Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, Dan Rujukan Resensi Buku

Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, dan Contoh Resensi Buku - Suatu ketika kalian akan mendapat kiprah meresensi sebuah buku. Baik itu buku fiksi, non-fiksi, pengetahuan, dan lain sebagainya. Mungkin kini kalian sedang ditugasi untuk mencari Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, dan Contoh Resensi Buku.



Suatu ketika kalian akan mendapat kiprah meresensi sebuah buku Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, dan Contoh Resensi Buku
Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, dan Contoh Resensi Buku



Pengertian Resensi Buku



Resensi buku yaitu suatu goresan pena atau ulasan mengenai nilai-nilai sebuah buku. Di dalam resensi dibutuhkan kritik. Tujuannya untuk memberikan kepada para pembaca mengenai sebuah buku layak mendapat sambutan atau tidak. Buku-buku yang diresensi biasanya buku-buku terbitan baru. Namun demikian, buku usang juga sanggup diresensi jikalau dianggap buku itu belum dikenal publik serta dianggap penting.




Unsur - Unsur Resensi Buku


Apa saja yang perlu dilaporkan dalam meresensi sebuah buku ? Berikut ini yaitu unsur-unsur resensi buku.


1. Identitas buku.

2. Isi yang penting atau pokok-pokok isi buku.

3. Bahasa pengarang.

4. Keunggulan.

5. Kelemahan.

6. Kesimpulan dan saran.





Contoh Resensi Buku




Membentuk Sosok Pemasar Jenius


Identitas Buku

Judul Buku : Marketing Genius

Penulis : Peter Fisk

Penerbit : Capstone Publishing Limitid, England, 2006

Tebal Buku : viii+490

      Google, Apple, Microsoft, Amazon, eBay, Starbuck, Dell Computer, Toyota, IKEA, dan Nike yaitu sejumlah perusahaan global yang selama beberapa tahun terakhir ini menikmati pertumbuhan bisnis yang mengagumkan. Di dalam perusahaan-perusahaan idaman ini bermukiman sejumlah tokoh-tokoh pemasaran yang jenius.


       Larry Page dan Sergey Brin, misalnya, yaitu sepasang jenius yang membangun Google dimulai dari sebuah kamar di Stanford University. Google yaitu nama perusahaan yang mengambil terminologi dalam matematika “Googol” yang berarti angka satu diikuti dengan angka nol sebanyak 100. Ini sudah menyiratkan ambisi perusahaan ini menguasai pasar dengan kecepatan yang luar biasa.


       Hanya dalam waktu lima tahun, Google sudah memperoleh 80 juta pengguna di seluruh dunia. Pada tahun 2006, sehabis 10 tahun berdiri, perusahaan telah mencetak nilai kapitalisasi yang kira-kira satu setengah kali lipat dari kapitalisasi seluruh saham yang tercatat di BEJ.


     Artinya, bila semua pemegang saham dari perusahaan yang berada di lantai Bursa Efek Jakarta setuju menjual semua sahamnya, maka mereka tidak akan sanggup membeli sebuah perusahaan “search engine”. Apple sudah usang dikenal dengan perusahaan yang selalu mempunyai aliran untuk tampil beda. Didirikan pada tahun 1979 dengan produknya Macintosh, perusahaan ini telah menorehkan sebuah revolusi dalam industri komputer.


       Kesuksesannya kemudian menjadi bayang-bayang yang mulai redup ketika Microsoft Windows mulai memperlihatkan dominasinya di seluruh dunia. Walaupun demikian, si jenius Steve Job, pendiri Apple, menjelang tahun 2000 memberikan janjinya akan melaksanakan penemuan yang revolusioner untuk membangkitkan kenangan akan kesuksesan Apple.


      Beberapa tahun kemudian, perusahaan ini melihat suatu peluang besar dengan meluncurkan iPod. Hari ini, produk iPod ini menjadi dongeng sukses besar Apple. Walau penetrasi produk ini di pasar Indonesia masih kecil, kesuksesannya hanyalah duduk kasus waktu, terutama bila harga produk ini bisa di bawah Rp 1 juta.

