A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia ialah masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah proses pembelajaran yang belum bisa membuat proses pembelajaran yang berkualitas. Salah satu kiprah sekolah dalam kontek ini ialah Madrasah Ibtidaiyah ialah memperlihatkan pembelajaran kepada siswa. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, selain membuatkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa yang merupakan proses pembelajaran (belajar -mengajar) itu dilakukan guru di sekolah.
Menteri Pendidikan Nasional telah mencanangkan “Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan” pada tanggal 2 Mei 2002. “Salah satu kebijakan pokok dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan melalui gerakan tersebut yang terkait dengan pengelolaan pendidikan ialah ditetapkannya penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada mulai dari satuan pendidikan anak usia dini hingga menengah”[1]. Hal ini sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003, pecahan XIV wacana pengelolaan pendidikan, pecahan ke satu (umum), pasal 51 ayat 1 berikut: “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah /madrasah”[2].
Proses mencar ilmu mengajar seorang guru mempunyai fungsi sangat strategis dalam pembentukan karakter dan kepribadian siswa. Proses mencar ilmu mengajar yang diharapkan seorang guru ialah adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, sehingga pekerjaan ini tidak sanggup dilakukan selain seorang guru yang memenuhi standar profesioanal, hal tersebut bertujuan biar proses dan hasil mencar ilmu mengajar terealisasi secara optimal.
Manajemen peningkatan mutu sekolah sanggup dilaksanakan dengan baik apabila didukung oleh keberadaan guru yang profesional dengan melaksanakan banyak sekali pengembangan sesuai dengan kebutuhan sekolahnya masing-masing. Dalam kegiatan mencar ilmu mengajar secara umum guru dikatakan profesional apabila seorang guru mempunyai kemampuan mengajar dibuktikan dengan cara mengajar yang baik, ijazah atau gelar kependidikan, perencanaan dalam pembelajaran dalam hal ini ialah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan pelatihan-pelatihan yang diadaptasi dengan kebutuhan pendidikan.
Proses mencar ilmu mengajar, seorang guru mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam melaksanakan kiprah mendidik dan mengajar, lantaran melalui proses pendidikan akan terbentuklah sikap dan sikap penerima didik. Oleh lantaran itu seorang guru agama dituntut untuk mempunyai kreativitas dalam proses mencar ilmu mengajar dalam hal ini ialah cakap dalam mengunakan metode dan model pembelajaran sehingga proses pengajaran sanggup mewujudkan pribadi anak yang baik.
Guru ialah salah satu peranan penting untuk kesuksesan pembelajaran. Oleh lantaran itu, guru merupakan salah satu komponen sumber daya insan yang harus diberi pengetahuan dan ketrampilan terus menerus dalam perjuangan meningkatkan sumber daya. Sehingga di dalam proses mencar ilmu mengajar guru diharuskan mempunyai taktik biar siswa sanggup mencar ilmu secara efektif dan efesien sehingga sanggup tepat target pada tujuan yang diharapkan.
Mengajar pada hakekatnya ialah membimbing kegiatan mencar ilmu murid. Aktifitas murid dalam mencar ilmu sangat diharapkan biar mencar ilmu menjadi efektif dan sanggup mencapai hasil yang optimal. Agar sanggup mengajar secara efektif, guru harus meningkatkan kesempatan mencar ilmu bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan mencar ilmu murid sanggup ditingkatkan dengan cara mengajar yang tepat waktunya. Hal ini berarti kesempatan mencar ilmu makin banyak atau optimal dan guru memperlihatkan keseriusan dalam mengajar sehingga sanggup membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Semakin banyak siswa aktif dalam mencar ilmu makin tinggilah kemungkinan prestasi mencar ilmu yang dicapainya. Sebaliknya semakin banyak siswa yang pasif maka kemungkinan prestasi mencar ilmu akan menurun Seperti yang termaktub dalam dalam Alqur’an surat Mujadalah ayat 11 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ) المجادلة: ١١(
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepada kau “Berilah kelapangan di dalam Majelis”, maka lapangkanlah, pasti Allah akan memperlihatkan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan”Berdirilah kamu”, maka berdirilah,Niscaya Allah akan mengangkat (derajat)orang-orang yang beriman di antara kau dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kau kerjakan. (Qs. Al- Mujadalah:11).
Meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar hendaknya guru mau merencanakan acara pengajaran dari silabus yang telah diadaptasi dengan Program Semester dan atau Program Tahunan dan sekaligus bisa pula melaksanakannya dalam bentuk pengelolaan kegiatan mencar ilmu mengajar. Bila guru berhasil melaksanakan dengan baik, akan tampak perubahan-perubahan yang berarti pada siswa-siswinya, antara lain timbul sikap positif dalam belajarnya dan prestasi belajarnya meningkat.
Keberhasilan bagi guru sendiri tersebut akan meningkatkan rasa percaya diri dan semangat mengajar yang tinggi. Hal ini merupakan keterampilan dasar mengajar yang perlu dibina dan dikembangkan sehingga ia menjadi guru yang benar-benar kreatif dan berprofesi dalam bidang keguruan. “Profesionalisme intinya berasal dari kata profesi yang berarti suatu pekerjaan yang mempunyai tanda dengan terkait ketrampilan yang lihai/ intelektual”[3]. “Dengan demikian profesionalisme merupakan kemahiran yang dimiliki seseorang, baik bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Profesionalisme itu merupakan organisasi profesi yang kuat, gunanya untuk memperkuat dan mempertajam profesi itu”[4].
Penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Profesionalisme Pendidik dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan persoalan dalam penulisan proposal skripsi ini ialah sebagi berikut:
1. Bagaimana tingkat profesionalisme guru Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen?
2. Bagaimana prestasi mencar ilmu santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen?
3. Bagaimana efek tingkat profesionalisme guru terhadap prestasi mencar ilmu santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen?
C. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah yang terdapat dala judul sebagai berikut:
1. Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia, “profession berarti pekerjaan”[5]. “Professional mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus”[6].
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan pula bahwa:
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intesif. Jadi, profesi ialah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.[7]
“PROFESIONALISME intinya berasal dari kata profesi yang berarti suatu pekerjaan yang mempunyai tanda dengan terkait ketrampilan yang lihai/intelektual”[8]. “Profesionalisme merupakan kemahiran yang dimiliki seseorang, baik bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Profesionalisme itu merupakan organisasi profesi yang kuat, gunanya untuk memperkuat dan mempertajam profesi itu”[9].
Dalam bukunya Nana Sudjana menjelaskan bahwa:
Profesionalisme berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian, ibarat guru, dokter, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional ialah pekerjaan yang hanya sanggup dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang lantaran tidak sanggup memperoleh pekerjaan lain[10].
Penulis menyimpulkan bawa profesionalisme guru ialah kemampuan guru untuk melaksanakan kiprah pokoknya sebagai pendidik dan pengajar mencakup kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan penilaian pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah sanggup meminta pertolongan wakilnya atau guru senior untuk melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain sanggup ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan kiprah secara bertanggung jawab.
2. Pendidik
“Pendidik sering disebut dengan “murabbi, mu'allim, mu'addib, mudarris, dan mursyid. Kelima istilah tersebut mempunyai tempat tersendiri berdasarkan peristilahan yang digunakan dalam konteks Islam. Di samping itu, istilah pendidik kadang-kadang disebut melalui gelarnya, ibarat istilah guru, ustadh, dan al-syakh”.[11] Sebagaimana teori Barat, pendidik dalam Islam ialah “orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan penerima didiknya dengan upaya membuatkan seluruh potensi penerima didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa)”.[12]
Menurut penulis, pendidik ialah orang yang memperlihatkan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
3. Pengaruh
Kata efek dalam bahasa Indonesia ialah “daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu.”[13] Menurut kamus besar bahasa Indonesia efek artinya “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang ikut membentuk kepercayaan, tabiat atau perbuatan seseorang”.[14]
Pengaruh di sini yaitu suatu imbas atau dampak terhadap sesuatu jawaban dari perbuatan atau tindakan.
4. Prestasi Belajar
Pretasi ialah “hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”[15]. Prestasi ialah “hasil mencar ilmu yang telah dicapai dan sanggup dinyatakan dalam angka-angka maupun dengan kata-kata”[16]. Prestasi mencar ilmu ialah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sehabis mendapatkan pengalaman belajarnya”[17]. Pretasi ialah “hasil yang telah dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf, atau tindakan yang mencerminkan hasil mencar ilmu yang telah dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu”[18].
