Manusia Mahluk Ciptaan Allah Yang Paling Mulia Dan Sempurna

Manusia Mahluk Ciptaan Allah Yang Paling Mulia dan Sempurna Manusia Mahluk Ciptaan Allah Yang Paling Mulia dan Sempurna
Bismillahirrahmanirrahim 
Segala puji cuma milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya yang senantiasa dirahmati-Nya.

Manusia yakni makhluk ciptaan  Allah  yang Paling mulia dan sempurna, bila ketimbang makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang lain, baik yang ada di bumi maupun di langit. 

Oleh lantaran itu insan mesti tahu dan mesti mengetahui serta menyadarinya dari mana insan dan hendak kemana insan ini. Darimana insan berasal dan kemana insan akan kembali. kapan insan diciptakan dan siapa nenek moyang manusia? 

Untuk sanggup menjawab  semua pertanyaan itu kita perlu untuk mengkaji lebih dalam dan mengetahuinya dari Al-Qur’an, Yang Insha Allah tidak akan ada keraguan di dalamnya. 

Kita akan menjajal mengurutkan ayat-ayatnya yang ada di Al-Qur’an.  Mulai dari kita di ciptakan hingga dengan kita akan kemena sewaktu kembalinya.

1. Manusia yang Pertama kali di ciptakan adalah Nabi Adam Alaihi Sallam, Firman Allah :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ

Dan (ingatlah), sewaktu Tuhanmu berfirman terhadap para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan bikin seorang insan dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS. 15:28)

2. Penciptaan insan di tampang bumi ini yakni berencana untuk dijadikan khalifah di bumi sesuai dengan Firman-Nya :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Dan camkan sewaktu Tuhanmu berfirman terhadap para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menyebabkan seorang khalifah di tampang bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menyebabkan (khalifah) di bumi itu orang yang hendak bikin kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengenali apa yang tidak kau ketahui.” (QS. 2 : 30)

3. Kemudian Allah memamerkan ilmu (mengajarkan nama-nama benda) terhadap Manusia pertama yakni nabi Adam Alaihi Sallam. Firmanya:

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Dan Dia mengajarkan terhadap Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya terhadap para Malaikat kemudian berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu kalau kau mamang benar orang-orang yang benar!” (QS. 2 : 31)

Adam Alaihi Sallam merupakan makhluk ciptaan Allah  yang cocok dan mulia. sehabis Adam Alaihi Sallam di ajarkan ilmu, maka Allah  memamerkan perintah biar Adam meberitahukan nama-nama benda itu terhadap penduduk langit. Firman-Nya :

قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ

Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah terhadap mereka nama-nama benda ini.” Maka sehabis diberitahukannya terhadap mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa gotong royong Aku mengenali diam-diam langit dan bumi dan mengenali apa yang kau lahirkan dan apa yang kau sembunyikan?” (QS. 2 : 33)
Mereka segalanya sujud terhadap Adam menandakan ketaatan mereka kepada Allah  kecuali Iblis :

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Dan (ingatlah) sewaktu Kami berfirman terhadap para malaikat: “Sujudlah kamu terhadap Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan yakni ia tergolong kelompok orang-orang yang kafir. (QS. 2 : 34)

Sujud di sini memiliki arti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah memiliki arti sujud memperhambakan diri, lantaran sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata terhadap Allah. 

Kemudian iblis memerdayakan keduanya yang mengkakibatkan mereka diturunkan  dari nirwana ke bumi hingga rentang waktu yang ditentukan/ sementara (Tidak Abadi). 

فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari nirwana itu dan dikeluarkan dari kondisi semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kau menjadi lawan bagi yang lain, dan bagi kau ada wilayah kediaman di bumi, dan kesenangan hidup hingga waktu yang ditentukan.” (QS. 2 : 36)

4. Sebagai khalifah di bumi, maka kita akan menjalani hidup dan kehidupan dengan isyarat dan anutan yang hendak diberikan oleh Sang Pencipta yakni Allah, sesuai dengan firman-Nya :

قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Kami berfirman: “Turunlah kau segalanya dari nirwana itu! Kemudian kalau tiba petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, tentu tidak ada kegundahan atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. 2 : 36)

5. kemudian Allah memperkembakbiakan pria dan perempuan yang banyak dari Adam Alaihi Sallam dan istrinya Hawa, Firman-Nya :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah terhadap Tuhan-mu yang sudah bikin kau dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah bikin isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan pria dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah terhadap Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kau saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah senantiasa mempertahankan dan memantau kamu. (QS. 4 : 1)

[263]. Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin merupakan dari cuilan badan (tulang rusuk) Adam a.s. menurut hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya merupakan dari unsur yang sama yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[264]. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya terhadap orang lain mereka mengucapkan nama Allah menyerupai :As aluka billah artinya saya mengajukan pertanyaan atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

Untuk meneruskan generasi ke genarasi Allah memamerkan tutorial dan isyarat yang terang didalam Al Qur’an terhadap insan biar insan itu sanggup menjadi khalifah di bumi. 

wajiblah hukumnya kita untuk mengikuti isyarat yang diberikan, biar kita sanggup menjalani hidup dan kehidupan ini dengan baik dan benar. 

