Mari Bersyukur Bila Mahasiswa Memiliki Sense Of Crisis

Beberapa bulan kemudian aku memuji mahasiswa yang berdemo di kantor gubernur menolak tambang emas PT EMM. Sebab dari pencarian saya, banyak hal negatif yang menimpa penduduk sekitar lokasi tambang khususnya.

Dalam persepsi saya, dunia dengan segenap penghuninya ini dilarang menzalimi siapapun. Karena Rasululllah Saw mengingatkan kita, "La dharara, wa la dhirara", Tidak boleh berbuat kemudharatan dan berbalas kemudharatan".

Oleh alasannya yakni itu, bagi aku saat mahasiswa mulai menyaksikan dunia dengan banyak sekali problematikanya, menyerupai adanya praktek2 mengakibatkan kemudharatan bagi org lain, maka itu yakni pertumbuhan faktual dalam perjalanan intelektual dan kepekaan mereka.

Aksi mahasiswa yang murni timbul lantaran kepekaan sosial mereka menurut aku yakni sesuai dengan qaidah fiqh turunan dari hadis Nabi di atas: "adhdhararu yudfa'u 'ala qadri al-imkan". Kemurdharatan dihilangkan semaksimal mungkin walaupun tidak akan hilang semuanya".

Adalah kerugian besar bagi masa depan jika bangsa ini dipenuhi oleh intelektual2 yang tak punya kepekaan sosial.

Yang aku pahami, kalau di dingklik kuliah mahasiswa tidak sudah biasa memiliki sense of crisis (kepekaan kepada suatu suasana), itu artinya ia gagal jadi mahasiswa. Sekaligus juga kegagalan bagi org2 yang mendidiknya.

Dan demo, hanyalah luapan perasaan mulut untuk berdemokrasi, menyodorkan perilaku mereka.Ketika seorang mahasiswa turun ke jalan berdemonstrasi, itu artinya DIA SUDAH PUNYA PIKIRAN. SUDAH MEMILIKI KEPEKAAN SOSIAL.

Jadi itu hal positif. Jangan dibenci. Jangan dimusuhi. Arahkan mereka untuk berani bicara dan agresi dengan syarat jangan sekali2 melakukan agresi vandalisme dan anarkis.

Coba bayangkan betapa banyak di antara mahasiswa yang sibuk dengan game online. Banyak mereka tidak mau tahu apapun tentang lingkungan mereka. Mereka larut dalam dunia game yang melalainkan.

Mereka telah semestinya mengenali dan mengerti setiap problematika bangsa. Ke depan, kita menghendaki mereka akan cekatan untuk mengakhiri satu persatu dari banyak sekali perkara bangsa ini.

Tapi jika dari dingklik kuliah mereka membisu terkungkung, maka telah niscaya tidak ada perkara bangsa ini yang sanggup mereka tuntaskan di kemudian hari. Bahkan mungkin mereka akan menyaksikan perkara selaku mashlahah.

Penulis: Teuku Zulkhairi