Dari pengertian tersebut diatas sanggup disimpulkan bahwa prestasi ialah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa sehabis mendapatkan pengalaman mencar ilmu ibarat kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh melalui perjuangan dalam menuntaskan tugas-tugas belajar.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
2. Untuk mengetahui prestasi mencar ilmu santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
3. Untuk mengetahui efek tingkat profesionalisme guru terhadap prestasi mencar ilmu santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini ialah sebagai berikut:
Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum sanggup menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai Profesionalisme Pendidik Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Selain itu hasil pembahasan ini sanggup di jadikan materi kajian bidang study pendidikan.
Secara praktis, hasil pembahasan ini sanggup memperlihatkan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan Profesionalisme Pendidik Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan sanggup menjadi pemanis tumpuan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
F. Landasan Teori
Pendidikan ialah investasi daya insan jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban insan di dunia. Oleh alasannya itu, hampir semua Negara memutuskan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara. Begitu juga bagi bangsa Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama, lantaran merupakan sebuah pandangan dan filosofi taraf Negara.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan ialah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan bahwa faktor guru merupakan figur utama yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru ialah penggagas pertama yang pribadi berhadapan dengan penerima didik dalam tatanan mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus menanam nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanannya, lantaran itu guru mempunyai misi dan kiprah yang berat dalam melaksanakan tugasnya, namun mulia dalam mengantarkan tunas-tunas bangsa ke puncak cita-cita. Maka dari banyak sekali sandang dan gelar yang disapakan dalam bidang pendidikan sudah selayaknya guru mempunyai banyak sekali kompetensi yang berkaitan dengan kiprah dan tanggung jawabnya.[19]
Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Hal ini telah menuntut beraneka ragam spesialisasi ilmu yang sangat diharapkan dalam masyarakat, bahkan kondisi ini telah bisa menghadirkan input yang semakin kompleks dalam ruang pengetahuan yang ada.
Masalah profesi kependidikan hingga kini masih banyak diperbincangkan, baik di kalangan pendidikan maupun di luar pendidikan. Kendatipun banyak sekali pandangan wacana persoalan tersebut telah banyak dikemukakan oleh para pakar pendidikan, namun satu hal yang sudah pasti bahwa masyarakat mencicipi perlunya suatu forum pendidikan guru yang khusus berfungsi mempersiapkan tenaga guru yang terdidik dan terlatih dengan baik. Implikasi dari gagasan tersebut ialah perlunya dikembangkan acara pendidikan guru yang sesuai dan memudahkan pembentukan guru yang berkualifikasi profesional, serta sanggup dilaksanakan secara efektif dalam kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia.[20]
Setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus dilakukan secara benar, itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah Saw. bersabada:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِىَ الله ُعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيهِ وَسَلَّمَ: اِذَا وُسِدَ اْلأَمْرُ اِلَى غَيْرِ أهْلِهِ فَنْتَظِرُوا السَّاعَةَ. (الحديث رواه البخاري)
Artinya: Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancuran”. (HR. Bukhari) [21]
“Kehancuran” dalam hadits ini sanggup diartikan secara terbatas dan sanggup juga diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang "hancur" ialah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-murid itu kelak mempunyai murid lagi, kedua-duanya dilakukan dengan tidak benar, maka akan timbullah "kehancuran" Kehancuran apa? Ya, kehancuran orang-orang, yaitu murid-murid itu dan kehancuran sistem kebenaran lantaran mereka mengajarkan pengetahuan yang sanggup saja tidak benar. Ini kehancuran dalam arti luas.
Menjadi pendidik yang profesional tidaklah mudah. Ia harus mempunyai banyak sekali kompetensi keguruan. Kompetensi dasar (basic competency) bagi pendidik ditentukan oleh tingkat kepekaannya dari bobot potensi dasar kecenderungan yang dimilikinya. Potensi merupakan tempat dan materi untuk memproses semua pandangan sebagai materi untuk menjawab semua rangsangan yang tiba darinya. Potensi dasar ini ialah milik individu sebagai hasil dari proses yang tumbuh lantaran adanya anugerah dan inayah dari Allah SWT.[22]
W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi dengan: “competence ordinarily is defined as adequacy for a task or as possessi on of require knowledge, skill, and abilities” (suatu kiprah yang memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang)”.[23] Definisi ini mengandung arti bahwa calon pendidik perlu mempersiapkan diri untuk menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan khusus yang terkait dengan profesi keguruannya, biar ia sanggup menjalankan tugasnya dengan baik, serta sanggup memenuhi keinginan dan harapan penerima didiknya.
