Orang renta sering tak menerka bahwa kondisi yang menciptakan anak stres sanggup terjadi di rumah sendiri. Mereka berpikir, paparan dari luar, menyerupai sekolah, yang sering menciptakan anak menjadi pemurung, pemarah, sering uring-uringan, atau menjadi pendiam.
Terciptanya kondisi yang menciptakan anak stres sanggup dipicu oleh sikap orang dewasa. Mereka yang melaksanakan hal tersebut biasanya tidak sadar dan melakukannya dalam jangka waktu yang lama.
Akibat sikap tidak menyenangkan dari orang dewasa, bukan tak mungkin anak yang stres tumbuh menjadi langsung pembangkang dan menganggap rumahnya bukan sebagai “rumah”.
Gejala stres pada anak
Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, setidaknya ada lima tanda bahwa anak Anda mengalami stres. Tanda stres yang dimaksud, antara lain:
Perubahan sikap yang negatif
Pemurung, pemarah, dan berangasan (suka menyerang, memukul, dan berteriak) termasuk ke dalamnya. Mereka juga berani berbicara kasar kepada yang lebih tua, tak semangat untuk melaksanakan hobinya, tak mau belajar, atau selalu “menempel” pada orang tertentu.
Misalnya, yang jahat yakni kakaknya yang sudah besar, maka anak itu tidak akan mau jauh dari orang tuanya. Begitu pula sebaliknya. Jika beliau mendapat sikap tidak menyenangkan dari orang tuanya, si anak akan cenderung sangat bersahabat dan tak mau pisah dari kakaknya.
Mengompol
Kontrol kandung kemih melemah ketika sedang stres. Itulah sebabnya, anak akan sering mengompol ketika stres.
Sering mengalami mimpi buruk
Anak yang sedang stres akan menolak ketika disuruh tidur lantaran takut akan mimpi buruk.
Perubahan rujukan makan
Anak yang stres sanggup jadi makan terlalu sedikit atau sangat banyak.
Alami gangguan pencernaan
Anak yang sedang stres sering mengeluhkan nyeri perut dan ada perubahan rujukan buang air besar.
Berbagai kondisi yang menciptakan anak stres di rumah
Penyebab stres atau stressor pada anak sangat beragam. Untuk itu, kenalilah stressor di bawah ini demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Terlalu sering melarang
Di usia 4-6 tahun, anak sedang berada di zona kreatif dengan keingintahuan yang sangat tinggi. Sayangnya, kreativitas, rasa ingin tahu, dan daya eksplorasinya kerap dianggap sebagai kenakalan oleh orang tua. Alhasil, beliau akan selalu mendapat larangan, larangan, larangan dan berujung pada stres.
Bahkan, tak jarang Anda melarangnya tanpa alasan yang jelas. Boleh saja Anda melindungi anak dari ancaman atau supaya tidak terlalu mengganggu, asalkan, berikan klarifikasi mengapa hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan. Tujuannya, semoga beliau mengerti segala konsekuensinya.
Perilaku orang renta yang tidak konsisten
Baru saja melarang si Kecil terkait tindakan sesuatu, tetapi Anda juga melaksanakan hal yang sama. Bahkan, Anda melakukannya di depan mereka. Kalau sudah begitu, akan timbul kebingungan perihal mana yang benar dan mana yang salah.
Anak pun cenderung akan “merekam”, tersinggung, dan membantah ketika Anda menegurnya kembali. Karena apa? Karena Anda juga melakukannya. Si Kecil pun bahkan sanggup melaksanakan hal jelek itu di luar rumah.
Tidak diperbolehkan untuk menangis
Ini biasanya terjadi pada anak laki-laki. Sebab, orang renta menginginkan bocah laki-lakinya tumbuh menjadi langsung yang kuat. Tak salah memang, tapi tak mesti selalu begitu.
Setiap anak berhak untuk mengatakan emosinya, sekalipun itu dengan tangisan. Apalagi bila benar-benar terluka, kasihan sekali bila tak boleh menangis. Tanpa disadari, sikap menahan perasaan menyerupai itu akan menyebabkan rasa stres dan takut dianggap lemah oleh orang lain.
Pertengkaran orang tua
Sistem keamanan yang paling dasar didapatkan anak dari orang tuanya. Apabila yang beliau dapatkan selama ini hanyalah pertengkaran jago dari orang tuanya, bahkan hingga mengatakan kekerasan fisik, si Kecil akan mencicipi stres kemudian trauma.
Bukan tak mungkin di kemudian hari beliau justru tumbuh menjadi orang yang takut dengan ijab kabul atau justru menggandakan sikap abusive tersebut. Jika tidak ingin anak stres di rumah, ciptakanlah suasana yang hangat dan menyenangkan. Setiap ada masalah, bicarakanlah baik-baik.
Aktivitas yang terlalu padat
Orang renta mana yang tak ingin anaknya berprestasi? Saking inginnya punya anak yang jenius, Anda mendaftarkan si Kecil untuk belajar khusus dengan banyak sekali bidang. Mulai dari les piano, les menggambar, les menari, les matematika, hingga les bahasa Inggris.
Padahal, belum dewasa belum tentu siap untuk mendapat segudang kegiatan menyerupai itu. Bukannya senang, anak justru sanggup stres lantaran kebanyakan les. Lebih baik, fokuskan saja lesnya pada bidang yang beliau minati. Misalnya, selama ini beliau bahagia berjoget bila mendengar alunan musik, daftarkanlah les menari.
