Setiap kaum muslimin, niscaya sungguh tau hasan dan husen. Cucu kesayangan nabi Muhammad saw. Hasan dan husen ini dalam riwayat yang pernah dikecup oleh delegasi yang mulia. Hasan dan husen juga sungguh sering berada di masjid Nabawi bareng nabi. Bahkan mereka naik ke bahu dikala nabi sujud dalam shalatnya. Rasul tidak marah, begini contoh yang rasul perlihatkan terhadap kita ummatnya.
Kalau ada yang mengajukan pertanyaan siapa yang paling ramah anak? Jawabannya Rasulullah saw, berawal 14 masa yang lalu. Bagi sekolah yang ingin mencari tumpuan sekolah ramah anak tidak perlu susah, Contohkan saja Nabi Muhammad saw, bagaimana nabi mendidik anaknya, cucunya dan para sobat di masjid Nabawi.
Karena terinspirasi hasan dan husen, aku senantiasa menenteng anak aku ke Masjid yang masih berumur 5 tahun, tergolong shalat subuh. Walaupun kadang beliau sungguh ngantuk. Tapi kesannya luar biasa. Dia hafal semua gerakan shalat dan bacaan Al-Fatihah. Shalat jum'at juga aku bawa. Kadang ia tertidur di pangkuan aku dikala khatib berkhotbah.
Pernah Saat shalat jumat aku biarkan ia tertidur di samping saya. Walau aku kadang menjadi perhatian para jamaah. Sebagian jamaah memperhatikan aku nampak kasian. Saya tetap konsentrasi agar putra aku Dzawata afnan tidak terbangun. Selesai shalat pribadi aku gendong pulang. Bahkan pernah aku tunggu hingga beliau bangun, gres aku pulang.
Menurut saya, Masjid mesti dipenuhi oleh banyak anak-anak. Kalau jamaah belum dewasa nya rame, memiliki arti masjid ini hidup pendidikannya. Makmur masjidnya. Jangan larang belum dewasa ke masjid. Kalau ribut biasa, di usulan baik-baik. Jangan di marahin dan dibentak, Masjid juga perlu ramah anak. Lebih parah kalau Masjid sunyi, cuma dibuka Magrib dan Shalat Jum'at. Ini Masjid atau kuburan. Biarkan Masjid menjadi daerah terindah buat belum dewasa kaum muslimin, daerah yang ia rindukan.
Dalam kitab Tarbiyatul aulad fil Islam karangan Syekh Nasih Ulwan menyebutkan Ibu yakni pendidikan pertama bagi anak. Kalau aku sering sebut Ibu yakni sekolah bagi anak, dan ayah yakni kepala sekolahnya. Ayah yang memimpin anaknya. Ayah leadernya. Ayah? bawalah kemasjid agar anak tau jalan hidayah bukan jalan buntu yang tersesat, tak tau arah pulang.
Penulis: Rizki Dasilva
0 Komentar untuk "Jangan Larang Anak Ke Masjid"