Kisah Hadirnya Air Zam-Zam, Telah Tahu? Bukan Hoax Ini!

Kisah Munculnya Air Zam-zam, Sudah Tahu? Bukan Hoax ini! Anda pernah pergi haji atau umrah? Jika iya, sanggup dinyatakan tetapi dengan pertanyaan: "Anda pernah minum air zam-zam ya?" Atau malah sehari-hari Anda memakan air zam-zam?
Bahkan yang belum pernah ke Makkah untuk haji atau umrah saja pada biasanya mungkin sudah per Kisah Munculnya Air Zam-zam, Sudah Tahu? Bukan Hoax ini!

Bahkan yang belum pernah ke Makkah untuk haji atau umrah saja pada biasanya mungkin sudah pernah minum air zam-zam ini. Seringnya dikasih oleh orang-orang yang gres pulang dari tanah haram atau pulang dari Saudi Arabia. Entah haji, umrah, kerja, dan yang lainnya. Atau sanggup jadi juga air zam-zam beli sendiri.

Jika sudah pernah minum air zam-zam, kini pertanyaannya: "Tahukah sejarah hadirnya air zam-zam ini?". Air zam-zam merupakan air yang "istimewa". Air yang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala diberikan spesialisasi bagi peminumnya. Zam-zam sesuai dengan tujuan orang yang ingin meminumnya.

Berikut ini hadits cukup panjang dalam Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi yang diriwayatkan oleh imam Bukhari. Berikut terjemah haditsnya. Selamat membaca, biar bermanfaat.

Baca juga:

"Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Ibrahim a.s. tiba - di Makkah yang dahulu disebut Faran -dengan membawa ibunya Ismail - yakni Hajar - serta anaknya laki-laki yakni Ismail. Ibunya itu menyusui anaknya, sehingga Ibrahim a.s. menempatkan isterinya itu di bersahabat Baitullah, di segi suatu pohon besar yang ada di sebelah atas Zamzam yakni di Masjidul Haram yang sebelah atas sendiri.

Di Makkah pada sewaktu itu belum ada seorangpun dan di situ tidak pula ada airnya. Di situlah Ibrahim a.s. menempatkan isteri dan puteranya. Di sisi kedua orang ini olehnya diletakkanlah suatu wadah - dari kulit - berisi kurma dan suatu tempat air yang berisi air. Ibrahim a.s. kemudian membelakang - yakni meninggalkan Hajar dan Ismail - terus berangkat. Ibu Ismail mengikuti suaminya, kemudian berkata: "Ke manakah anda hendak pergi dan mengapa anda meninggalkan kita di lembah ini, tanpa ada seseorangpun sebagai mitra dan tidak ada sesuatu apapun?" Hajar berkata demikian itu berulang kali, namun Ibrahim a.s. samasekali tidak menoleh kepada-nya.

Kemudian Hajar berkata: "Adakah Allah yang mengutus anda berbuat semacam ini?" Ibrahim a.s. menjawab: "Ya." Hajar berkata: "Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan nasib kita." Ibu Ismail kemudian kembali ke tempatnya semula. 

Ibrahim a.s. berangkatlah, sehingga sewaktu dia itu tiba di Tsaniyah - di tempat Hajun, di sesuatu tempat yang tidak dilihat oleh mereka - yakni Hajar dan anaknya, kemudian menghadap kiblat dengan parasnya yakni ke Baitullah, terus berdoa dengan doa-doa yang tersebut di bawah ini. Beliau a.s. mengangkatkan kedua tangannya, kemudian mengucapkan, sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran, yang artinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya menempatkan keturunanku di suatu lembah yang tiada berpohon -yakni tandus," hingga pada: "semoga mereka itu bersyukur."

Ibu Ismail menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu, sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dan iapun haus, juga anaknyapun haus pula. Ibu itu menyaksikan anaknya ber-gulung-gulung di tanah, atau katanya: bergulat dengan tanah sambil memukul-mukulkan dirinya di atas tanah itu, kemudian ibunya itu ber-angkat lantaran tidak tahan menyaksikan keadaan anaknya semacam itu. Hajar menyaksikan sekelilingnya dan tampaklah olehnya bahwa Shafa merupakan sedekat-dekat gunung di bumi yang ada di samping dirinya, iapun kemudian menuju ke puncak gunung ini dan bangun di atasnya, kemudian ia menghadap ke lembah, menyaksikan di situ, kalau-kalau dapat melihat seseorang manusia, namun tidak ada. Selanjutnya ia turun dari Shafa, sehingga setelah ia hingga di lembah lagi, iapun mengangkat gamisnya, terus berjalan lagi bagaikan jalannya se-seorang yang sedang dalam kesukaran - yakni berlari-lari, sehingga lembah itu dilampauinya, kemudian mendatangi Marwah, bangun di atas puncak Marwah ini, menengok ke lembah, kalau-kalau ada seseorang insan yang sanggup dilihat olehnya. Tetapi tidak ada, sehingga Hajar melakukan sedemikian itu sebanyak tujuh kali -yakni pergi bolak-balik antara Shafa dan Marwah."

Ibnu Abbas berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Oleh alasannya merupakan itu para manusia - dalam melakukan ibadat haji meneladan kelakuan Hajar tersebut, bersa'i - yakni berlari-lari kecil - antara Shafa dan Marwah." Keduanya ini bukan gunung yang sebenarnya, namun hanyalah tanah yang agak meninggi letaknya.