Di samping itu, ia bisa mengimplementasikan nilai-nilai yang diajarkan ke dalam diri subyek didik secara tepat dan benar sebagai penganut Islam yang patut dicontoh dalam pedoman Islam dan bersedia menularkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada pihak lain. Berkenaan dengan hal ini, maka untuk mencapai keberhasilan pendidik dalam pendidikan Islam, dapatlah dimasukkan ke dalam tiga syarat penting, yaitu: “pertama, pada pendidik menempel nilai-nilai personal-religious. Kedua, pendidik mempunyai nilai-nilai social-religious. Ketiga, pendidik bisa bertugas secara profesional-religious”.[24]
Berdasarkan kenyataan di daerah-daerah maju, di mana para pendidik sudah mempunyai 3 kemampuan dasar (kompetensi) yang cukup bagus, maka tingkat keberhasilan pendidikannya pun akan menjadi lebih tinggi. Dalam dunia pendidikan guru, dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”.
Mengenai kompetensi guru ini, ada banyak sekali model cara mengklasifikasikannya. Untuk acara SI salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi: menguasai bahan, mengelola acara mencar ilmu mengajar yang tepat, mengelola kelas, memakai media/sumber yang sesuai, menguasai landasan kependidikan yang bagus, mengelola interaksi mencar ilmu mengajar sistematis, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran yang konsisten, mengenal fungsi dan acara layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan manajemen sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.[25] Rendahnya mutu pendidikan di tempat kita disebabkan lantaran kurang kemampuan profesionalisme pendidik dan profesionalisme dalam pengelolaan pendidikan tersebut.
Untuk tercapainya keberhasilan dalam pendidikan Islam diharapkan kiprah pendidik (guru) profesional yang mempunyai kriteria-kriteria dan syarat-syarat yang harus dipenuhi yang sesuai dengan ilmu pendidikannya. Oleh alasannya itu, dalam penelitian ini penulis sangat tertarik untuk membahas secara terang bagaimana profesionalisme pendidik dalam mencapai keberhasilan pendidikan Islam. Hal ini penting dilakukan untuk memajukan dunia pendidikan Islam di tempat kita.
G. Kajian Terdahulu
Peneliti sebelumnya, antara lain :
Nama: Nursyidah Nim: A. 2115048/3998 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2014 dengan judul skripsi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mempengaruhi Kinerja Guru (Studi Kasus Pada Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jeumpa) metode yang digunakan dalam penelitiannya ialah metode pendekatan lapangan (field research). Proses pengumpulan data, peneliti memakai observasi, wawancara dan dokumentasi dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk sikap kepemimpinan kepala sekolah dalam mempengaruhi kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jeumpa ialah sifat-sifat yang dimiliki oleh kepala sekolah efektif antara lain, ketakwaan, kejujuran, kecerdasan, keikhlasan, kesederhanaan, keluasan pandangan, komitmen, keahlian, keterbukaan, keluasan korelasi sosial, kedewasaan, dan keadilan.
2. Pengaruh sikap kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru terhadap di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jeumpa ialah kinerja guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jeumpa sudah baik, kendala-kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam mempengaruhi kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jeumpa ialah kesejahteraan guru yang belum memadai, kejenuhan guru dengan rutinitas yang monoton, guru yang kurang disiplin dalam kinerjanya,
3. Evaluasi kepala sekolah dalam mempengaruhi kinerja guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jeumpa ialah pengembangan pribadi, dengan indikator aplikasi mengajar, kegiatan ektrakurikuler, kualitas guru, pembelajaran, dengan indikator perencanaan, dan evaluasi, sumber belajar, dengan indikator ketersediaan materi ajar, pemanfaatan sumber belajar, penilaian belajar.
H. Metodelogi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini ialah Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen, sedangkan permasalahan yang diteliti ialah profesionalisme pendidik dan pengaruhnya terhadap prestasi mencar ilmu santri.
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian dilakukan dengan cara penulis terjun langsung ke lokasi (objek) penelitian yaitu Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen untuk mendapatkan data yang penulis perlukan yaitu data wacana profesionalisme pendidik dan pengaruhnya terhadap prestasi mencar ilmu santri.
