Benarkah Nabi Adam Berumur Ratusan Tahun?

Sekolahmuonline - Benarkah Nabi Adam Berumur Ratusan Tahun? Pembaca Sekolahmuonline, diantara pertanyaan yang sering dilontarkan ketika membahas kisah para Nabi ialah berapa umur Nabi Adam? Apa benar Nabi Adam fisiknya lebih besar dari insan zaman ini? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang menarik untuk dibahas dengan kepala hirau taacuh dan bukti yang kuat. Para Nabi dan Rasul telah berlalu. Sirah perjalanan hidup mereka tidak semua tertulis dalam Al-Quran maupun Al-Hadits. Sebagian dikisahkan dan yang lainnya tidak dikisahkan. Padahal untuk membawakan kisah mereka harus bersumber kepada kabar Al-Quran maupun Al-Hadits alasannya keberadaan mereka untuk ketika ini bagi kita ialah sesuatu yang gaib. Berikut ini tanggapan atas pertanyaan dalam judul di atas. Biar lebih terang baca sendiri saja. Kisah ini diambil dari Shahihul Qashash karya Syaikh 'Umar Sulaiman al-Asyqor.



Kisah Pengingkaran dan Sifat Lupa Adam

Para jago purbakala pada zaman ini menelusuri kota-kota yang lenyap dan sisa-sisa umat terdahulu biar mereka mengenal kehidupan nenek moyang, mengetahui keadaan dan kondisi mereka. Di samping minimnya informasi yang berhasil mereka gali, ia juga ilmu yang tidak murni sehingga tidak menampakkan hakikat dan tidak menyisir kabut kelam yang menyelimutinya. Ia tidak kuasa menyibak tabir masa kemudian yang dalam dengan kepastian. Lain urusannya dengan kedatangan wahyu Allah untuk membawa isu orang-orang terdahulu. Hal itu merupakan kekayaan tak ternilai harganya, alasannya ia menyuguhkan sesuatu yang faktual dalam keadaan higienis dan murni. Ia ialah ilmu yang diturunkan dari Dzat Yang Maha Mengenal lagi Maha Mengetahui, di mana tidak sesuatu pun di langit dan di bumi yang samar dari-Nya.

Sebagian ilmu ini mustahil ditembus dengan jalan selain wahyu. Di antaranya, sebagian isu ihwal bapak kita, Adam ‘Alayhi Salam, ihwal sebagian watak dan ciri-cirinya yang kita warisi darinya. Sebagaimana ia memberikan kepada kita sebagian syariat untuknya dan untuk anak cucu sesudahnya.

NASH HADIS

Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunan-nya dari Abu Hurairah. Ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Manakala Allah membuat Adam, Allah mengusap punggungnya, kemudian dari punggung itu berjatuhan seluruh jiwa yang Allah akan menciptakannya dari anak cucunya hingga hari Kiamat. Dan Allah menyebabkan di antara kedua mata masing-masing orang kilauan cahaya. Kemudian mereka dihadapkan kepada Adam. Adam berkata, 'Ya Rabbi, siapa mereka?' Allah menjawab, 'Mereka ialah anak cucumu."

Lalu Adam melihat seorang pria dari mereka. Dia mengagumi kilauan cahaya yang memancar di antara kedua matanya. Adam bertanya, ’Ya Rabbi siapa ini?’ Allah menjawab, ’Ini ialah pria dari kalangan umat terakhir dari anak cucumu yang berjulukan Dawud.’ Adam bertanya, ’Ya Rabbi, berapa Engkau beri dia umur?’ Allah menjawab, ’Enam puluh tahun.’ Adam berkata, ’Ya Rabbi, tambahkan untuknya dari umurku empat puluh tahun.’ Manakala umur Adam telah habis, dia didatangi oleh Malaikat maut. Adam berkata, ’Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun?’ Malaikat menjawab, ’Bukankah engkau telah memberikannya kepada anakmu Dawud?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, ’Adam mengingkari, maka anak cucunya pun mengingkari. Adam dijadikan lupa, maka anak cucunya dijadikan lupa; dan Adam berbuat salah, maka anak cucunya berbuat salah."