Ibnu Abbas melanjutkan keterangannya:
"Setelah ia berada di atas Marwah - yakni tujuh perjalanan yang terakhir, lalu ia mendengar suatu suara. Kemudian ia berkata: "Diamlah" yang dimaksudkan merupakan terhadap dirinya sendiri - yang disuruh membisu untuk memperhatikan bunyi apa itu. Selanjutnya didengarlah dengan penuh perhatian, kemudian sekali lagi sanggup di-dengarnya bunyi tersebut. Iapun terus berkata: "Anda sudah memperdengarkan bunyi terhadap saya, maka segerakanlah memberikan bantuan terhadap kita, jikalau memang sengaja akan memberikan pertolongan."

Tiba-tiba di situ tampaklah oleh Hajar ada seorang malaikat di dekat tempat sumur zamzam - yang di waktu itu belum keluar airnya. Malaikat itu meneliti dengan kakinya, atau katanya: Dengan sayapnya, sehingga keluarlah airnya. Hajar mulai melakukan pekerjaan menghasilkan tempat air itu bagaikan bentuk danau - yang dibulatkan - dan dengan tangannya ia melakukan itu sedang mulutnya mengucapkan: "Ah, beginilah yang saya harapkan." Hajar menciduk air itu dan meletakkannya dalam tempat airnya. Air zamzam itu terus menyumber dengan derasnya setelah diciduk olehnya."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Dengan sekedar cidukan yang dilakukan oleh Hajar."

Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Semoga Allah menampilkan kerahmatanNya terhadap ibu Ismail, andaikata ia meninggalkan zamzam itu - yakni tidak diciduk-nya, pasti akan meluap airnya ke seluruh bumi."

Atau sabdanya: "Andaikata ibu Ismail itu tidak menciduk air zamzam tadi, niscayalah zamzam itu akan merupakan mata air yang sanggup mengalir luar biasa - yakni sanggup menyanggupi seluruh permukaan bumi."

Ibnu Abbas melanjutkan: "Ibu Ismail kemudian minum dan sanggup lagi menyusui anaknya."

Malaikat berkata kepadanya: "Janganlah anda takut akan binasa di sini, sebab di sini nanti akan didirikanlah suatu Rumah Allah -yakni Baitullah yaitu Ka'bah. Yang mendirikan merupakan anak ini beserta ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang berbakti terhadap Allah - yang tentu ingin berziarah ke Baitullah ini."

Tempat Baitullah itu meninggi di atas bumi, bagaikan tanah tinggi, yang akan dihadiri oleh beberapa banjir, kemudian menghancurkan sebagian kanan dan sebagian kirinya.

Demikianlah kondisi Hajar dengan anaknya, sehingga pada suatu ketika berlalulah di tempat mereka itu sekelompok kawanan yang sedang mengadakan perjalanan dari golongan suku Jurhum. Atau yang tiba itu adalah sekeluarga dari golongan suku Jurhum yang menuju ke suatu tempat
dari jalan Kada'. Mereka turun -yakni berhenti - di belahan bawah kota Makkah. Mereka menyaksikan ada burung sedang melayang seolah-olah mengelilingi air. Kata mereka: "Burung ini pastilah melayang mengelilingi suatu mata air. Niscayalah tempat keselamatan kita merupakan di lembah ini, alasannya merupakan ada air di tempat itu. Selanjutnya dikirimkanlah seseorang atau dua orang delegasi yang dapat berlari cepat menuju lembah tersebut dan mereka betul-betul dapat menemukan tempat air. Utusan-utusan itu kembali terus memberitahukan kepada orang-orang Jurhum. Mereka semua tiba mendekati dan di waktu itu ibu Ismail sedang ada di tempat air tersebut. Mereka berkata: "Apakah anda suka membolehkan kita kalau berdiam saja di segi anda di sini?" la menjawab: "Baiklah, namun samasekali engkau semua tidak ada hak atas air ini." Mereka berkata: "Baiklah."

Kedatangan orang-orang Jurhum itu berkenan sekali dalam hati ibu Ismail, lantaran bahwasanya ia bahagia untuk berkawan. Orang-orang Jurhum itu menyuruh semua keluarganya agar tiba di situ dan akhirnya semuanyapun berdiam di situ, bersama-sama. Di antara orang-orang Jurhum itu banyak yang luar biasa dalam ilmu persyairan - yakni puisi dan kesusasteraan bahasa Arab. Anak Hajar -yakni Ismail - makin hari makin besar dan belajar bahasa Arab dari mereka. Anak ini membuat kegembiraan serta
membuat mereka menjadi kagum setelah ia berkembang selaku seorang pemuda.

Setelah Ismail cukup dewasa, mereka mengawinkannya dengan seseorang wanita dari suku Jurhum itu. Sementara itu ibu Ismail -yakni Hajar -
wafatlah." (Riyadhus Sholihin hadits no. 1864, riwayat Bukhari)

Nah demikian dongeng konkret menurut hadits shahih wacana sejarah muncuknya air zam-zam. Semoga berfaedah dan memperbesar ilmu wawasan kita semua.

Related : Kisah Hadirnya Air Zam-Zam, Telah Tahu? Bukan Hoax Ini!

0 Komentar untuk "Kisah Hadirnya Air Zam-Zam, Telah Tahu? Bukan Hoax Ini!"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close