3. Metode Penelitian
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini ialah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif serta memakai pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif ialah suatu pendekatan penelitian yang diarahkan dalam memahami fenomena sosial dari perpektif partisipan, serta memakai taktik multi metode, dengan metode utama interview, observasi, dan studi dokumenter, dalam pelaksanaan penelitian peneliti menyatu dengan situasi yang di teliti.[26] Penelitan kualitatif berlangsung secara natural, data yang di kumpulkan dari orang-orang yang terlibat dalam tingkah laris alamiah, hasil penelitian kulitatif berupa deskripsi analisis.
4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini ialah sebagai berikut:
NO | Ruang Lingkup Penelitian | Hasil Yang diharapkan |
1 | Tingkat profesionalisme guru Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen | a) Kompetensi b) Sertifikasi |
2 | Prestasi mencar ilmu santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen | a) Pembelajaran b) Penilaian |
3 | Pengaruh tingkat profesionalisme guru terhadap prestasi mencar ilmu santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen | a) Kompetensi lulusan b) Keterampilan c) Sikap d) Pengetahuan, |
5. Objek Penelitian
“Objek penelitian ialah sarana ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaa tertentu wacana sesuatu hal objektif, valid, dan reliable wacana suatu hal.”[27] Dari definisi diatas sanggup diambil kesimpulan bahwa objek penelitian adalah suatu target ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda.
Objek dalam penelitian ini ialah guru dan santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
6. Sumber Data
1) Data primer ialah “sumber data yang pribadi dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian”.[28]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah
a) Kepala Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen
b) Guru dan Santri
2) Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku:
a) Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2006.
b) Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang: Aditya Media,1992.
c) Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Cet. Ke-3, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
d) Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
e) Buchori, Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan, Bandung: Jemmars, 2000.
f) Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalan Guru, Jakarta: Grafindo Persada, 2000.
g) Kunandar, Guru Profesional, Cet. I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
h) Muhaimin dan Abdul Mujid, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya, 1993.
i) Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, Algensindo, 2000.
j) Roestiyah NK., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1982.
k) Supriyono, Perlu Motivasi Instrinsik yang Kuat Untuk Meraih Prestasi Belajar, Madia. edisi 7 Tahun 1991.
l) Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 2000, 1993.
7. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ialah mekanisme yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.[29] Karena penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu pribadi terjun ke lokasi penelitian, sesuai dengan pendapat tersebut untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini, dilakukan pengumpulan data dengan memakai teknik, yaitu field research (penelitian lapangan) merupakan suatu metode pengumpulan data dengan memakai penelitian pribadi ke lapangan untuk memperoleh informasi dan data-data dari objek penelitian, melalui penelitian ini akan dilaksanakan sebaik mungkin untuk memperoleh data yang valid.
Dalam pelaksanaan penelitian ini juga dikumpulkan data dengan memakai teknik sebagai berikut:
a. Observasi partisipasi, yaitu penelitian yang mengadakan pengamatan secara lagsung melibatkan dari dalam kegiatan yang dijadikan sebagai subjek penelitian.
b. Interview (wawancara) ialah dengan cara berkomunikasi pribadi dengan orang-orang yang dijadikan objek penelitian.
c. Dokumentasi yaitu untuk memperoleh data-data wacana keadaan guru dan siswa pada Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
8. Tehnik Analisa Data
Untuk menganalisis data dan menginterpretasikan data tersebut berdasarkan Nasution sanggup dilakukan 3 tahapan yaitu:
1. Tahap Reduksi
Tahap ini hal yang dilakukan ialah menelaah seluruh data yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga sanggup ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulka data atau informasi dari catatan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek yang diteliti.
2. Tahap Display
Tahap ini dilakukan ialah untuk merangkul data temuan data temuan dalam penelitian ini yang di susun secara sistematis untuk mengetahui wacana hal yang diteliti di lapangan, sehingga melalui display data sanggup memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data yang terkumpul.
3. Tahap Verifikasi
“Tahap ini dilakukan untuk mengadakan pengkajian terhadap kesimpulan yang telah diambil dengan data perbandingan dari teori yang relevan. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran hasil analisa, sehingga melahirkan kesimpulan yang sanggup dipercaya”[30]. “Penelitian sanggup diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif”[31]. Penelitian kualitatif memberikan interpretasi deskriptif , verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memperlihatkan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. Semua data yang terkumpul dari responden diolah dalam bentuk uraian-uraian wacana apa yang didapatkan di lokasi penelitian.