Abu Isa berkata, "Ini ialah hadis hasan shahih. Ia telah diriwayatkan tidak dari satu jalan dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam."

Tirmidzi juga meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Ketika Allah membuat Adam dan meniupkan ruh padanya, dia bersin, dia berkata 'Alhamdulillah', dia memuji Allah dengan izin-Nya. Maka Tuhannya berfirman kepadanya, 'Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam. Pergilah kepada para Malaikat itu, sebagian mereka yang sedang duduk. Katakanlah, 'Assalamu'alaikum'. Mereka menjawab, 'Wa alaikas salamu warahmatihi'. Lalu Adam kembali kepada Tuhannya, dan Dia berfirman, 'Sesungguhnya itu ialah penghormatanmu dan penghormatan anak-anakmu di antara mereka.’

Lalu Allah berfirman kepada Adam, sementara kedua tangan-Nya mengepal, ’Pilih satu dari keduanya yang kau kehendaki.’ Adam menjawab, ’Aku menentukan ajudan Tuhanku dan kedua tangan Tuhanku ialah kanan yang penuh berkah.’ Kemudian Allah membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat Adam dan anak cucunya. Adam bertanya, ’Ya Rabbi, siapa mereka?’ Allah menjawab, ’Mereka ialah anak cucumu.’ Ternyata umur semua insan telah tertulis di antara kedua matanya. Di antara mereka terdapat seorang pria yang paling cerah cahayanya atau termasuk yang paling terang cahayanya. Adam bertanya, ’Ya Rabbi, siapa ini?’ Allah menjawab, ’Ini ialah anakmu Dawud dan Aku telah menulis umurnya empat puluh tahun.’ Adam berkata, ’Ya Rabbi, tambahkan umurnya.’ Allah berfirman, ’Itu yang telah Aku tuliskan untuknya.’ Adam berkata, ’Ya Rabbi, saya menawarkan umurku enam puluh tahun kepadanya.’ Allah berfirman, ’Itu urusanmu.’

Nabi SAW bersabda, "Lalu Adam diminta tinggal di Surga sekehendak Allah, kemudian dia diturunkan darinya. Maka Adam menghitung sendiri umurnya. Manakala Malaikat maut datang, Adam berkata kepadanya, 'Kamu telah tergesa-gesa. Aku telah diberi umur seribu tahun.’ Malaikat menjawab, ’Tidak, tetapi kau telah menawarkan enam puluh tahun umurmu kepada anakmu Dawud.’ Lalu Adam mengingkari, maka anak cucunya mengingkari. Adam lupa, maka anak cucunya lupa. Dia berkata, ’Sejak ketika itu diperintahkan untuk menulis dan saksi-saksi."

Tirmidzi berkata, "Ini ialah hadis hasan gharib dari jalan ini. Ia telah diriwayatkan bukan dari satu jalan dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam dari riwayat Zaid bin Aslam dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam."

TAKHRIJ HADIS

Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan-nya dalam Kitab Tafsir, kepingan dari surat Al-A'raf, 4/267. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi, 3/52, no. 3282.

Hadis kedua diriwayatkan oleh Tirmidzi di dalam Kitab Tafsir, kepingan dari surat Muawwidzatain, 4/453. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi, 3/137, no. 3607.

PENJELASAN HADIS

Allah membuat Adam dalam keadaan tepat dan lengkap. Tidak mirip yang diklaim oleh orang-orang yang tidak berilmu, bahwa insan berevolusi dari binatang atau tumbuhan. Allah menciptakannya dari ketika pertama dia diciptakan sebagai seorang yang pandai dan berbicara, dia memahami apa yang dikatakan kepadanya dan dia menjawab dengan benar.

Setelah ruh ditiupkan kepadanya, Adam bersin, maka dia memuji Allah Azza wa Jalla. Allah menjawabnya, "Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam." Allah memerintahkan Adam biar pergi ke sekumpulan Malaikat yang sedang duduk dan mengucapkan salam kepada mereka. Para Malaikat pun membalas penghormatannya dengan penghormatan yang lebih baik. Dan Allah memberitahukan kepadanya bahwa hal itu ialah penghormatannya dan penghormatan di antara anak cucunya. Adam berjalan, mendengar, berbicara, bersin, mengerti dan memahami perkataan.

