Meniadakan Dosa Dalam Islam

 Sholawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam kelua  Menghapus Dosa dalam Islam

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam keluarga serta para teman dekat dan pengikut yang istiqamah menuruti Baginda hingga ke hari kiamat. Wahai Sahabatku yang senantiasa di rahmati oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.

Salah satu dosa besar yang terang terdapat hukumannya di dunia dan alam abadi bagi umat islam yakni zina. Perzinahan yakni sebuah sikap yang sungguh tercela, dah hina, dengan berafiliasi biologis dengan pasangan yang tidak semestinya. 

Dalam hal ini zina yakni berafiliasi biologis hingga bertemunya kelamin perempuan dan pria sepantasnya hubungan suami istri. Dalam islam pun sering didengar perumpamaan zina dengan aneka macam anggota tubuh, maka terdapat hukum. 

Firman Allah :
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh pria yang berzina atau pria musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin”.  (QS An-Nur : 3)

Di dalam Al-Quran terdapat status orang-orang yang berzina yakni haram dinikahi oleh orang-orang mukmin kecuali dengan mereka yang berzina pula. Tentu saja hal ini dikarenakan perzinahan membawakan pengaruh mudharat yang banyak. 

Untuk itu Allah memerintah pria menegaskan perempuan yang bagus untuk dinikahi menurut islam  dan begitupun sebaliknya dengan perempuan.

Misalnya saja bagi perempuan yang berzina atau suka berzina. Jika ia menikah dengan pria yang shaleh, pastinya akan menjadi pertanyaan besar kelak anak yang lahir dari rahimnya berstatus ayah dari siapa sebab tidak terang sesuai arti nasab.

Sedangkan bagi pria yang suka berzina tentu juga dosa besar dikarenakan sudah menetralisir tanggung jawab sikap biologisnya pada perempuan yang berzina dengannya.

Dalam aturan islam yang pernah dipraktekkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, pezina mesti diberlakukan Cambuk 100 kali bagi pezina yang belum menikah (ghairu Muhshon), dan diberlakukan rajam bagi pezina Muhshon (yang sudah menikah). 

Hal ini menandakan bahwa zina amatlah keji hingga perlu eksekusi fisik bahkan disaksikan oleh orang-orang banyak dalam proses penghukumannya (asalkan ada saksi dan bukti bersalah bahwa orang-orang tersebut memang berzina).

Menjauhi Dosa Besar
Tidak berarati orang yang sudah berbuat dosa dan melaksanakan kesalahan besar sepanjang hidupnya akan terus berdosa dan tak mempunyai peluang untuk melaksanakan pergeseran yang baik. 

Artinya, dosa-dosa insan sanggup saja terhapuskan dan diampuni oleh Allah bagi mereka yang senantiasa berubah dan memohon ampun serta bertaubat  dengan sungguh-sungguh.

Begitupun dengan dosa zina. Sebagian mengemukakan bahwa ada amalan penghapus dosa zina yang sanggup dilakukan. 

Untuk itu, dengan amalan pertaubatan untuk meminimalisir dosa pastinya ada.  Dengan amalan tersebut tentunya.

Secara tentu apakah dosa kita diampuni atau tidak pastinya tidak sanggup kita pastikan dikala di dunia. Yang sanggup dijalankan yakni dengan terus memperbaiki diri dan terus memohon ampunan Allah. 

Berikut yakni ayat-ayat yang berkenaan dengan taubat dan ampunan Allah terhadap dosa-dosa manusia.

 “Jika kau menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang tidak boleh kau mengerjakannya, tentu Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kau ke kawasan yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31).

Meskipun insan mempunyai kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa, Allah akan memuliakan dan memasukkannya ke dalam nirwana asalkan insan menjauhi dosa besar dan tidak kembali terhadap dosa besar tersebut. 

Artinya dosa-dosa kita akan diampuni asalkan kita tidak kembali terhadap jalan tersebut, dan mengelak dari apapun yang sanggup memancing kita melaksanakan dosa besar, sebelum terjadinya.

