Ada rasa murung yang sungguh menyiksa di ramadhan kali ini. Bayang-bayang bahaya Covid-19 belum berakhir. Mungkin agak berlainan dengan Ramadhan sebelumnya. Sebagai muslim beriman kita yakin, hal ini merupakan cobaan yang Allah berikan supaya kita lulus menjadi muslim yang bertaqwa. Ditambah dengan perjanjian Allah bagi orang yang berpuasa dengan sarat keimanan di bulan suci ini.
Penetapan libur sekolah yang di edarkan oleh pemerintah memang sungguh mendukung untuk pemutusan rantai penyebaran virus corona. Tapi di segi yang lain, selaku guru saya sungguh khawatir dikala para pelajar dari SD hingga Sekolah Menengan Atas tidak ada aktivitas yang memiliki kecenderungan terhadap pendidikan Iman dan tabiat selama libur ini ditambah dengan libur puasa. Para pelajar berkeliaran di tempat-tempat umum. Orangtua tidak dapat mempertahankan anaknya. Saya menyaksikan sendiri beberapa pelajar sekolah dasar justru menghabiskan waktu diluar rumah, ada yang bersepeda di kota, ada yang sarat menghabiskan waktu ditempat game online, ada di cafe-cafe dan kawasan hiruk pikuk lain.
Ketidakmampuan orangtua mempertahankan anak tetap dirumah menjadi bahaya serius menurut saya. Karena justru aktifitas diluar tidak aman. Berteman dengan orang-orang yang tidak bermoral. Apalagi memasuki bulan ramadhan. Para siswa tidak dapat memamfaatkan bulan yang berkah, ampunan dan Allah lipatkan gandakan seluruh ibadah dan amal kebaikan.
Ada Istimewa diramadhan merupakan bulan yang Allah turunkan Al-Quran. tetapi sungguh disayangkan, bila para pelajar tidak dapat mengkhatamkan Alquran selama bulan Ramadhan. Nah, lebih rugi lagi bila tidak dapat menyertakan Hafalan Alquran.
Bersama guru di sekolah, saya terus berfikir. Mencari penyelesaian dalam dilema ini. Saya menjajal diskusi dengan beberapa wali siswa via WA. Kami beri nama "Karantina Tahfiz" ini aktivitas yang sungguh Istimewa pertama kami lakukan. Bersama SDIT, SMPIT dan SMAIT Muhammadiyah Bireuen. Bertujuan untuk konsentrasi menghafal Alquran.
Kita mendukung tetap karantina di rumah selama pandemik. Tetapi lebih bermutu lagi bila kita karantina siswa kita berdikari dengan tolok ukur kesehatan super ketat. Orang bau tanah pun tidak boleh untuk menjenguk selama 20 hari. Hanya bisa video call. Pihak sekolah relevan dengan dokter dan perawat. Para akseptor tetap pakai masker, basuh tangan dan mempertahankan jarak tetapi punya target menghafal Alquran. Peserta pun sungguh terbatas. Dari SD-SMA boleh dibarengi pelajar lain yang tidak bersekolah disekolah kami. Biaya daftarnya cuma 950.000. Itu sungguh murah. Sudah sanggup banyak fasilitas. Bukaan puasa, makanan sahur dan snack malam yang bergizi.
Ramadhan stay with Quran. Pahalanya banyak, hafalanya bertambah banyak. Ditambahkan dengan ibadah-ibadah lain yang Istimewa di bulan ramadhan. Bahkan kami bermaksud teraweh dilakukan disepertiga malam pribadi di sambung sahur. Karena setelah shalat insya bisa menyertakan hafalan lagi.
Semoga Ikhtiar ini menjadi salah satu penyelesaian bagi orangtua dan menjadi amal kebaikan buat kita semua. Dan Allah beri kita keberkahan dan kesehatan selama ramadhan kali ini.
Rizki Dasilva
0 Komentar untuk "Karantina Tahfiz Menjadi Penyelesaian Bagi Orangtua"