Perbedaan Radikal

       Apa yang telah Google dan Apple lakukan? Inilah pertanyaan pembuka yang dilontarkan oleh Peter Fisk, si penulis buku Marketing Genius. Bagi Peter, kedua perusahaan ini memang memang layak menjadi sebuah masalah yang inspirasional. Perusahaan ini selalu mempunyai aliran untuk membuat perbedaan yang radikal. Mereka mempunyai imajinasi untuk membuat suatu masa depan yang sanggup diberikan kepada konsumennya hari ini. Mereka, jenius melihat peluang, mereka jenius membuat lompatan dalam industri.


       Mereka jenius, alasannya yaitu bisa melihat dan membuat peluang untuk membuat 1 + 1 = 3. Karena ini yaitu buku dalam bidang pemasaran dan ditulis oleh pengarang yang mempunyai banyak pengalaman dalam dunia pemasaran, tidak mengherankan bila 50 persen dari pembahasan buku ini terpusat kepada pelanggan sebagai stakeholder utama.


        Para pemasar jenius harus sanggup melihat bahwa konsumen dan pelanggan telah berubah dengan kecepatan yang tinggi. Mereka mempunyai keinginan dan impian yang semakin kompleks dan semakin tinggi. Perusahaan dihentikan berorientasi kepada produk, tetapi perusahaan haruslah dibuat dan dibangun alasannya yaitu didorong untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan, akan bisa untuk memberikan nilai tambah secara terus-menerus, membina korelasi baik dengan pelanggan, dan akibatnya pelanggan mau loyal kepada perusahaan atau merek dari perusahaan ini.


        Agar para marketer yang menjadi sasaran pembaca sanggup menghubungkan buku ini dengan banyak sekali konsep-konsep pemasaran modern yang berorientasi kepada pelanggan, maka Peter Fisk, sang pengarang buku ini, menyajikan banyak sekali konsep pemasaran yang sudah popular. Beberapa di antaranya yaitu taktik pembentukan ekuitas merek, customer perceived value, customer experience, sampai banyak sekali taktik komunikasi dan distribusi. Tentukan, sesuai dengan judul buku ini, maka banyak sekali pembahasannya lebih banyak menampilkan sisi-sisi radikal dari konsep itu sendiri. Peter Fisk memperlihatkan bahwa konsep tradisional sudah tidak cukup untuk menghadapi pasar yang kompleks dan dinamis.


         Memang, penyajian konsep-konsep ini telah memberikan banyak klarifikasi bagaimana sebuah perusahaan sanggup menerapkan taktik pemasaran yang jenius atau bagaimana seorang individu sanggup menjadi pemasar yang jerius. Hanya saja, ambisi dari pengarang ini untuk mengintegrasikan puluhan konsep ini telah membuat kompleksitas bagi para pembaca awam. Mereka yang tidak familier dengan banyak sekali konsep pemasaran tradisional, akan mengerutkan dahi untuk sanggup memahaminya.


Empat Dimensi

       Setelah terlihat mulai kendor di bab tengah, pengarang kemudian mengajak para pembacanya untuk melaksanakan penilaian apakah sebuah perusahaan atau individu sanggup dikategorikan tetapkan pemasaran jenius. Peter Fisk merangkum dalam empat dimensi bagaimana perusahaan sanggup menuju ke tingkat jenius yang beliau maksudkan. Pertama, bagaimana perusahaan sanggup membuat peluang bisnis. Perusahaan yang baik haruslah lebih didominasi oleh proses aliran yang outside in dan bukan inside out.
       

        Yang pertama meunjukkan bahwa proses keputusan dan taktik dipengaruhi oleh situasi bisnis dari luar. Mereka melihat apa yang diinginkan oleh pelanggan. Mereka mendengar apa yang dikatakan pelanggan dan mereka menempatkan diri pada posisi pelanggan.


          Dengan cara ibarat ini, maka perusahaan akan lebih sensitif untuk mencium adanya peluang bisnis. Percuma perusahaan membuat ide-ide yang radikal, tetapi tidak dikehendaki oleh pasar. Bukan kehebatan teknologi yang membuat produk laku, tetapi teknologi yang mengerti pelangganlah yang membuat produk dicari oleh pelanggan.


