Rumus 4er Plus 3an KH. Ahmad Dahlan
Pribadi yang mempesona. Sebutan itu sempurna diberikan kepada KHA. Dahlan. Tiga tokoh yang tinggal di Surabaya menjadi saksi wacana pesona itu. KH. Mas Mansur sudah usang mendengar nama KH A. Dahlan. Ketika Mansur pulang dari Mesir, dia pribadi menemui Dahlan di Yogyakarta. “Baru saja berkenalan hati tertarik. Baru saja keluar kata yang lemah lembut dari hati yang ikhlas, hati pun tunduk”, kata Mas Mansur mengungkap kekagumannya.
Bung Karno dan Roeslan Abdulgani ialah penggemar KH A.Dahlan. Keduanya selalu mengikuti ceramah Dahlan, baik di Peneleh, Plampitan maupun Ampel. Surabaya. “Saya tatkala berusia 15 tahun telah buat pertama kali berjumpa dan terpukau oleh almarhum KH A.Dahlan”, kata Bung Karno.
Mansur, Bung Karno dan Roeslan terpesona kepada Dahlan lewat pandangan keagamaan Dahlan yang progresif dan ilmunya yang luas. Lain lagi dengan Aspari, kepala stasiun kereta api Sumberpucung, Malang, Jawa Timur. Dahlan sebagai pedagang batik sering keliling dari satu kota ke kota lain, di antaranya ke Sumberpucung. Di stasiun tempat Dahlan singgah inilah Aspari mengenal Dahlan. Ia tertarik dengan pribadi dan penampilan Dahlan.
Maka pada satu kesempatan Aspari dengan cara menyamar bertandang ke rumah Dahlan di Yogyakarta untuk menunjukan apakah hasilnya itu benar orisinil atau hanya palsu belaka. Ternyata Aspari sebagai tamu memperoleh pelayanan sangat ramah, jauh di luar dugaannya. Maka Aspari seketika bersimpati pada Muhammadiyah dan bertekad harus sanggup mendirikan Muhammadiyah di tempatnya. Pada 1922 harapan itu menjadi kenyataan. Muhammadiyah di Sumberpucung telah berdiri. (baca: Menembus Benteng Tradisi, PWM Jatim).
KH. A. Dahlan pernah diancam akan dibunuh saat tablig di Banyuwangi. Kisah ini poluler di kalangan warga Muhammadiyah Jawa Timur. Tahun 1919 Dahlan pertama kali tiba ke Banyuwangi untuk berdagang batik. Dia sempat memberi pengajian di masjid erat pasar. Ada seorang yang tidak bahagia dengan pengajian Dahlan, kemudian mengirimkan surat kaleng dan mengancam akan membunuhnya kalau ia berani tiba lagi ke Banyuwangi. Dengan tawakal Dahlan malah tiba ke Banyuwangi lagi. Kali ini tidak untuk berdagang batik melainkan khusus untuk bertablig. Dahlan mengajak serta Nyai Dahlan yang dalam surat itu juga ikut diancam dibunuh.
Sampai pengajian final tidak terjadi insiden apapun. Bahkan H. Muhammad Ali, orang yang berkirim surat akan membunuh Dahlan di kemudian hari menjadi anggota Muhammadiyah.
Kita semua sudah hafal dengan cerita Dahlan yang mengajar santrinya surat al-Maun terus-menerus tanpa pindah ke surat lain. Setelah perintah cinta kepada anak yatim dan orang miskin dilaksanakan, barulah pelajaran dilanjutkan. Ada lagi kata dalam al-Quran yang sangat ditekankan Dahlan kepada santrinya, yaitu kata “al-Birru” atau kebajikan. Misalnya ayat 92 surat Ali Imran: “Kamu sekali-kali tidak hingga pada kebaikan sebelum kau menafkahkan sebagian harta yang kau cintai”. Maka al-Birru atau kebaikan tidak sanggup dipisahkan dengan kesediaan menunjukkan harta yang kita cintai.
Saat itu ditumbuhkan pemahaman kalau ingin memperoleh kebaikan harus rela menginfakkan harta yang dicintai menyerupai menguliti kulit sendiri. "Yen durung wani mbeset kulit durung Islam sejati". (Jika belum berani menguliti diri sendiri belum bena-benar Islam). Jika belum mau berkorban untuk umat berarti belum benar-benar Islam sejati. Dahlan telah memberi pola dengan melelang perabot rumah tangganya saat tidak ada uang untuk membayar honor guru sekolahnya. Itu insiden sangat mengesankan bagi para santrinya. Banyak sahabat-sahabatnya tidak tega kemudian membeli barang itu dengan harga jauh lebih mahal dari yang semestinya.
Dahlan juga orang yang tidak pernah diam. Terus bergerak berbagi gagasan dan memberi pencerahan. Bahkan saat sakit tetap tidak berhenti. Akhirnya dokter memutuskan harus hijrah ke luar kota biar tidak terganggu urusan organisasi dan sanggup beristirahat penuh. Itu dilaksanakan pada 29 Nopember 1922 dengan tetirah ke kawasan Pasuruan. Dua bulan kemudian PB Muhammadiyah menjenguk. Betapa mereka terkejut alasannya ialah Dahlan nampak makin kurus, kakinya bisul tapi wajahnya berseri-seri. Dalam sakit ternyata Dahlan tidak diam, malah berhasil mendirikan musalla untuk acara jamaah dan dakwah.
Banyak anekdot yang menggambarkan keikhlasan dan daya juang Dahlan yang luar biasa. Ilmunya juga luas dan kreativitasnya tidak pernah kering. Semangat itulah yang dia wariskan kepada kita biar tetap sanggup menghidup-hidupkan Muhammadiyah. Saya rumuskan dalam 4 “er” plus 3 ”an” untuk jadi pedoman. Tentu ini agak menyederhanakan. 4 “er” ialah Bener (nawaitu dan perilakunya benar), Pinter (ilmu luas dan cerdik menguasai persoalan), Kober(menyediakan waktu untuk berjuang), Seger (badan dan kantongnya sehat). Sedangkan 3 “an” ialah Nyopoan(suka tegur sapa atau ramah), Entengan (ringan tangan untuk bekerja), Lomanan (dermawan).
Kadang kita aib mengaku pelanjut usaha KHA Dahlan alasannya ialah kualitas kita dan dia jauh berbeda, mirip baina as-sama’ was sumur ( antara langit dan sumur). (Dari Majalah MATAN, Edisi 26, September 2008, dengan Judul Asli: KHA. Dahlan, 4 ER Plus 3 AN, oleh: Drs. H. Noer Cholis Huda, M.Si - Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur)
0 Komentar untuk "Rumus 4Er Plus 3An Kh. Ahmad Dahlan"