Yang nantinya sanggup menghantarkan kita kembali ketempat asal kita yakni syurga. Sesuai dengan petunjukNya dalam QS. 4 : 1 diatas, bahwa kita diciptakan berpasang-pasangan pria dan perempuan.

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara gejala kekuasaan-Nya merupakan Dia bikin untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, agar kau condong dan merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu betul-betul terdapat gejala bagi kaum yang berfikir.(QS. 30 : 21)

6. Memulai Pernikahan 
Manusia diberikan isyarat dan aturan untuk menjalani hidup dan kehidupan di bumi ini. Mulai dari bagaimana untuk sanggup meneruskan keturunan yang di awali dengan bersatunya pria dan perempuan yang disebut dengan pernikahan. Untuk menikah itu aturannya ada di Al Qur’an.

وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا

Berikanlah maskawin (mahar) terhadap perempuan (yang kau nikahi) selaku pemberian dengan sarat kerelaan[267]. Kemudian kalau mereka menyerahkan terhadap kau sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (QS. 4 : 4)

[267]. Pemberian itu merupakan maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, lantaran pemberian itu mesti dilaksanakan dengan ikhlas.

Setelah terjadi ijab kabul yang sah menurut Agama kita. maka suami dan istri akan punya kiprah dalam menjalani kehidupan barunya. Dan pembagian kiprah itupun sudah dikelola dalam Al – Alquran Firman-Nya :

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

Kaum pria itu yakni pemimpin bagi kaum wanita, oleh lantaran Allah sudah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan lantaran mereka (laki-laki) sudah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang saleh, merupakan yang taat terhadap Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh lantaran Allah sudah memelihara (mereka)[290]. Wanita-wanita yang kau khawatirkan nusyuznya[291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di wilayah tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian kalau mereka mentaatimu, maka janganlah kau mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. 4 : 34)

[289]. Maksudnya: Tidak berlaku curang serta memelihara diam-diam dan harta suaminya.
[290]. Maksudnya: Allah sudah mengharuskan terhadap suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
[291]. Nusyuz: yakni meninggalkan keharusan bersuami isteri. Nusyuz dari pihak isteri menyerupai meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
[292]. Maksudnya: untuk memberi peljaran terhadap isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi nasehat, bila usulan tidak berharga barulah dipisahkan dari wilayah tidur mereka, bila tidak berharga juga barulah dibolehkan menghantam mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama sudah ada keuntungannya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya


7. Mencari Rezeki
dan untuk menyanggupi keperluan hidup mencari nafkahpun sudah ada petunjuknya dalam Al – Qur’an nafkah yang menyerupai apa yang di perintahkan. ? Firman-Nya :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kau mengikuti tindakan syaitan; lantaran gotong royong syaitan itu yakni lawan yang faktual bagimu. (QS. 2 : 168)

 Rezki itu munculnya dari mana?

وَأَمْدَدْنَاهُمْ بِفَاكِهَةٍ وَلَحْمٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ
Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu[1418] dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu[1419].
[1418]. Maksudnya: hujan yang sanggup menyuburkan tanaman.
[1419]. Yang dimaksud dengan apa yang dijanjikan kepadamu merupakan takdir Allah terhadap tiap-tiap insan yang sudah ditulis di Lauhul mahfudz.


Cara mencari rezeki itu bagaimana?

Carilah rezeki yang baik-baik dan bersyukurlah terhadap Allah atas rezki yang sudah diberikan-Nya

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah terhadap Allah, kalau betul-betul kepada-Nya kau menyembah. (QS. 2 : 172)

Untuk sanggup mendapat rezeki yang lebih banyak dan cepat munculnya serta dimudahkan oleh Allah kita di perintahkan untuk beriman dan bertaqwa Firmnan-Nya :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan terhadap mereka berkah dari langit dan bumi, tapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. 7 : 96)

Dalam menjalani hidup dan kehidupan pastinya kita akan mengadapi dilema dan ujian. Karena ujian itu berbanding lurus dengan kehidupan, setiap yang hidup pasti akan sanggup ujian dan cobaan, jadi kita tidak mungkin tidak  mendapat ujian, kecuali kita sudah tidak hidup. Untuk menghadapi ujian dan ujian ada petunjuknya dalam Al-Quran, sebelum menghadapi ujian kita mesti kenal dahulu ujian itu apa?, kita lihat Al Qur’an :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kau menduga bahwa kau akan masuk syurga, padahal belum tiba kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh bencana dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan majemuk cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah munculnya dukungan Allah?” Ingatlah, gotong royong dukungan Allah itu amat dekat. (QS. 2 : 214)