          Kedua, perusahaan yang bisa mencapai tingkat jenius dalam pemasaran yaitu perusahaan yang selalu mengombinasikan orientasi jangka pendek dan jangka panjang dalam merespon pasar atau ketika menyusun taktik dan melaksanakan pengukuran suatu kriteria suatu kesuksesan. Walaupun demikian, sang jenius akan lebih menentukan untuk lebih banyak berorientasi jangka panjang. Dimensi jenius yang ketiga yaitu untuk para individu, terutama para pimpinan puncak atau petinggi dalam bidang pemasaran. Para individu yang jenius selalu mengunakan proses berpikir yang jenius.

          Walau selalu memakai otak kiri dan otak kanan, tetapi si jenius akan lebih banyak memakai otak kanan untuk membuat lompatan di mana para pesaing lain tidak memikirkan. Otak kanan akan memberikan nilai kreativitas tinggi dari aliran rasional yang dikembangkan otak kiri. Mereka bisa untuk tidak berpikir linear.


         Mereka bisa melihat kesempatan secara holistik dan bisa melihat gambar besar yang orang lain tidak lihat. Dimensi keempat yang harus dimiliki oleh sang jenius pemasaran yaitu kemampuannya untuk menghasilkan ide-ide radikal yang diimbangi dengan langkah-langkah aktual untuk mewujudkannya. Ide-ide mahir tanpa desertai implementasi akan menjadi perihal yang tidak akan dirasakan oleh pelanggan, dan akibatnya tidak memberikan laba bagi para pemegang saham.


          Buku ini semakin lengkap ketika Peter Fisk memberikan 50 daftar yang menjadi tantangan bagi sang jenius. Si pengarang sangat sadar, bahwa di kemudian hari, memang hanya sedikit jenius dalam bidang pemasaran yang keluar sebagai pemenang. Para jenius akan melewati banyak tantangan ini. Mereka mempunyai tantangan dalam memformulasikan strategi. Mereka juga mempunyai tantangan dalam membangun merek yang kuat.


           Tantangan yang nyata tentunya yaitu alasannya yaitu dinamika pelanggan yang super cepat. Demikian pula, banyak sekali tantangan yang bekerjasama dengan komunikasi, pembangunan kanal distribusi, serta bagaimana menggerakkan, memotivasi para karyawan semoga mendukung ide-ide radikal yang diluncurkan oleh sang jenius pemasaran.


            Bagi para marketer dan praktisi pemasaran yang sudah berpengalaman, daftar lampiran di bab tamat buku ini pastilah mempunyai daya tarik. Peter Fisk memberikan daftar 50 merek jenius, 50 konsep jenius, 50 marketer jenius, 50 penemuan jenius, dan 50 inspirator jenius. Kemampuannya untuk menyusun daftar lampiran ini sudah memberikan citra mengenai kepiawaian pengarang untuk mengintegrasikan keseluruhan dinamika dalam dunia pemasaran.


         Dengan memberikan judul Marketing Genius, pengarang memang terlihat jenius dalam memasarkan buku ini. Judulnya sungguh provokatif. Pengarang tahu benar bahwa beliau perlu membuat perbedaan yang radikal yang diinginkan para pembacanya.


          Di tengah-tengah banyaknya buku pemasaran, saya yakin, buku iniakan mendapat tempatnya. Walau merupakan rangkaian dari banyak sekali konsep pemasaran yang yang kontemporer dan tidak memberikan suatu konsep orisinal dari pengarangnya, buku ini akan menjadi inspirator dan provokator bagi perusahaan yang bermimpi menuju tangga mencapai tahap pemasaran yang jenius atau individu yang suatu ketika ingin dicatat sebagai pemasar jenius.





                                                                                                                      Ditulis oleh Handi Irawan D.
                                                                                                          Sumber : Kompas, 30 April 2006







Semoga dengan adanya Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, dan Contoh Resensi Buku ini kalian akan semakin gampang dan bisa menguasai apa itu pengertian resensi buku, apa saja unsur-unsur dalam meresensi buku, dan dengan adanya referensi resensi buku di atas kalian semakin lebih terang dan gampang dalam membuat sebuah resensi buku. Terimakasih telah membaca Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, dan Contoh Resensi Buku.

Related : Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, Dan Rujukan Resensi Buku

0 Komentar untuk "Pengertian Resensi Buku, Unsur - Unsur Resensi Buku, Dan Rujukan Resensi Buku"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close