Kita Bangsa Konsumtif Yang Suka Mengeluh Di Facebook

Kita Bangsa Konsumtif Yang Suka Mengeluh Di Facebook Kita Bangsa Konsumtif Yang Suka Mengeluh Di Facebook

Sebagai warga negara yang baik, tentu menyayangi NKRI harga mati. Tidak nego-nego. Tapi jikalau kita sempat berkunjung ke beberapa negara maju, ada pertanyaan dalam hati yang masih terpendam. Kenapa beberapa negara lebih maju dari negara kita? Saya mencoba mencari jawabannya dari beberapa referensi buku.

Ternyata memajukan suatu negara dimulai dengan memajukan pendidikan. Iya dengan meningkat kualitas pendidikan di negara kita. Kemajuan suatu bangsa tidak ditentukan oleh lamanya umur negara tersebut. Banyak negara maju, umur negaranya masih kurang dari 150 tahun. Tapi mereka berhasil mensejahterakan rakyatnya dan jauh dari bahaya kemiskinan.

Negara yang maju dimulai dari rangking yang teratas di sistem pendidikannya. Alhasil ekonomi negara tersebut membaik. Iklim politiknya tidak panas, rakyatnya sejahtera. Negara yang maju bukan di tentukan oleh ketersediaan sumber daya alam, juga tidak ditentukan oleh kecerdasan, kepintaran atau intelektual rakyatnya.

Kita mulai dari negara "Japan". Jepang areanya sangat terbatas, wilayah daratannya hanya 80% (persen) berupa pegunungan dengan tanah tidak memadai untuk meningkat pertanian dan peternakan. Tapi hebatnya jepang laksana negara "Industri Terapung" yang besar. Jepang bisa menimpor materi baku dari seluruh negara di dunia dan mengekspor barang jadi hampir ke seluruh dunia. Indonesia hampir semua menggunakan teknologi jepang. Sayangnya, kita rakyat Indonesia ialah salah satu konsumen yang setia menggunakan produk jepang. Termasuk produk otomotif menyerupai sepeda motor dan mobil. Kita terpaksa mengakui kita ialah bangsa konsumtif.

Contoh lain lagi. Negara Swiss juga sangat kecil. Wilayaha daratan negara ini hanya 11 % (persen) yang bisa ditanami tanaman. Tidak mempunyai perkebunan coklat. Tetapi anehnya swiss negara pembuat coklat terbaik didunia. Swiss juga bisa mengolah susu dengan kualitas terbaik. Contoh Nestle, satu perusahaan masakan dan minuman terbesar di dunia. Swiss juga tidak cukup reputasi dibidang keamanan dan ketertiban tetapi sampai ketika ini bank-bank swiss, menjadi bank yang sangat di sukai didunia.

Begitu juga dengan negara Kanada, Singapore, Australia, New Zealand, Malaysia menjadi bab negara maju didunia dan penduduknya tidak lagi miskin? Maju pendidikannya maju ekonominya.
Ternyata jawabannya ialah terletak pada proses pendidikan di negaranya. Negara maju mengutamakan kecerdasan emosional dibandingkan kecerdasan intelektual. Tepatnya kecerdasan Sikap/Perilaku siswanya. Akhirnya penduduknya yang telah dibuat perilaku yang baik sepanjang masa melalui sistem pendidikan yang baik. Mereka berguru cara bersikap, berguru berafiliasi sosial dahulu gres berguru Ilmu pengetahuan. Disini letak perbedaan negara kita. Kita kebanyakan berguru ilmu pengetahuan, berguru matematika, berguru sains, bahasa gres berguru sikap. Akhirnya lahirlah generasi yang cerdas tapi krisis akhlak. Kejujuran dan tanggungjawab tidak menjadi nilai dasar dalam bekerja.
Kini mari kita bentuk pendidikan kita mengutamakan berguru sikap. Guru memperlihatkan keteladanan, akhlak, etika, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, rasa menhormati, punya motivasi untuk maju, berusaha keras, menghargai waktu, bersabar, optimis dan tidak gampang mengeluh.

Orangtua di rumah juga tidak menuntut anaknya harus tinggi nilai-nilai pengatahuannya, kemudian mengabaikan nilai-nilai akhlak. Saat kita sudah bau tanah bukan nilai matematik dan sainsnya yang kita butuhkan. Tapi perilaku kepedulian terhadap orangtuanya yang diperlukan orangtua. Termasuk pendidikan agama juga sangat penting. Supaya tau, siapa saya? dan kemana saya kembali?.

Piagam pengharagaan olimpiade dan lomba-lomba lainnya bukanlah sasaran sekolah dinegara-negara maju. Tidak menjadi tujuan utama pendidikan. Indonesia sebagai negara lebih banyak didominasi muslim, negara pancasila yang berbudaya seharusnya banyak sekolah, guru bisa mendidik dengan hati menghasilkan lulusan yang mempunyai nilai-nilai spritual dan attitude gres pendidikan intelektual.

Sebagai ummat muslim, tentu dalam pedoman Islam sudah mengajarkan segalanya. Rasul telah memberi tumpuan terbaik. Tinggal tugas guru dan orangtua untuk mengutamakan pendidikan perilaku melalui keteladanan untuk memajukan negara ini. Sehingga lahirlah penduduk Indonesia yang disiplin, jujur, tanggungjawab, pekerja keras dan tidak suka mengeluh. Apalagi setiap keluhan di tulis di facebook. Gak malu?

Penulis: Rizki Dasilva

Related : Kita Bangsa Konsumtif Yang Suka Mengeluh Di Facebook

0 Komentar untuk "Kita Bangsa Konsumtif Yang Suka Mengeluh Di Facebook"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close