Mengumpulkan Pahala untuk Menjauhi dan Menghapus Dosa

Berikut yakni ayat-ayat dan klarifikasi ayat perihal perkiraan Allah lewat amalan yang kita lakukan. Sekecil apapun amalan akan Allah berikan respon baik itu berupa amalan shaleh atau pun yang menghadirkan dosa. Termasuk pula hal ini sanggup menjadi cara bertaubat dari zina.

Perhitungan Sebiji Sawi Amalan QS Al-Anbiya : 47 

“Kami akan memasang timbangan yang sempurna pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan kalau (amalan itu) cuma seberat biji sawipun tentu Kami menghadirkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami selaku pembuat perhitungan.” (QS Al-Anbiya : 47)

Amalan-amalan yang kita lakukaan dikala di dunia segalanya akan dipertimbangkan tergolong pada dosa-dosa yang sudah dilakukan. 

Untuk itu, yang sanggup dijalankan oleh insan yakni menghimpun pahala yang banyak mudah-mudahan dosa-dosa yang ada tergantikan oleh pahala-pahala yang berat. Tentunya sambil tidak melaksanakan dosa-dosa kembali secara sengaja.

Balasan Amalan Sekecil Apapun QS Luqman : 16 

“(Luqman berkata): “Hai anakku, berbarengan kalau ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam kerikil atau di langit atau di dalam bumi, tentu Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS : Luqman : 16)

Dalam QS Luqman tersebtu, sanggup kita ambil pesan yang tersirat dan pelajaran bahwa perbuatan yang dijalankan seberat biji sawi pun akan betul-betul Allah membalasnya. Dalam hal ini baik dosa ataupun pahala kita segalanya akan Allah berikan balasan. 

Perbuatan dosa tergolong sekalipun pastinya tidak sama dengan ada jaminan terhapus andai kata perbuatan baik kita masih minim. Termasuk dosa ketika melaksanakan perzinahan.

Untuk itu Allah menyodorkan bahwa tidak ada satupun perkiraan sikap yang mau kuput dari persepsi Allah. Perbuatan baik akan dilipatgandakan pastinya akan mengalahkan kesalahan-kesalahan yang sudah kita lakukan.

Jika insan merasa dirinya sudah banyak berbuat dosa, maka satu-satunya jalan yakni melaksanakan kebaikan dan pahala sebaik mungkin tanpa mesti mengkalkulasikan dan mengingat-nginatnya. 

Allah yang sudah mencatat dan memperhitungkan. Yang sanggup kita laksanakan yakni melaksanakan kebaikan dan pahala sebanyak mungkin sebab tidak pernah tau sebanyak dan sejauh apa dosa-dosa yang sudah kita lakukan.

Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang meskipun sebesar zarrah, dan kalau ada kebajikan sebesar zarrah, tentu Allah akan melipat gandakannya dan menampilkan dari sisi-Nya pahala yang besar” (QS An-Nisa : 40)

Melakukan Taubatan Nasuha untuk Meminta Ampunan

Taubatan Nasuha artinya yakni taubat yang dijalankan secara tekun dan meminta apunan dengan serendah-rendahnya terhadap Allah SWT. 

Taubatan Nasuha artinya insan bertekad untuk tidak melaksanakan kesalahan dan betul-betul serius untuk memperbaiki amalan yang jelek sebelumnya. 

Berikut yakni ayat-ayat perihal taubat dalam Islam.

1. Taubat dalam Kondisi Beriman
“Orang-orang yang menjalankan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; berbarengan Tuhan kau sesudah taubat yang dibarengi dengan keyakinan itu yakni Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS : Al-A’raf : 153)

Orang beriman yakni ia yang meyakini rukun keyakinan dan mengamalkan rukun islam selaku pondasi kehidupannya. Orang beriman pun akan mencicipi faedah beriman terhadap Allah SWT dalam sepanjang hidupnya.  

