Bakhil (Kikir) Sabgat Berbahaya Sanggup Menghancurkan Kehidupan Manusia

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji cuma milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang senantiasa setia dan Istiqomah.

Sebenarnya kebakhilan itu yakni jelek bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.

BAKHIL

Menurut bahasa yakni Al-bakhil yang artinya menahan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, bakhil yakni perbuatan seseorang menahan atau tidak menampilkan sesuatu yang seharusnya wajib diberikan terhadap seseorang yang patut menerima.

Hampir semua insan menyayangi harta benda dan banyak sekali suplemen dunia. Namun sayangnya, banyak sekali suplemen dunia tersebut sering menghasilkan insan menjadi sungguh bakhil, pelit alias kikir dan hilang arah.

Bakhil atau kikir yakni di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar dan dianggap menghancurkan kehidupan manusia.

Pahamilah bahwa suatu harta yang cuma dicicipi sendiri maka dalam berjalannya waktu harta tersebutpun akan lenyap dengan mudah.

Tetapi apabila sebagian harta yang dimiliki senantiasa disedahkan terhadap orang-orang yang memerlukan, sesungguhnya harta tersebut tidak akanlah pernah habis dan nanti kenikmatan itu akan sanggup diperoleh di alam abadi kelak.

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam  memperingatkan: 

“Ada tiga hal yang dianggap sanggup membinasakan kehidupan manusia, yakni kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.”

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya selaku hadis hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045.


Kikir atau Bakhil 

Islam sungguh tidak suka sifat bakhil alasannya yakni sifat tercela ini menjadi salah satu dari huruf orang munafik yang tidak mau berkorban untuk kebaikan. Padahal huruf orang yang beriman yakni siap berkorban dengan apa saja demi agamanya. 

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda;

وَعَنْ جَابِرٍ رضى الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوْا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوْا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)) رواه مسلم

Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, tolong-menolong Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jauhilah (takutlah) oleh kalian perbuatan zalim, alasannya yakni kezaliman itu merupakan kegelapan pada hari kiamat. Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, alasannya yakni kikir sudah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan bagi mereka”. (HR Muslim).

Pada mulanya seorang Qarun mungkin berpikir bahwa dengan menghitung-hitung harta dan tidak membagikan hartanya dengan siapapun selaku langkah sempurna menuju kebahagiaan. Namun, apa yang terjadi, Qarun justru ditelan bumi, alasannya yakni kekikirannya.

Dan, tidak hingga pada kekikiran semata, perilaku yang demikian juga memanggil munculnya sifat yang membinasakan selanjutnya yakni kesombongan.

قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُ ۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِىٓ‌ۚ أَوَلَمۡ يَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَهۡلَكَ مِن قَبۡلِهِۦ مِنَ ٱلۡقُرُونِ مَنۡ هُوَ أَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةً۬ وَأَڪۡثَرُ جَمۡعً۬ا‌ۚ

“Qarun berkata: “Sesungguhnya saya cuma diberi harta itu, alasannya yakni ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, tolong-menolong Allah sungguh sudah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih mempunyai pengaruh daripadanya, dan lebih banyak menghimpun harta?” (QS Al-Qashshash : 78).

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyr : 9)

Orang yang mempunyai sifat kikir menampilkan tolong-menolong keimanannya terhadap Allah dan terhadap alam abadi kurang. Rasulullah SAW bersabda:

وَلاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

“Tidak akan berkumpul sifat kikir dan keimanan dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (HR. An-Nasa’i no. 3110)

(Baca juga: Dengki dan Kebencian: Amalan Hati yang Berbahaya, Ini Dalilnya)

Seandainya dia yakni orang yang beriman dengan keyakinan yang benar maka dia akan percaya tolong-menolong harta yang dia keluarkan akan diganti oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat. Dia tidak akan khawatir kalau menginfakkan sebagian dari hartanya. Dia akan senantiasa mengusahakan dirinya untuk bersedekah dan bersedekah, alasannya yakni dia percaya sedekahnya yakni bukti dari keimanannya. (Baca juga: Tantangan bagi Amilin dan Amilat Zakat)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ

“Bahwa sedekah itu yakni bukti.” (HR Muslim no. 223)

Allah mendelegasikan umat Islam untuk gemar bersedekah baik dalam keadaan lapang dan sempit. Dan, mengamalkan perintah sedekah yang sanggup menolong diri kita terbebas dari penyakit kikir alias bakhil Allah kategorikan selaku bukti ketaqwaan seorang hamba (QS. 3: 133 – 134).