Rincian Ujian yang hendak kita hadapi sudah diterangkan dalam Al – Alquran :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan sangat akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kelemahan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah isu bangga terhadap orang-orang yang sabar. (QS. 2 : 155)

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”[101]. (QS. 2 : 156)

[101]. Artinya: Sesungguhnya kami yakni milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali terhadap Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang cocok dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. 2 : 157)

8. Jelas selagi kita hidup maka kita akan sanggup ujian :
  1. Sedikit Ketakutan
  2. Kelaparan
  3. Kekurangan Harta
  4. Jiwa dan buah-buah
cara bersikap dan cara menghadapinyapun sudah terang di kita mesti berserah diri terhadap Allah.
dan bagaimana cara kita menanggapi atau menghadapi ujian itu, eksklusif ada jawabannya di Surat selanjutnya :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

Apakah kau menduga bahwa kau akan masuk surga, padahal belum faktual bagi Allah orang-orang yang berjihad[232] diantaramu dan belum faktual orang-orang yang sabar. (QS. 3 : 142)

[232]Jihad dapat berarti:
1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam;
2. memerangi hawa nafsu;
3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam;
4. Memberantas yang batil dan menegakkan yang hak.

Dan kalau kita sanggup ujian sakit, siapa yang menyembuhkan kita?, ada di Al – Qur’an :

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

dan apabila saya sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, (QS. 26 : 80)

Dokter dan yang yang lain hanyalah menjadi perentara dan selaku jalan ikhtiar kita untuk mendapat kesembuhan dari ujian sakit yang kita hadapi apabila sanggup ujian sakit yang lebih berat maka ada penjelasanya di Al Alquran :

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Ayub, sewaktu ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), gotong royong saya sudah ditimpa penyakit dan Engkau yakni Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. 21 : 83)

Seorang Nabi juga sanggup ujian sakit yang berat. dan ia berserah diri dan cuma dengan berdo’a dan meminta terhadap Allah yang Maha Penyayang untuk mengangkat penyakitnya. Dan apa yang di sanggup kalau kita nrimo atas ujian yang kita hadapi.?
Firman Allah:
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ

Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, kemudian Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, selaku sebuah rahmat dari segi Kami dan untuk menjadi perayaan bagi semua yang menyembah Allah. (QS. 21 : 84)

Dan bila dalam berrumah tangga kita usang sanggup keturunan apa petunjuknya dalam Al Qur’an :

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

Di sanalah Zakariya mendoa terhadap Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah saya dari segi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS. 3 : 38)

Berdo’a dan mintalah terhadap Allah lantaran gotong royong Allah mengabulkan do’a hamba-hamba-Nya yang Sholeh, sehabis berdo’a maka saat itu juga do’a dikabulkan Allah

فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ

Kemudian Malaikat (Jibril) mengundang Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah mengasyikkan kau dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat[193] (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi tergolong keturunan orang-orang saleh.”(QS. 3 : 39)

[193]. Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kalimat kun (jadilah) tanpa bapak yakni nabi Isa alaihi sallam
Do’anya di kabulkan :
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا
(Yang dibacakan ini adalah) klarifikasi tentang rahmat Tuhan kau terhadap hamba-Nya, Zakaria, (QS. 19 : 2)

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا

Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, kemudian ia memberi instruksi terhadap mereka; hendaklah kau bertasbih di waktu pagi dan petang. (QS. 19 : 11)

وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (QS. 19 : 15)

Proses penciptaan insan lewat proses yang terang selaku mana diterangkan dalam Al Qur’an :

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

Dialah Yang bikin kau dari diri yang satu dan dari padanya Dia bikin isterinya, biar dia merasa senang kepadanya. Maka sehabis dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon terhadap Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya kalau Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami tergolong orang-orang yang bersyukur.” (QS. 7 : 189)

Setelah insan lahir, insan mesti berbakti terhadap orang tuanya perintah Allah dalam firman-Nya :

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Kami perintahkan terhadap insan agar berbuat baik terhadap dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan sukar payah, dan melahirkannya dengan sukar payah (pula). Mengandungnya hingga menyapihnya yakni tiga puluh bulan, sehingga apabila dia sudah remaja dan umurnya hingga empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah saya untuk mensyukuri lezat Engkau yang sudah Engkau berikan kepadaku dan terhadap ibu bapakku dan agar saya sanggup berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) terhadap anak cucuku. Sesungguhnya saya bertaubat terhadap Engkau dan gotong royong saya tergolong orang-orang yang berserah diri.” (QS. 46 : 15)
Demikian banyaknya pentunjuk dari Allah lewat ayat- ayatnya dalam Al Qur'an. Semoga kita tergolong orang-orang yang di beri isyarat oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.Sesungguhnya kami yakni milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali. 

Related : Manusia Mahluk Ciptaan Allah Yang Paling Mulia Dan Sempurna

0 Komentar untuk "Manusia Mahluk Ciptaan Allah Yang Paling Mulia Dan Sempurna"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close