Allah menganpuni dan menemukan orang-orang yang sudah berbuat kejahatan dengan menghapuskannya asalkan dalam proses pertaubatannya yakni orang-orang yang tiba meminta ampun dalam kondisi beriman. 

Mereka bukan cuma akal-akalan beriman atau sekedar gugur keharusan meminta ampunan sambil tidak tekun melaksanakan taubat. Untuk itu butuh taubatan nasuha yakni taubat yang dijalankan dengan cara bersungguh-sungguh.

2. Taubat Karena Kejahiliahan (Khilaf dan Ketidaktahuan)
“Sesungguhnya taubat di segi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang menjalankan kejahatan karena kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS : An-Nisa : 17)

Taubatan nasuha yakni taubat yang tekun dan melaksanakan kesalahan bukan sebab disengaja melainkan sebab khilaf atau ketidak tahuan. 

Hal itu akan diterima oleh Allah taubatnya asalkan tidak akan dijalankan kembali. Orang yang bertaubat tidak akan mengulangi lagi kesalahannya bahkan ia akan menjauhi segala perbuatannya yang keliru dan membawakan pengaruh yang buruk.

3. Taubat yang tidak dijalankan sebelum Ajal
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang menjalankan kejahatan (yang) hingga apabila tiba maut terhadap seseorang di antara mereka, (barulah) ia menyampaikan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu sudah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS : An-Nisa : 18 )

Taubat yang tidak diterima yakni taubat dalam kondisi dimana insan sudah menemui ajalnya. Proses tersebut tidak akan diterima oleh Allah sebab dikala itu insan sudah habis waktunya dan sudah tidak sanggup berbuat apapun lagi.

Agar tidak Terjerembab dalam Dosa Perzinahan

Sebelum balasannya insan terjebak dalam dosa perzinahan, maka hal ini mesti diwaspadai dan tidak melaksanakan atau mendekati perbuatannya. Berikut yakni mudah-mudahan kita tidak terjebak pada peilaku perzinahan .

Allah menyatakan di QS Al-Isra 17 bahwa insan tidak boleh utnuk mendekati zinah. 

Artinya mendekati saja tidak boleh terlebih melakukakannya. Menjauhi perbuatan zinah sanggup dijalankan dengan tidak mendekatinya sama sekali menyerupai berduaan dengan musuh jenis, melaksanakan proses pacaran yang berlebihan sehingga sudah tidak ada batas-batas dengan musuh jenis, atau membuka aurat di hadapan orang yang bukan muhrimnya.

Untuk itu, Allah selain menampilkan perintah untuk menjauhi perzinahan, salah satunya lagi yakni mempertahankan keduanya (wanita dan laki-laki) dengan perintah untuk menutup aurat. Dan mempertahankan pergaulan, mudah-mudahan bergaul dalam lingkungan yang sehat dan jauh dari nilai-nilai kebebasan.

Tujuan penciptaan manusia, hakikat penciptaan manusia, sejatinya yakni untuk mengabdi terhadap Allah. Agar tidak terjerembab maka melaksanakan pengondisian dengan lingkungan yang bagus dan senantiasa mengingatkan terhadap Allah yakni penyelesaian yang baik. 

Begitupun sanggup kita menjauhi perzinahan dengan mendidiknya terhadap belum dewasa dan generasi penerus.  

Apalagi di tengah zaman yang sungguh bebas dan hedonis, sebagaimana ciri-ciri kiamat yang pernah Rasulullah sampaikan. 

Tentu butuh pendidikan islam yang benar untuk anak-anak. Tentu hakikat pendidikan islam dan tujuan pendidikan yakni membentuk moralitas yang menjauhi dari perzinahan dan pergaulan bebas tanpa batas sebagaimana fungsi agama mengaturnya. Demikian mudah-mudahan goresan pena ini berharga bagi pembacanya, terima kasih.

Related : Meniadakan Dosa Dalam Islam

0 Komentar untuk "Meniadakan Dosa Dalam Islam"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close