Salah Satu Kemaksiatan Hati Yang Sungguh Berbahaya

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang senantiasa dirahmati dan Istiqomah.

Dosa besar itu tidak cuma terbatas terhadap amalan-amalan lahiriah, sebagaimana asumsi orang banyak, akan namun kemaksiatan yang lebih besar dosanya dan lebih berbahaya merupakan yang ditangani oleh hati manusia.

Amalan yang ditangani oleh hati insan yakni lebih besar dan lebih utama ketimbang amalan yang ditangani oleh anggota tubuhnya. Begitu pula halnya kemaksiatan yang ditangani oleh hati insan juga lebih besar dosanya dan lebih besar bahayanya.

Al-Qur’an sudah menyebutkan terhadap kita dua bentuk kemaksiatan yang mula-mula terjadi setelah terciptanya Adam dan setelah dia diposisikan di surga.

Pertama, kemaksiatan yang ditangani oleh Nabi Adam dan istrinya di saat dia mengkonsumsi buah dari pohon yang dihentikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Itulah jenis kemaksiatan yang berhubungan dengan amalan-amalan anggota tubuh yang lahiriah, yang didorong oleh kelupaan dan kehabisan kehendak manusia; sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala: 

وَلَقَدْ عَهِدْنَآ إِلَىٰٓ ءَادَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِىَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُۥ عَزْمًا

“Dan sebenarnya sudah Kami perintahkan terhadap Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.” (QS Thaha: 115)

Iblis terlaknat tidak menyia-nyiakan potensi itu, yakni di saat Adam lupa dan lemah kekuatannya. Iblis menampakkan terhadap Adam dan istrinya bahwa larangan Allah untuk mengkonsumsi buah pohon itu selaku sesuatu yang indah. Ia mendustai mereka, dan prospektif sesuatu terhadap mereka sehingga mereka terjatuh ke dalam janji-janji manis Iblis.

Akan tetapi, Nabi Adam dan Siti Hawa secepatnya tersadarkan kepercayaan yang bersemayam di dalam hati mereka, dan mereka mengenali bahwa mereka sudah melanggar larangan Allah; kemudian mereka bertobat terhadap Tuhannya, dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menerima tobat mereka:

وَعَصَىٰٓ ءَادَمُ رَبَّهُۥ فَغَوَىٰ

ثُمَّ ٱجْتَبَٰهُ رَبُّهُۥ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَىٰ

“… dan durhakalah Adam terhadap Tuhan dan sesatlah ia. Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menemukan tobatnya dan memberinya petunjuk.” (QS Thaha: 121-122)

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Keduanya berkata, “Ya yang kuasa kami, kami sudah menganiaya diri kami sendiri, dan bila Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat terhadap kami, tentu pastilah kami tergolong orang-orang yang merugi.” (QS al-A’raf: 23)

فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

“Kemudian Adam menemukan beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menemukan tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS al-Baqarah: 37)

Kedua, kemaksiatan yang ditangani oleh Iblis di saat dia ditugaskan oleh Allah –bersama para malaikat– untuk bersujud terhadap Adam selaku penghormatan kepadanya, yang diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan kedua tangan-Nya, kemudian Dia tiupkan ruh kepadanya.

Allah berfirman dalam Surat al-Hijr: 30-35:

فَسَجَدَ الۡمَلٰۤٮِٕكَةُ كُلُّهُمۡ اَجۡمَعُوۡنَۙ
اِلَّاۤ اِبۡلِيۡسَؕ اَبٰٓى اَنۡ يَّكُوۡنَ مَعَ السّٰجِدِيۡنَ
قَالَ يٰۤاِبۡلِيۡسُ مَا لَـكَ اَلَّا تَكُوۡنَ مَعَ السّٰجِدِيۡنَ
قَالَ لَمۡ اَكُنۡ لِّاَسۡجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقۡتَهٗ مِنۡ صَلۡصَالٍ مِّنۡ حَمَاٍ مَّسۡنُوۡنٍ
قَالَ فَاخۡرُجۡ مِنۡهَا فَاِنَّكَ رَجِيۡمٌۙ‏
وَّاِنَّ عَلَيۡكَ اللَّعۡنَةَ اِلٰى يَوۡمِ الدِّيۡنِ

Maka bersujudlah para malaikat itu seluruhnya bersama-sama. Kecuali Iblis. Ia enggan ikut gotong royong para (malaikat) yang sujud itu. Dia (Allah) berfirman, “Wahai Iblis! Apa sebabnya kau (tidak ikut) sujud bareng mereka?”

Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud terhadap insan yang Engkau sudah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” Dia (Allah) berfirman, “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, lantaran sebenarnya kau terkutuk. Dan sebenarnya kutukan itu tetap menimpamu hingga hari Kiamat kelak.”

Itulah keengganan dan arogansi terhadap perintah Allah sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Dan (ingatlah) di saat Kami berfirman terhadap para malaikat: "Sujudlah kau terhadap Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan yakni ia tergolong kelompok orang-orang yang kafir. (QS al-Baqarah: 34)

Iblis membantah dan berkata terhadap Tuhannya dengan sombongnya:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (QS al-A’raf: 12)

Menurut Syaikh Yusuf Qardawy dalam buku "Fiqih Prioritas, Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah", perbedaan antara kedua bentuk kemaksiatan tersebut merupakan bahwa kemaksiatan Adam yakni kemaksiatan yang ditangani oleh anggota tubuh yang tampak, kemudian dia secepatnya bertobat.

Sedangkan kemaksiatan Iblis yakni kemaksiatan dalam hati yang tidak tampak; yang sudah barang pasti akan diberi jawaban yang sungguh jelek oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kami berlindung terhadap Allah dari segala kemaksiatan tersebut.

Syaikh Yusuf Qardawy menjelaskan, tidak heranlah bahwa setelah itu tiba perayaan yang sungguh keras terhadap kita dari melakukan kemaksiatan dalam hati, yang digolongkan terhadap dosa-dosa besar.

"Kebanyakan kemaksiatan dalam hati itu yakni pendorong terhadap kemaksiatan besar yang ditangani oleh anggota tubuh kita yang tampak; dalam bentuk meninggalkan apa yang ditugaskan oleh Allah, atau melakukan segala larangannya," tuturnya.

Kesombongan

Sebagaimana yang kita pahami dari dongeng Iblis bareng dengan Adam, arogansi sanggup mendorong terhadap penolakan terhadap perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Allah berfirman:

قَالَ لَمْ أَكُن لِّأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُۥ مِن صَلْصَٰلٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ

Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud terhadap insan yang Engkau sudah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" (QS al-Hijr: 33)

قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ ۖ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍ

Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, lantaran Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS Shad: 76)

Atas dasar itulah kita diperingatkan untuk tidak melakukan arogansi dan melakukan penghinaan terhadap orang lain; sehingga Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam bersabda,

“Tidak akan masuk nirwana orang yang di dalam hatinya terdapat setitik kesombongan.” (Muttafaq 'Alaih dari Abdullah bin Amr, al-Lu'lu' wal-Marjan)

Dalam suatu hadis qudsi disebutkan, “Kemegahan yakni kain-Ku, arogansi yakni selendang-Ku, dan barangsiapa yang merebutnya dari-Ku, maka Aku akan menyiksanya.” (HR Muslim dalam al-Iman, dari Ibn Mas'ud (147).

Selain dari hadits-hadits tersebut, al-Qur’an dalam banyak sekali ayatnya mencela orang yang melakukan kesombongan, dan menerangkan bahwa arogansi menghambat banyak orang untuk beriman terhadap Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam, sekaligus menjerumuskan diri mereka ke neraka Jahanam:

فَٱدْخُلُوٓا۟ أَبْوَٰبَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۖ فَلَبِئْسَ مَثْوَى ٱلْمُتَكَبِّرِينَ

“Maka masuklah pintu-pintu neraka Jahanam, kau awet di dalamnya. Maka amat buruklah daerah orang-orang yang menyombongkan diri itu (QS an-Nahl: 29)

إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْتَكْبِرِينَ

“… Sesungguhnya Allah tidak menggemari orang-orang yang sombong.” (QS an-Nahl: 23)

ؕ كَذٰلِكَ يَطۡبَعُ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ قَلۡبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ

“… Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang arogan dan sewenang-wenang.” (QS Ghafir: 35)

سَأَصْرِفُ عَنْ ءَايَٰتِىَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِن يَرَوْا۟ سَبِيلَ ٱلْغَىِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَكَانُوا۟ عَنْهَا غَٰفِلِينَ

“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di wajah bumi tanpa argumentasi yang benar dari gejala kekuasaan-Ku…” (QS al-A’raf: 146)

Selain iblis, Raja Namrudz di masa kiprah Nabi Ibrahim atau Firaun di zaman dakwah Nabi Musa Alaihima as-salam (As) ada dua di antara banyak orang arogan yang tercatat dalam Kitab Suci.

Keduanya yakni pola insan besar kepala di zamannya masing-masing. Mereka yakni ikon insan terangkuh sepanjang sejarah kehidupan yang ada. Khusus nama yang disebut terakhir, sederet “prestasi” menjadi pengesah sematannya selaku insan paling arogan di dunia.

"Aku yakni Tuhan kalian Yang Mahatinggi," demikian deklarasi lancang Firaun di saat didakwahi oleh Nabi Musa.

Allah berfirman: “Dan katakanlah (kepada Firaun): Adakah impian bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu mudah-mudahan agar kau takut kepada-Nya? Lalu Musa berbincang kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berupaya menantang (Musa). Maka dia menghimpun (pembesar-pembesarnya) kemudian berseru mengundang kaumnya. (Seraya) berkata: Akulah Tuhanmu yang paling tinggi. Maka Allah mengazabnya dengan azab di Akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Naziat [79]: 18-25).

Ibarat wadah kepercayaan berisi air, arogan yakni minyak yang tak bisa mencampurinya. Nabi menegaskan, tidak masuk nirwana orang yang di hatinya terdapat bibit keangkuhan meski sebessar biji sawi.

Dari Abdullah Bin Mas’ud radhiayallahu’anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassallam, dia bersabda:

وعن عبداللّه بن مسعودرضى اللّه عنه عن النّبىّ صلّى اللّه عليه وسلّم قال : لايدخل الجنّةمن كان فى قلبه مثقال ذرّةمن كبر ، فقال رجل : انّ الرّجل يحبّ ان يكون ثوبه حسناونعله حسنة ، قال : انّ اللّه جميل يحبّ الجمال . الكبر : بطرالحقّ وغمط النّاس (رواه مسلم)٠

“Tidak akan masuk nirwana orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan.” Salah seorang shahabat lantas bertanya: “Sesungguhnya seseorang bahagia bila bajunya elok dan sandalnya baik?” Maka dia bersabda: “Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan bahagia dengan keindahan, Al-Kibru (sombong) yakni menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR Muslim dalam Shahih-nya).

Dalam sebutan lain, ada dua kelompok insan yang tak bisa menemukan ilmu, orang yang aib (tidak pada tempatnya) dan orang yang arogan (takabbur).

Tak berlebihan kiranya bila Ibnu ‘Athoillah as-sakandari menyatakan,

معصية أورثت ذلا وافتقارا خير من طا عة أورثت عزا واستكبارا

Maksiat yang melahirkan kehinaan dan kefakiran jauh lebih baik ketimbang ketaatan yang melahirkan rasa gembira dan sombong.

Bagaimana tidak akan menjadi lebih baik bila orang yang maksiat saja merasa dirinya hina (sadar dengan kesalahannya) di hadapan Allah, senantiasa berharap pengampunan dan tidak henti-hentinya meminta ampun terhadap Allah.

Sementara orang yang taat terkadang merasa dirinya lebih baik ketimbang yang lain, seolah-seolah tak ada satupun yang dapat sepertinya. Maka terang sekali perkataan Ibnu ‘Athoillah as-sakandari bahwa kemaksiatan yang melahirkan kehinaan dan kafakiran jauh lebih baik ketimbang ketaatan yang melahirkan rasa gembira dan sombong. Wallahu a’lam

Related : Salah Satu Kemaksiatan Hati Yang Sungguh Berbahaya

0 Komentar untuk "Salah Satu Kemaksiatan Hati Yang Sungguh Berbahaya"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close