Corona virus atau Covid-19 yang sekarang sudah menyebar ke 185 negara dan, sudah menginfeksi lebih dari 2,7 juta orang dan sudah membunuh lebih dari 190.000 orang secara global sejak kemunculanya pertama kali di kota Wuhan, wilayah China, tamat tahun 2019, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins.
Untuk membendung penyebaran virus lebih lanjut, pihak berwenang di seluruh dunia menerapkan tindakan untuk mengunci negara dan kota pada tingkat yang berbeda-beda. Itu tergolong menutup perbatasan, menutup sekolah dan kawasan kerja, dan mencegah konferensi besar.
Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath menyampaikan pembatasan-pembatasan itu, yang oleh Dana Moneter Internasional (IMF) disebut selaku "Great Lockdown," menghasilkan banyak kesibukan ekonomi global terhenti, merugikan bisnis dan memunculkan orang kehilangan pekerjaan.
"Ini sungguh-sungguh krisis global alasannya yaitu tidak ada negara yang selamat," kata Gita dalam blog yang diunggah awal bulan ini, menyerupai dilansir CNBC (24/4/2020).
Berikut yaitu tujuh grafik yang menyediakan bagaimana pandemi Covid-19 sudah menghantam ekonomi global.
Jumlah Pengangguran Meningkat
Banyak ekonom sudah memperingatkan bahwa tindakan lockdown di seluruh dunia akan mempercepat orang-orang kehilangan pekerjaan - hal ini sudah terlihat dalam angka pengangguran di beberapa negara.
Di AS sebagai sentra ekonomi paling besar di dunia, lebih dari 26 juta pekerjaan hilang selama lima ahad terakhir. Berdasarkan Biro Statistik Tenaga Kerja, tingkat pengangguran AS pada bulan Maret yaitu sebesar 4,4% menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2017.AS tidak sendirian dalam menghadapi meningkatnya jumlah pengangguran. Australia dan Korea Selatan juga mencatat peningkatan tingkat pengangguran, dengan beberapa ekonom yang memperingatkan bahwa situasinya sanggup menjadi lebih buruk.
Industri jasa terpuruk
Industri jasa yaitu sumber utama kemajuan dan lapangan kerja bagi banyak negara, tergolong AS dan China - dua negara dengan ekonomi dan pasar pelanggan paling besar di dunia.
Analis dari Oxford Economics sudah memperingatkan bahwa pelanggan mungkin tidak menjalankan pembelanjaan bahkan setelah tindakan lockdown dicabut. Hal tersebut terbukti dalam "pertumbuhan lambat" dalam pemasaran ritel di China bahkan setelah negara itu membolehkan pembukaan kembali bisnis secara bertahap.
"Pertumbuhan lambat dalam pembelanjaan rumah tangga mendukung persepsi kami bahwa, secara global, pelanggan sulit dipercayai untuk kembali ke toko secepatnya setelah pembatasan dicabut," tulisnya dalam suatu laporan, dikutip di CNBC.
Aktivitas manufaktur menurun
Produsen, yang sudah terbebani oleh perang jualan AS-China dalam dua tahun terakhir, sekali lagi berada di bawah tekanan dikala virus corona menyebar ke seluruh dunia.
Ketika lebih banyak negara memberlakukan tindakan lockdown, sebagian besar perusahaan manufaktur terpuruk. Beberapa terpaksa ditutup sementara, sementara yang tetap terbuka menghadapi pembatasan dalam mendapat pasokan barang dan materi setengah jadi.
Tahun jelek yang lain untuk perdagangan
Perdagangan global, yang sudah melambat pada tahun 2019, diperkirakan akan terbebani lebih lanjut pada tahun ini.
"Di bawah kedua skenario, semua wilayah akan mengalami penurunan dua digit dalam ekspor dan impor pada tahun 2020," kata WTO dikutip CNBC (24/4/2020).
Ekonomi global akan berkurang pada tahun 2020
Pandemi Covid-19 kepada kesibukan ekonomi sudah memunculkan banyak forum memangkas fikiran kemajuan mereka kepada ekonomi global.
Dana Moneter Internasional (IMF), yang analisa ekonominya dibarengi secara luas, memperkirakan ekonomi global berkurang 3% tahun ini. Hanya segelintir ekonomi - menyerupai China dan India - yang diperkirakan berkembang pada 2020.
Foto: 7 Grafik menyediakan bagaimana pandemi Corona Virus sudah menghantam ekonomi global.
Sementara itu, dana sudah meraih rebound kemajuan 5,8% di tahun depan, kepala ekonom IMF, Gita Gopinath menyampaikan pemulihan "hanya parsial alasannya yaitu tingkat kesibukan ekonomi diproyeksikan akan tetap di bawah tingkat yang IMF proyeksikan untuk 2021, sebelum virus menyerang." ujarnya.
"Kerugian secara kumulatif kepada PDB global selama tahun 2020 dan 2021darikrisispandemi sanggup sekitar 9 triliun dolar, lebih besar dari ekonomi Jepang dan Jerman, kalau digabungkan,"
0 Komentar untuk "Corona Virus Atau Covid-19 Sudah Menyebar Ke 185 Negara"