Menghiasi Diri Dengan Akhlaq Terpuji
Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu'alaihi wa Sallam diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menyempurnakan watak yang mulia (akhaq kariimah/makarim al-akhlaq). Maka, sudah sepantasnya bagi seorang muslim atau muslimah untuk menghiasi dirinya dengan watak terpuji, watak yang baik, watak mulia.
Diantara watak terpuji yang harus dimiliki seorang muslim atau muslimah yaitu Mujahadah an-Nafs (مجاهدة النفس), Husnudhan (حسن الظن), dan ukhuwwah (أخوة).
1. Mujahadah an-Nafs, Husnudhan, dan ukhuwwah
a. Mujahadah an-Nafs (مجاهدة النفس) Mujahadah an-Nafs terdiri dari dua kata Mujahadah dan An-nafs. Mujahadah artinya bersungguh-sungguh dan An-nafs artinya diri sendiri. Mujahadah An-nafs berarti bersungguh-sungguh dalam "menjadi" diri sendiri. Dengan ungkapan lain, Mujahadah An-nafs artinya bersungguh-sungguh dalam mengontrol diri sendiri.
Jadi, Mujahadah An-nafs yaitu perilaku pengendalian diri semoga terhindar dari hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Misalnya: mencuri. Perbuatan mencuri tentu akan menjadikan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Jika tertangkap tentu akan merugikan dirinya, misal dengan dipenjara. Atau kalau sudah mencapai batas pencurian yang menjadikan aturan potong tangan, tentu akan merugikan dirinya dengan hilangnya tangan yang dimiliki. Sedang kerugian bagi orang lain, tentu saja orang tersebut akan merasa rugi tanggapan berkurang atau hilangnya barang yang dimiliki.
b. Husnudhan (حسن الظن)
Husnudhan berasal dari kata husnun (حسن) yang artinya baik dan ad-dhan (الظن) yang mempunyai arti prasangka atau dugaan. Kaprikornus husnudhan artinya prasangka baik/dugaan baik. Atau dengan bahasa lain disebut aktual thinking.
Husnudhan terbagi tiga:
- Husnudhan kepada Allah
- Husnudhan kepada diri sendiri
- Husnudhan kepada orang lain
Orang muslim yang baik dan benar yaitu yang selalu menjaga perilaku Husnudhan atau baik sangka.
Lawan dari Husnudhan yaitu suudhan (سوء الظن). Suu (سوء) artinya buruk. Kaprikornus suudhan artinya jelek sangka atau negatif thinking.
c. Ukhuwwah (أخوة)
Ukhuwwah artinya persaudaraan. Ukhuwwah atau persaudaraan ini terbagi menjadi dua:
- Ukhuwah Insaniyyah:
Yaitu ukhuwah yang dilandasi atau diikat atas dasar kemanusiaan (sesama makhluk Allah Subhanahu wa ta'ala).
- Ukhuwwah Islamiyyah:
Yaitu ukhuwah yang dikatkan atas dasar agama Islam (sesama muslim). Atau dengan ungkapan lain: persaudaraan yang dilandasi Aqidah Islamiyyah.
2. Ayat Al-Quran dan Hadits perihal Mujahadah an-Nafs, Husnudhan, dan ukhuwwah
a. Ayat Al-Quran dan Hadits perihal Mujahadah an-Nafs
Dalil artinya petunjuk. Dalil ada yang sifatnya naqli dan ada yang aqli. Dalil naqli yaitu dalil yang dinukil atau diambil (bersumber) dari al-Quran dan Hadits. Contohnya: dalil naqli bahwa Allah Maha Esa, dalilnya yaitu "Qul huwallahu ahad" (al-Ikhlas: 1).
Sedang dalil aqli yaitu dalil atau petunjuk yang berasal dari proses hasil berfikir. Contohnya: adanya bumi, memperlihatkan ada yg menciptakan. Adanya bumi memperlihatkan akan adanya Sang Pencipta yaitu Allah ta'ala.