Sebenarnya, masih banyak kondisi yang menciptakan anak stres di rumah. Untuk mencegah kondisi itu terjadi, ciptakan suasana menyenangkan di rumah. Pertimbangkan pula sudut pandang si Kecil ketika Anda ingin melaksanakan atau memutuskan sesuatu. Tak ada salahnya juga Anda bertanya atau berdiskusi dengan anak. Dengan membiarkan anak terbuka dan mengungkapkan isi hatinya, risiko stress pada anak pun sanggup dikurangi.
Sumber: https://www.klikdokter.com
Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, setidaknya ada lima tanda bahwa anak Anda mengalami stres. Tanda stres yang dimaksud, antara lain:
Perubahan sikap yang negatif
Pemurung, pemarah, dan berangasan (suka menyerang, memukul, dan berteriak) termasuk ke dalamnya. Mereka juga berani berbicara kasar kepada yang lebih tua, tak semangat untuk melaksanakan hobinya, tak mau belajar, atau selalu “menempel” pada orang tertentu.
Misalnya, yang jahat yakni kakaknya yang sudah besar, maka anak itu tidak akan mau jauh dari orang tuanya. Begitu pula sebaliknya. Jika beliau mendapat sikap tidak menyenangkan dari orang tuanya, si anak akan cenderung sangat bersahabat dan tak mau pisah dari kakaknya.
Mengompol
Kontrol kandung kemih melemah ketika sedang stres. Itulah sebabnya, anak akan sering mengompol ketika stres.
Sering mengalami mimpi buruk
Anak yang sedang stres akan menolak ketika disuruh tidur lantaran takut akan mimpi buruk.
Perubahan rujukan makan
Anak yang stres sanggup jadi makan terlalu sedikit atau sangat banyak.
Alami gangguan pencernaan
Anak yang sedang stres sering mengeluhkan nyeri perut dan ada perubahan rujukan buang air besar.
Berbagai kondisi yang menciptakan anak stres di rumah
Penyebab stres atau stressor pada anak sangat beragam. Untuk itu, kenalilah stressor di bawah ini demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Terlalu sering melarang
Di usia 4-6 tahun, anak sedang berada di zona kreatif dengan keingintahuan yang sangat tinggi. Sayangnya, kreativitas, rasa ingin tahu, dan daya eksplorasinya kerap dianggap sebagai kenakalan oleh orang tua. Alhasil, beliau akan selalu mendapat larangan, larangan, larangan dan berujung pada stres.
Bahkan, tak jarang Anda melarangnya tanpa alasan yang jelas. Boleh saja Anda melindungi anak dari ancaman atau supaya tidak terlalu mengganggu, asalkan, berikan klarifikasi mengapa hal tersebut sebaiknya tidak dilakukan. Tujuannya, semoga beliau mengerti segala konsekuensinya.
Perilaku orang renta yang tidak konsisten
Baru saja melarang si Kecil terkait tindakan sesuatu, tetapi Anda juga melaksanakan hal yang sama. Bahkan, Anda melakukannya di depan mereka. Kalau sudah begitu, akan timbul kebingungan perihal mana yang benar dan mana yang salah.
Anak pun cenderung akan “merekam”, tersinggung, dan membantah ketika Anda menegurnya kembali. Karena apa? Karena Anda juga melakukannya. Si Kecil pun bahkan sanggup melaksanakan hal jelek itu di luar rumah.
Tidak diperbolehkan untuk menangis
Ini biasanya terjadi pada anak laki-laki. Sebab, orang renta menginginkan bocah laki-lakinya tumbuh menjadi langsung yang kuat. Tak salah memang, tapi tak mesti selalu begitu.
Setiap anak berhak untuk mengatakan emosinya, sekalipun itu dengan tangisan. Apalagi bila benar-benar terluka, kasihan sekali bila tak boleh menangis. Tanpa disadari, sikap menahan perasaan menyerupai itu akan menyebabkan rasa stres dan takut dianggap lemah oleh orang lain.
Pertengkaran orang tua
Sistem keamanan yang paling dasar didapatkan anak dari orang tuanya. Apabila yang beliau dapatkan selama ini hanyalah pertengkaran jago dari orang tuanya, bahkan hingga mengatakan kekerasan fisik, si Kecil akan mencicipi stres kemudian trauma.
Bukan tak mungkin di kemudian hari beliau justru tumbuh menjadi orang yang takut dengan ijab kabul atau justru menggandakan sikap abusive tersebut. Jika tidak ingin anak stres di rumah, ciptakanlah suasana yang hangat dan menyenangkan. Setiap ada masalah, bicarakanlah baik-baik.
Aktivitas yang terlalu padat
Orang renta mana yang tak ingin anaknya berprestasi? Saking inginnya punya anak yang jenius, Anda mendaftarkan si Kecil untuk belajar khusus dengan banyak sekali bidang. Mulai dari les piano, les menggambar, les menari, les matematika, hingga les bahasa Inggris.
Padahal, belum dewasa belum tentu siap untuk mendapat segudang kegiatan menyerupai itu. Bukannya senang, anak justru sanggup stres lantaran kebanyakan les. Lebih baik, fokuskan saja lesnya pada bidang yang beliau minati. Misalnya, selama ini beliau bahagia berjoget bila mendengar alunan musik, daftarkanlah les menari.
Sebenarnya, masih banyak kondisi yang menciptakan anak stres di rumah. Untuk mencegah kondisi itu terjadi, ciptakan suasana menyenangkan di rumah. Pertimbangkan pula sudut pandang si Kecil ketika Anda ingin melaksanakan atau memutuskan sesuatu. Tak ada salahnya juga Anda bertanya atau berdiskusi dengan anak. Dengan membiarkan anak terbuka dan mengungkapkan isi hatinya, risiko stress pada anak pun sanggup dikurangi.
Sumber: https://www.klikdokter.com
0 Komentar untuk "5 Kondisi Yang Menciptakan Anak Stres Di Rumah"