Sejak keputusan libur sekolah di Indonesia alasannya merupakan persiapan virus corana memang terjadi banyak masalah. Terutama dunia pendidikan tergolong yang paling terasa merupakan kocir kacirnya ekonomi penduduk dan ekonomi guru. Meliburkan sekolah memang merupakan satu penyelesaian untuk menegaskan mata rantai virus yang berasal dari cina ini. Tapi disisi yang lain, guru swasta terjangkit penyakit lain, sama-sama menyerikan. Penyakit kanker (kantong kering).
Saya selaku kepala sekolah swasta sungguh prihatin dengan keadaan ini. Apalagi sekolah gres sedang berkembang dan membangun. Kita belum memiliki profit yang mencukupi dari sekolah yang sedang dibangun. Karena selama ini kita cuma berfikir sekolah jalan wajar semestinya. Seluruh guru dan karyawan sekolah tergolong kepala sekolah bukan di honor oleh pemerintah. Alias bukan guru PNS. Kalau sekolah negeri, guru PNS tidak sesulit ini, gak ke sekolah, honor tetap masuk ke rekening. Beda dengan guru swasta. Hal ini menghasilkan kepala sekolah swasta mesti minum bodrek, Rambutpun jadi kriting. Mencari dana mudah-mudahan guru tidak dirumahkan.
Sebagian besar sekolah swasta honor guru berharap dari pemberian SPP wali siswa. Tapi keadaan libur tidak terang menyerupai ini menyerupai buah simalakama, serba salah. Di minta SPP katanya kan cuma menimba ilmu online beberapa jam, guru tidak masuk kelas. Tidak di minta SPP guru swasta makan apa. Kata sebagian walisiswa, kami juga selama pendemi ini, ekonomi tidak jelas. Persoalaan ini pasti tanggung jawab kepala sekolah. Kepala sekolah minum bodrek lagi untuk mengakhiri problem ini sambil urut-urut kepala dan remas-remas rambut pakek handbody jangan sampho.
Belum lagi, nyaris saban hari masuk pesan terhadap kepala sekolah. Tentang unek-unek guru yang terhimpit ekonomi. Tidak ada lagi beras, tunggukan listrik, pulsa internet mengajar online, susu anak, dan keperluan keluarga lainnya. Karena memang tidak ada pekerjaan lain, selain guru disekolah swasta. Sebagai kepala sekolah wajib mendengar unek-unek ini. Tidak boleh jenuh sambil minum bodrek lagi, mudah-mudahan sehat. Sambil berdoa tidak stroke.
Ditambah sanggup pesan tiap hari ditanya wali siswa kapan sekolah. Saya pun menjawab dengan sabar, kita tunggu gunjingan dari dinas pendidikan bapak ibu kapan sekolah lagi. Kalau seandainya sudah niscaya kita akan sekolah. Ditanya lagi oleh wali siswa, kapan rampung corana ini ya pak?, aku jawab, InsyaAllah gak usang lagi. Nanti aku tanya lagi sama corona kapan ia pulang kampung, ke asalnya. "Yang tanyeng ngen yang jaweub ka pah, sama-sama mumang". Semoga kepala sekolah swasta tidak jadi stroke atau putus saraf.
Semoga covid-19 cepat berakhir, sekolah aktif kembali, itulah doa yang di ulang-ulang kepala sekolah di saat ini. Untuk mengakhiri semua persoalaan yang sedang menumpuk. Dan secepatnya berhenti minum bodrek. Saya percaya Allah lebih memahami dan paham atas hambanya. Setelah kesusahan Allah beri kemudahan. Tetap semangat rekan-rekan kepala sekolah swasta! Allahuakbar, Allahuakbar walillahil hamd...sigoe ngen takbir uroe raya aju...
Rizki Dasilva
Kepsek SDIT Muhammadiyah Bireuen
0 Komentar untuk "Bodrek Kepala Sekolah Swasta Selama Pandemi"