- Ayat Al-Quran perihal Mujahadah an-Nafs
QS. Al-Anfal (8) ayat 72
a. Ayat Al-Quran dan Hadits perihal Mujahadah an-Nafs
Dalil artinya petunjuk. Dalil ada yang sifatnya naqli dan ada yang aqli. Dalil naqli yaitu dalil yang dinukil atau diambil (bersumber) dari al-Quran dan Hadits. Contohnya: dalil naqli bahwa Allah Maha Esa, dalilnya yaitu "Qul huwallahu ahad" (al-Ikhlas: 1).
Sedang dalil aqli yaitu dalil atau petunjuk yang berasal dari proses hasil berfikir. Contohnya: adanya bumi, memperlihatkan ada yg menciptakan. Adanya bumi memperlihatkan akan adanya Sang Pencipta yaitu Allah ta'ala.
- Ayat Al-Quran perihal Mujahadah an-Nafs
QS. Al-Anfal (8) ayat 72
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَٰئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلَايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا ۚ وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلَّا عَلَىٰ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memperlihatkan daerah kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jikalau mereka meminta pemberian kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kau wajib memperlihatkan pemberian kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kau dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kau kerjakan." (QS. Al-Anfal: 72)
Tajwid QS. Al-Anfal ayat 72
- Inna (إِنَّ): ghunnah
Ghunnah artinya berdengung. Apabila ada mim tasydid/syiddah () atau nun tasydid/syiddah (نَّ) dalam ilmu tajwid dinamakan ghunnah.
- Al-ladziina (الَّذِينَ): al-qamariyah atau idhar qamariyah
Bila ada lafal didahului al (alif lam) dan al-nya terbaca terang maka disebut al-qmariyah atau idhar qamariyah. Contoh lainnya: al-Fatihah, al-Baqarah, Al-Fiil, Al-Ikhlash, dan Al-Falaq
Bila al-nya lebur alias tidak terbaca terang maka disebut al-syamsiyah atau idgham syamsiyah. Idgham artinya memasukkan. Karena dimasukkan makanya menjadi tidak terbaca. Contoh: an-Nisa°, Asy-Syams, Adh-Dhuhaa, An-Naas.
Idgham Bighunnah:
Idgham artinya memasukkan
Bighunnah artinya dengan dengung
Apabila ada nun sukun/mati atau tanwin bertemu abjad yanmu (ي - ن - م - و) maka dalam istilah tajwid disebut idgham bighunnah
Idgham bilaaghunnah
Bilaaghunnah artinya dengan tanpa dengung
Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan abjad lam dan ro (ل - ر) maka dalam istilah tajwid disebut idgham bilaaghunnah
Hukum mim sukun
Hukum mim sukun ada tiga, yaitu:
- mim sukun bertemu mim disebut idgham mimi/mitslain
- Mim sukun ketemu ba disebut ikhfa syafawi
- Mim sukun bertemu selain mim dan ba disebut idhar syafawi
- Hadits perihal Mujahadah an-Nafs
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Artinya:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Orang besar lengan berkuasa itu bukanlah orang yang andal bergulat. Akan tetapi orang besar lengan berkuasa yaitu orang yang sanggup menahan dirinya saat marah." (Muttafaq Alaihi)
b. Ayat Al-Quran dan Hadits perihal Husnudhan
- Ayat Al-Quran perihal Husnudhan
- QS. Al-Hujurat ayat 12
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), alasannya sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kau yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kau merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang".
- Hadits perihal Husnudhan
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
ِإِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ اْلحَدِيْث
“jauhilah prasangka, alasannya prasangka itu yaitu perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari-Muslim).
c. Ayat Al-Quran dan Hadits perihal Ukhuwwah
- Ayat Al-Quran perihal Ukhuwwah
QS. Al-Hujurat ayat 10
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Orang-orang beriman itu bergotong-royong bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kau menerima rahmat."
- Hadits perihal Ukhuwwah
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain menyerupai sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [HR. Muslim No.4684]
Rangkuman
Contoh Soal Materi Menghiasi Diri Dengan Akhlak Terpuji (Quran Hadits Kelas 10)
0 Komentar untuk "Menghiasi Diri Dengan Moral Terpuji (Quran Hadits Kelas 10)"