Allah mengutus terhadap Jibril untuk menggenggam ubun-ubun Adam dan Hawa dan mengeluarkan mereka berdua dari surga. Lalu Jibril mengeluarkan mereka berdua dari nirwana dan keduanya dinyatakan sudah bermaksiat.

Diriwayatkan, setelah Adam dan Hawa menyantap dari pohon itu, keduanya jadi telanjang. Lalu keduanya berkeliling mendekati pepohonan yang ada di nirwana untuk bikin epilog aurat dengan daun-daunnya. 

Ternyata pepohonan yang ada di nirwana mengelak dari mereka berdua. Hanya pohon Tin yang kasihan kepadanya. Pohon itu menutupi aurat Adam dengan daun-daunnya.

Menurut suatu riwayat, yang menutupi aurat Adam yakni kayu ‘ud (kayu gaharu berbau wangi). Oleh sebab itu, Allah memuliakan kayu tersebut dengan amis yang wangi dan memuliakan pohon Tin dengan buah manis yang tidak berbiji.

Menurut riwayat lain, dengan kayu Hana’ (sejenis pohon pacar). Oleh sebab itu, bekas yang ditinggalkan oleh pohon itu kelihatan baik dan bikin senang sehingga pohon tersebut disebut Hana’.

Ka’ab al-Ahbar mengatakan, “Setelah Adam telanjang, Allah mewahyukan kepadanya, ‘Datanglah kepada-Ku, Aku ingin melihatmu.’ Adam menjawab, ‘Wahai Tuhanku, saya tidak sanggup melakukannya. Sebab, saya aib kepada-Mu dan merasa hina.’” Dalam makna ini ada suatu syair:

Dengan satu kesalahan dan satu dosa saja,
insan terusir dari surga.
Maka bagaimana dengan beribu-ribu dosa
engkau berharap sanggup masuk ke sana?

Dia mengatakan, kemudian Jibril memegang tangan Adam, sementara Adam dalam kondisi telanjang dan tidak memakai tutup kepala. Jibril turun menjinjing Adam ke bumi di hari Jumat menjelang matahari terbenam. Adam diturunkan di suatu gunung yang ada di negeri India yang berjulukan Rahun.

Adapun Hawa, keindahan dan kecantikannya hilang. Dia dicoba dengan haid dan darinya diputuskan istilah nasab. Akibatnya, keturunan yang lahir kemudian disebut dengan bawah umur Adam, bukan bawah umur Hawa. 

Sebabnya yakni sebab ia bareng Iblis sudah mengelabui Adam; ia lebih dulu mengawali menyantap sesuatu dari pohon gandum itu.

Hawa diturunkan di akrab pantai maritim asin di Jeddah. Allah berfirman: “Turunlah kau sekalian; sebagian kau menjadi lawan bagi sebagian yang lain. Dan kau memiliki tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di paras bumi hingga waktu yang sudah ditentukan.” (QS Al-A’raaf : 24).

Adapun Iblis terlaknat, ia keluar dari tingkatan malaikat dan menjelma setan yang terkutuk. Ketika diturunkan dari surga, ia turun di tempat Irak sekitar kawasan Bashrah.

Ibnu ‘Abbas ra mengatakan, “Setelah Iblis diturunkan ke bumi, ia menikahkan diri dengan dirinya sendiri; kemudian ia bertelur sebanyak empat. 

Telur-telur itu ia pisahkan di setiap penjuru dunia. Jadi, semua setan yang ada di paras bumi ini berasal dari telur itu.”

Mujahid mengatakan, “Iblis menikah dengan ular yang dulu di nirwana ia masuk ke dalam mulutnya, di saat ular itu diturunkan ke bumi. Kemudian ular itu bertelur sebanyak empat.”

Sementara Thawus (burung merak), permata dan sebagian kecantikannya hilang. Dia juga diturunkan ke bumi dan turun di tanah Babil. Menurut suatu riwayat, ia diturunkan di tanah di Anthakiyah (Antioch, suatu kota di Turki).

Adapun ular, bentuknya berubah dan kemudian ia memiliki bisa. Penyebabnya yakni sebab Iblis bersembunyi di bawah taringnya mudah-mudahan ia membawanya ke dalam surga. Si Iblis bikin pengecap ular menjadi bisu dan berlangsung merayap di atas perutnya. Dia diturunkan ke bumi Ishfahan.

Ibnu Abbas ra menyampaikan bahwa Adam dan Hawa tinggal di nirwana selama setengah hari menurut perkiraan hari akhirat, yakni seukuran 500 tahun menurut perkiraan dunia.

Setelah Adam turun ke bumi, kepadanya Allah menimpakan tidur sehingga ia tertidur. Hal itu juga ditimpakan terhadap semua yang ada di bumi, dari mulai hewan kecil, hewan liar, burung, dan semua makhluk yang bernyawa. Sebelum itu tidak dimengerti adanya tidur. Hari ditimpakannya tidur itu disebut hari Sabtu.

Related : Adam Dan Hawa Terpedaya Alasannya Ingin Hidup Abadi Di Surga

0 Komentar untuk "Adam Dan Hawa Terpedaya Alasannya Ingin Hidup Abadi Di Surga"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close