Anda lihat dalam hadis, betapa besar perhatian Allah kepada hamba-Nya, Adam. Dia berfirman kepadanya manakala dia bersin, "Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam." Dan barangsiapa dirahmati oleh Tuhannya, maka dia mendapatkan perhatian, tunjangan dan kemuliaan-Nya. Oleh karenanya, Allah mendapatkan taubatnya manakala dia terpeleset dari jalan lurus kemudian Adam kembali kepada-Nya. Allah juga memaafkan kelalaian kita dan mendukung kita dengan ruh dari-Nya.

Allah telah mensyariatkan untuk Adam ketika berada di Surga dan anak cucunya biar ber-tahmid kalau bersin dan didoakan rahmat kalau telah mengucapkan tahmid. Dan Allah telah menyebabkan salam sebagai penghormatan anak cucu dan keturunan sesudahnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam memberikan kepada kita bahwa Allah mengusap punggung Adam, maka berjatuhanlah semua jiwa dari anak cucu Adam yang akan diciptakan darinya hingga hari Kiamat. Allah memegang itu dengan Tangan kanan-Nya dan Adam diberi pilihan antara kedua genggaman Tuhannya, maka dia menentukan Tangan kanan Tuhannya dan kedua Tangan Allah ialah kanan yang penuh berkah. Manakala Allah membukanya, ternyata di dalamnya terdapat Adam dan anak cucunya.

Adam melihat anak cucunya yang akan diciptakan sesudahnya dan Allah telah menyebabkan cahaya di antara kedua mata masing-masing. Adam juga melihat umur masing-masing telah tertulis di antara kedua mata mereka. Adam melihat seorang pria dengan cahaya yang bagus. Dia bertanya tentangnya. Maka Allah memberitahukan bahwa dia ialah salah satu putranya yang akan muncul di sebuah umat sebagai salah satu umat terakhir. Putra itu berjulukan Dawud, yang diberi umur enam puluh tahun (dalam riwayat lain, empat puluh). Riwayat pertama lebih shahih. Adam merasa umur Dawud pendek, dia pun memohon kepada Allah biar menambah umur Dawud. Allah menyatakan bahwa itulah umur yang ditetapkan untuk Dawud. Lalu Adam menawarkan sebagian umurnya kepada Dawud untuk menggenapinya menjadi seratus.

Nampak dari hadis tersebut bahwa Allah memberitahu Adam ihwal umur yang ditulis untuknya, bahwa dia akan hidup seribu tahun. Manakala umurnya telah mencapai seribu tahun kurang empat puluh, Malaikat maut tiba kepada Adam untuk mencabut nyawanya. Adam pun menyangkal cita-cita Malaikat maut. Dia membantah Malaikat yang hendak mencabut nyawanya sebelum ajalnya tiba. Nampak pula dari hadis tersebut bahwa Adam menghitung sendiri umurnya tahun demi tahun. Maka Adam mengingkarinya alasannya lupa. Dan anak cucu Adam mewarisi sifat-sifat bapak mereka. Mereka mengingkari mirip Adam mengingkari. Mereka lupa mirip Adam lupa. Oleh alasannya itu, Allah memerintahkan penulisan dan kesaksian untuk mengantisipasi pengingkaran orang-orang yang ingkar dan kelupaan orang-orang yang lupa.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS

1. Allah membuat Adam secara lengkap dan tepat semenjak awal penciptaannya. Tidak mirip yang diklaim oleh orang-orang sesat, bahwa Adam diciptakan tidak sempurna, kemudian berkembang menuju kesempurnaan dalam rentang waktu yang panjang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah memberikan kepada kita bahwa di antara kesempurnaan penciptaan Adam, ialah diciptakannya dia dengan tinggi enam puluh hasta di langit dan bahwa insan setelah Adam terus menerus menyusut hingga pada ukuran insan ketika ini. Pada hari Kiamat Allah memasukkan orang-orang mukmin ke Surga dengan bentuk penciptaan yang tepat mirip penciptaan Allah terhadap Adam.

2. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih masing-masing bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, "Allah membuat Adam dan tingginya ialah enam puluh hasta, kemudian Allah berfirman kepadanya, 'Pergilah, ucapkan salam kepada para Malaikat itu. Dengarkanlah penghormatan mereka kepadamu, alasannya itu ialah penghormatanmu dan penghormatan anak cucumu.’ Maka Adam berkata, 'Assalamu'alaikum.’ Mereka menjawab, 'Assalamu 'alaika wa rahmatullah dengan suplemen 'Warahmatullah'. Dan semua orang yang masuk Surga dengan bentuk penciptaan Adam. Dan insan terus menerus menyusut hingga ketika ini."*

3. Kebenaran yang saya sebutkan di atas, bahwa Adam diciptakan secara tepat semenjak dihembuskannya ruh kepadanya ditunjukkan oleh hadis tersebut. Allah membuat Adam dalam bentuk penciptaan yang sempurna. Dia tidak berkembang dan tidak berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, dari satu ciptaan ke ciptaan yang lain. Lain halnya dengan anak cucunya, Allah membuat mereka di dalam rahim ibu dalam bentuk setetes air, kemudian segumpal darah, kemudian seonggok daging, kemudian setelah dihembuskannya ruh, Dia menumbuhkannya sebagai makhluk lain.

4. Mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bapak kita, Adam, di antaranya ialah bersinnya Adam, ucapan ’alhamdulillah’, tanggapan Allah kepadanya ( Rahimakallah ), salamnya kepada para Malaikat, juga tanggapan Malaikat kepadanya. Allah mengusap punggungnya dan peristiwa-peristiwa lain yang dikandung oleh hadis ini.

5. Orang yang bersin mengucapkan hamdalah. Orang yang mendengarnya mengucapkan, " rahimakallah " dan penghormatan salam termasuk syariat alami (internasional) yang dimiliki oleh seluruh syariat, tidak khusus untuk satu umat tertentu dan itu termasuk warisan bapak mereka, Adam ‘Alayhi Salam.

6. Penetapan takdir. Allah mengetahui hamba-hamba-Nya pada masa azali dan Dia menulis hal itu di sisi-Nya. Dia memperlihatkan kepada Adam ihwal anak cucunya sesudahnya, dan umur setiap orang telah ditulis di antara kedua matanya.

7. Penetapan dua Tangan bagi Allah dan Dia menggenggam keduanya, kapan Dia berkehendak dan bagaimana Dia berkehendak tanpa takyif (bertanya bagaimana) dan ta'thil (mengingkari). Tiada sesuatu pun yang ibarat Dia. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

8. Keutamaan Nabiyullah Dawud dan besarnya keyakinan yang dimilikinya dibuktikan dengan kuatnya cahaya di antara kedua matanya.

9. Kemampuan Adam berhitung. Dia menghitung tahun-tahun umurnya. Dia mengetahui umurnya yang telah berlalu dan yang tersisa. Dia membantah Malaikat maut ketika hendak mencabut nyawanya sebelum ajalnya sempurna.

10. Keterangan ihwal umur Adam. Dia hidup seribu tahun. Ini merupakan pelurusan terhadap keterangan Taurat, yang disebutkan di dalam Ishah kelima buku penciptaan bahwa umurnya ialah 930 tahun. Yang benar ialah yang disebutkan oleh hadis. Hadis ini juga menjelaskan umur Dawud.

11. Tabiat Adam dan anak cucunya ialah pengingkaran dan kelupaan.
Disyariatkannya menulis dalam janji dan muamalat untuk mengantisipasi pengingkaran dan sifat lupa manusia.
------------------
 Foot note:
* Diriwayatkan oleh Bukhari, 3/11, no. 6277, 6/332, no. 3326. Diriwayatkan oleh Muslim, 4/2183, no. 2841

Sumber kisah: Shahihul Qashash, Syaikh 'Umar Sulaiman al-Asyqor [Edisi Indonesia: Kisah-kisah Shahih Dalam Al-Quran dan Sunnah, Penterjemah dan Editor: Tim Pustaka Elba, hal: 19-28

Related : Benarkah Nabi Adam Berumur Ratusan Tahun?

0 Komentar untuk "Benarkah Nabi Adam Berumur Ratusan Tahun?"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close