Mungkin pada masa umat Nabi Muhammad, orang yang kikir tidak dieksekusi sebagaimana Qarun mengalaminya. Tetapi, camkan apa yang Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an.

وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ بِمَآ ءَاتَٮٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَيۡرً۬ا لَّهُم‌ۖ بَلۡ هُوَ شَرٌّ۬ لَّهُمۡ‌ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۗ

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan terhadap mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu yakni jelek bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” (QS Ali Imran : 180).

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya, kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, maka ia akan berwujud ular yang sungguh besar yang hendak menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, “ saya yakni harta simmpanananmu.” Kemudian Rasulullah membacakan ayat ini (Ali Imran: 180), hingga selesai hayat.” (HR. Bukhari).

Dengan demikian, jauhilah bakhil alias kikir, alasannya yakni itu bukan jalan keselamatan, sebaliknya justru jalan cepat menuju kebinasaan.

“Keburukan yang ada di dalam diri seseorang ialah, kekikiran yang meresahkan dan perilaku pengecut yang melucuti.” (HR Ahmad dan Baihaqi dari Abu Hurairah r.a., 9:17. Hafizh al-Iraqi berkata dalam Takhrij al-Ihya': "Isnad hadis ini baik." dan disahihkan oleh Syaikh Syu'aib dalam Takhrij Ibn Hibban; dan diriwayatkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir (3709)

Para ulama berkata, “Kikir yakni sifat bakhil yang disertai dengan tamak. Ia melampaui keengganan untuk menampilkan sesuatu alasannya yakni kebakhilan. Bakhil hanyalah untuk hal-hal yang berhubungan dengan derma harta benda saja, sedangkan kikir berhubungan dengan derma harta benda dan juga kebaikan atau ketaatan. Dan kekikiran yang meresahkan (al-syukhkh al-hali’) merupakan yang menghasilkan pelakunya senantiasa resah, dan sungguh gelisah. Artinya, dia senantiasa gusar dan khawatir kalau ada haknya yang diminta orang.”

Mereka berkata, kekikiran selamanya tidak pernah akan berjumpa dengan wawasan terhadap Allah. Karena sesungguhnya keengganan untuk menafkahkan harta benda dan memberikannya terhadap orang lain yakni alasannya yakni takut miskin, dan ini merupakan kebodohan terhadap Allah, dan tidak mempercayai kesepakatan dan jaminannya. Atas dasar itulah hadis Nabi saw menafikkan konferensi antara kekikiran dan keimanan di dalam hati manusia. Masing-masing menolak yang lain.

Berangkat dari hal tersebut, hendaknya seorang muslim merenungi akan akhir jelek dari sifat bakhil. Menahan harta tanpa mengeluarkannya untuk kemaslahatan ummat atau minimal diri sendiri yakni salah satu ciri bakhil dan kikir.

Seseorang yang diberi harta maka diperbolehkan baginya ia gunakan demi kemaslahatan pribadinya, baik ia pakai untuk berobat, menafkahi keluarganya dengan cukup, berbelanja busana yang gres biar terlihat rapi dan bersih, berbelanja kendaraan yang sanggup membantunya untuk beribadah dan memudahkannya untuk melaksanakan aktivitas lainnya, dan lain-lain, selama tidak terjatuh dalam taraf bermewah-mewahan dan bersombong-sombong. Karena Allah juga memotivasi hambanya biar menampakkan lezat Allah pada dirinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

“Sesungguhnya Allah ingin menyaksikan efek dari lezat (yang diberikan terhadap hambanya) pada diri hambanya tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2819)

Bahkan apabila dia mempunyai harta yang lebih, hendaknya dia menginfakkannya terhadap saudaranya yang memerlukan dan hendaknya dia membelanjakannya di jalan Allah.

Perbuatan bakhir dan kikir amatlah tercela. Dan itu juga merugikan diri sendiri.

Pertama, bakhil membuat pelakunya terjerumus ke dalam banyak sekali perbuatan dosa.

