Model pendidikan dengan memberi penghargaan dan sanksi bagi anak didik dinilai sudah ketinggalan zaman.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyebutkan, cara yang dikenal dengan istilah "reward and punishment" itu tidak efektif lagi diterapkan kepada belum dewasa di masa sekarang.
"Reward and punishment itu kuno. Kalau bicara pendidikan, yang harus dibangun yaitu nyata disiplin," kata Anies ketika berbicara dalam program Kompasianival 2020 di Gandaria City, Jakarta Selatan, Sabtu (12/12/2020).
Makna nyata disiplin yang dimaksud oleh Anies yaitu mengupayakan suatu kondisi di mana seseorang yang mengalami kegagalan terpacu untuk menjadi lebih baik lagi.
Anies mencontohkan dampak dari penerapan reward and punishment, dengan situasi seorang murid telat tiba ke sekolah, dieksekusi berdiri sepanjang jam pelajaran oleh gurunya.
Dari hal itu, sanggup dilihat, sanksi yang diberikan sama sekali tidak berafiliasi dengan telat tiba ke sekolah.
Hukuman menyerupai itu juga tidak menjamin sang murid tidak telat lagi di lalu hari.
"Datang terlambat ke sekolah, dieksekusi berdiri. Nyambungenggak antara terlambat dan berdiri? Itu buat puas gurunya saja," tutur Anies.
Mantan rektor Universitas Paramadina itu juga mengajak para orangtua dan pendidik semoga jangan melihat anak menyerupai kertas kosong.
Perumpamaan anak menyerupai kertas kosong memang marak, namun sebaiknya, anak dianggap sebagai biji atau benih.
"Kayak kata Ki Hadjar Dewantoro, belum dewasa kita menyerupai biji. Tugas kita, menumbuhkan biji. Akarnya enggak terlihat. Batang, daun, juga tak nampak. Tapi, jikalau diberi kesempatan tumbuh, akan jadi tanaman yang indah," ujar Anies.
Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2020/12/12/17162631/Anies.Baswedan.Mendidik.dengan.Reward.and.Punishment.Sudah.Kuno
0 Komentar untuk "Menurut Mendkbud Mendidik Dengan Reward And Punishment Sudah Kuno"