Ketika ingin melanjutkan kuliah Program Magister, aku berdiskusi dengan teman dekat tentang bagaimana persepsi tentang lanjut kuliah Magister (S2) atau konsentrasi melakukan pekerjaan menghidupi keluarga.
Kuliah Magister (S2) bahu-membahu tergantung persepsi seseorang dalam menyeleksi jati dirinya. Ada yang merasa cukup di tingkat S1 ada pula yang masih ingin menuntut ilmu hingga Magister (S2) bahkan Doktor (S3).
jika pun ya..! menuntut ilmu tidak cuma di perkuliahan, namun ijazah selaku legalitas resmi permintaan dari forum resmi.
Adakalanya seseorang bisa dalam bidang tertentu namun tertolak lantaran tidak mempunyai ijazah resmi yang mendukung. Pun sebaliknya, ada yang tidak dapat sama sekali namun punya ijazah resmi, ia diterima selaku salah satu kepingan dari suatu forum lantaran argumentasi keterbiasaan.
Ya ganjal bisa lantaran biasa. Artinya pegang ijazah resmi suatu ketika jikalau dibutuhkan. Maka tidak perlu khawatir batas-batas legalitas resmi keahlian.
Untuk melanjutkan kuliah pastinya memerlukan ongkos yang tidak sedikit. Maka selain niat dan tekad yang kuat, perlu adanya peluang waktu serta fasilitas rizki yang mendukung.
Nah.. dalam hal ini. Saya tidak dapat paksakan. Karena kerja keras dan niat seseorang tidak ada yang tau, pun waktu. Ada yang punya niat, namun setengah setengah sehingga kerja keras untuk mendapat rizki juga setengah setengah. Adapula yang sebaliknya.
Nyatanya banyak kok teladan orang orang biasa namun mempunyai tekad yang bulat, Ia sukses lulus Magister (S2). Artinya Sekali lagi. Ini bicara kebulatan tekad dan visi misi dalam hidup seseorang.
Ada beberapa argumentasi yang dapat memotivasi aku mudah-mudahan sanggup melanjutkan kuliah ke Magister (S2) diantaranya:
#Membangun Relasi
Ya kini pendidikan yakni suatu fasilitas untuk mendapat karir yang lebih baik. Salah satunya dengan bikin korelasi seluas-luasnya.
Saya menyaksikan peluang disana dengan berteman atau cuma ngobrol dengan para mahasiswa Magister (S2). Yang diantara mereka seluruhnya mempunyai visi sendiri.
Berbeda halnya ketika kuliah di Sarjana (S1), kini relasinya, pembicaraannya kian meningkat. Ini salah satu nilai positif yang dapat dibawa ke masyarakat.
Terkadang penduduk cuma menganggap apa yang ia lihat, sehingga dengan Magister (S2) setidaknya aku sedang menuntut ilmu bagaimana mengatakan Dengan orang-orang yang mempunyai peranan mempunyai pengaruh di penduduk nanti.
#Karir
Saya lihat bertahun-tahun ke belakang, keperluan pendidikan tahun ke tahun kian meningkat. Pada tahun 80-90an misalnya, ketika pemerintah memerlukan SDM. Pada ketika itu sedikit sekali yang mengenyam pendidikan. Pada hasilnya mau tidak mau pemerintah mengambil dari Lulusan SLTA.
Jika aku amati ternyata selama berselang 10 tahun terakhir ada pergantian kebutuhan.
Kemungkinannya pada 10 tahun yang mau datang, tren Sarjana menurun. Sedangkan Magister meningkat. Ini disebabkan lantaran keperluan piawai beriringan dengan konsekuensi zaman yang kian maju.
#Prestis
Saya pastinya takjub dengan mereka yang mempunyai prestis dihadapan penduduk tanpa gelar apapun. Saya pikir, itu juga bukan secara kebetulan namun tetap diusahakan. Mereka mendapat prestis dari apa yang sudah ia usahakan sebelumnya. Menjadi anggota penduduk yakni kenyataan. Tetapi menyeleksi jadi diri di hadapan penduduk yakni pilihan. Jangan hingga cuma menjadi sampah masyarakat. Nah salah satunya yakni mencari ilmu sebanyak2nya dengan cara masuk ke jalur pendidikan.
Namun, dari uraian tadi. Saya pastinya yakin bahwa di atas langit masih ada langit. Allah Subhanahu wataala jua lah yang menyeleksi derajat seseorang. Setidaknya ini yakni kepingan dari ikhtiar seorang hamba yang ingin mengganti nasibnya menjadi lebih baik. Tidak cuma dalam hal materi namun juga rohani. Seperti pilosofi padi: kian berisi kian merunduk.
Yakinlah bahwa seseorang yang betul betul mengerti dan mengerti akan hakikat ilmu. Ia tidak akan absurd dunia, tidak akan jumawa, tidak akan banyak bicara kalau ia bisa. Melainkan merunduk aib lantaran sadar siapalah Ia dihadapan Tuhannya.
Dari 3 argumentasi tadi. Antara relasi, karir dan prestis hanyalah untuk keperluan dunia saja. Jauh dari itu, mencari ilmu dari orang orang yang sudah melanglang buana yang sarat dengan pengalaman yakni suatu keharusan. Agar aku bisa mengambil pelajaran darinya untuk menuju kehidupan yang memiliki kegunaan baik untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Dari 3 argumentasi tadi. Antara relasi, karir dan prestis hanyalah untuk keperluan dunia saja. Jauh dari itu, mencari ilmu dari orang orang yang sudah melanglang buana yang sarat dengan pengalaman yakni suatu keharusan. Agar aku bisa mengambil pelajaran darinya untuk menuju kehidupan yang memiliki kegunaan baik untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
0 Komentar untuk "Alasan Mengapa Mesti Kuliah S2"