Seseorang yang terkena penyakit bakhil akan menjauh dari banyak sekali perbuatan baik. Entah perbuatan baik yang kaitannya dengan Allah Ta’ala atau sesama manusia. Sebaliknya ia akan senantiasa mendekati perbuatan jelek dan merepotkan diri dengannya. Nabi SAW sudah mewanti-wanti pada kita bahwa kebakhilan akan menenteng kita pada banyak sekali perbuatan dosa dan kehinaan. Beliau bersabda :

إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخَلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا

“Hendaklah kalian jauhi sifat bakhil, maka sesungguhnya sudah celaka orang-orang sebelum kalian dengan kebakhilan: mendelegasikan terhadap mereka dengan kebakhilan kemudian mereka bakhil, dan mendelegasikan terhadap merela untuk memutus silaturrahmi kemudian mereka putus, dan mendelegasikan terhadap mereka dengan perbuatan dosa kemudian ia melakukannya.” [ HR. Abu Daud ]

Dalam suatu riwayat dari Abi Hayyaj al asadi dia berkata: “suatu hari saya berthawaf di baitullah. Kemudian saya menyaksikan seseorang berdo’a: Allahumma qinii syukha nafsi [ya Allah jagalah diriku dari kebakhilan] tidak memperbesar dari itu. Aku katakan kepadanya, kenapa? Kemudian ia berkata: sesungguhnya kalau diriku tersadar dari kekikiran: tidak akan mencuri, berzina, dan perbuatan dosa lainnya. Dan ternyata seseorang tersebut yakni Abdurrahman bin ‘Auf.” [Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dalam Jaami’ul bayan: 228/12/28 ].

Kedua, bakhil memperoleh azab yang pedih di alam abadi .

Kebahilan tidak cuma mengimbas pada kehidupan seseorang di dunia dengan keguncangan dan ketidak tenangan. Akan namun kejadian alam tersebut terus menyiksa pelakunya hingga ke negeri alam abadi dengan azab yang pedih di neraka. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan terhadap mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebetulnya kebakhilan itu yakni jelek bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” [ QS. Ali Imran : 180 ].

Orang-orang yang sudah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah Ta’ala kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan keharusan perihal harta tersebut, menyerupai zakat dan lain-lain, yakni sungguh tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka.

Ketiga, bakhil sanggup dijauhkan dari keimanan pada Allah Ta’ala.

Kekikiran dan keimanan tidak akan berkumpul dalam jiwa seseorang. Kekikiran akan mengikis keimanan seseorang sedikit demi sedikit. Sebaliknya, orang yang gemar berinfak, Allah akan kuatkan keimanannya alasannya yakni percaya bahwa pahala akan menantinya di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :

لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

“Sifat kikir dan keyakinan tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.” [Al-Musnad, karya Ahmad 14/202, no. 8512, dan Shahih Ibni Hiban 8/43, no. 3251. Seorang muhaqqiq mengatakan, “Hadits shahih lighairihi.”].

Iman seseorang yang lemah tidak akan terpanggil untuk menyambut undangan dari setiap penyeru untuk beramal dan sedekah. Bahkah kalau dia menyaksikan saudaranya sedang tertimpa musibahpun tidak akan mereka keluarkan hartanya untuk mengendorkan beban saudaranya tersebut. Ia tidak paham bahwa harta yang ia belanjakan untuk kebaikan itulah yang sebetulnya menjadi harta dia yang hendak mengikuti hingga akhirat. Dan tidaklah seseorang bakhil, kecuali bakhilnya ia pada dirinya sendiri.

Disamping berusaha, kita juga mesti berdo’a biar dijauhkan dari kebakhilan. Di antara do’a yang diajarkan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yakni :

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah! Sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari bakhil, saya berlindung kepada-Mu dari penakut, saya berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan saya berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.” [HR. Bukhari dalam Fathul Baari: 6/35 ]. Walallahu'alam

Related : Bakhil (Kikir) Sabgat Berbahaya Sanggup Menghancurkan Kehidupan Manusia

0 Komentar untuk "Bakhil (Kikir) Sabgat Berbahaya Sanggup Menghancurkan Kehidupan Manusia"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close