Tehnik penulisan dalam skripsi ini penulis berpedoman pada Buku Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Peusangan Bireuen Aceh tahun 2014. Mengenai terjemahan ayat Al-Qur’an, penulis mengambil Buku Lajnah Pentashihan Mushaf Al- Qur’an Kementrian agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Perkata, penerbit CV. Kalim, Jakarta Tahun 2010.
I. Garis Besar Isi Proposal Skripsi
Garis besar dalam penulisan proposal skripsi ini ialah sebagai berikut :
Bab satu terdapat pendahuluan meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, klarifikasi istilah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Landasan Teori, Kajian terdahulu, metode penelitian dan garis besar isi proposal skripsi.
Bab dua terdapat Profesionalisme Pendidik Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar meliputi: Pengertian Profesionalisme Pendidik, Ciri-ciri Profesionlisme Pendidik, Sistem Pembinaan Profesionalisme Pendidik, Pengertian Prestasi, Jenis-jenis Prestasi, Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, Pengaruh profesionalisme Pendidik terhadap prestasi belajar.
Bab tiga terdapat metodelogi penelitian meliputi: lokasi penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, objek penelitian, sumber data, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data.
Bab empat terdapat temuan penelitian meliputi: Temuan Umum Penelitian, Gambaran Umum Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, Visi Dan Misi Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, Organisasi dan Kepemimpinan Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, Keadaan Guru dan Murid Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, Sarana dan Prasarana Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen,
Temuan Khusus Penelitian mencakup :tingkat profesionalisme guru Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, prestasi mencar ilmu santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, pengaruh tingkat profesionalisme guru terhadap prestasi mencar ilmu santri Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
Bab lima terdapat epilog meliputi: kesimpulan dan saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2006.
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang: Aditya Media,1992.
Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Cet. Ke-3, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Buchori, Teknik-teknik Evaluasi Pendidikan, Bandung: Jemmars, 2000.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalan Guru, Jakarta: Grafindo Persada, 2000.
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah, Cet. I, Riyadh: Maktabah Darussalam, 1997.
John M. Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris Indonesia, Cet. Ke-23, Jakarta: Gramedia, 1996.
Kunandar, Guru Profesional, Cet. I, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pndidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Cet. Ke-1, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2007.
Lexy J. .Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2005.
Muhaimin dan Abdul Mujid, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Trigenda Karya, 1993.
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, Algensindo, 2000.
Nazir, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1999.
Nasution, Teknologi Pendidikan, Cet. III, Bandung: Jemmars, 2000.
Nana Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, Cet II, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Poerwaodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pem dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995.
Roestiyah NK., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1982.
Supriyono, Perlu Motivasi Instrinsik yang Kuat Untuk Meraih Prestasi Belajar, Madia. edisi 7 Tahun 1991.
Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1993.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Seruan Kepada Pendidik dan Orang tua, Solo: Pustaka Barokah, 2005.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987.
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung: Angkasa, 1987.
[4] Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali,1993), hal. 28.
[6] Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Cet. Ke-3, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 105.
[8] Achmadi, Islam Sebagai ....., hal. 271.
[9] Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1993), hal. 28.
[10]Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, Algensindo, 2000), hal, 80.
[13] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), hal. 174.
[14] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal. 64.
[16]Supriyono, Perlu Motivasi Instrinsik yang Kuat Untuk Meraih Prestasi Belajar, (Madia. edisi 7 Tahun 1991), hal. 17.
[17]Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hal. 22.
[21] Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari Syarah, Cet. I, (Riyadh: Maktabah Darussalam, 1997), hal. 264.
[22] Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, Seruan Kepada Pendidik dan Orang tua, (Solo: Pustaka Barokah, 2005), hal. 7.
[23] Roestiyah NK., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), hal. 12.
[24] Muhaimin dan Abdul Mujid, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya, (Bandung: Trigenda Karya,1993), hal.173.
[26] Lexy J. .Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 6.
[27] Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Jakarta: Alfabeta, 2010), hal. 13.
[28] Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.
[29] Nazir, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 127.
[30] Nasution, Teknologi Pendidikan, Cet. III, (Bandung: Jemmars, 2000), hal. 190.
[31] Nana Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 8.
0 Komentar untuk "Profesionalisme Pendidik Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Berguru Santri Raudhatul Athfal"